MENYIKAPI MIMPI

Masalah mimpi ini memang masalah yang kadang-kadang mengganggu, kadang-kadang kelihatan seperti tidak begitu penting. Kalau kita lihat di dalam Al Qur`an banyak sekali ayat-ayat dan berita mengenai mimpi, misalnya dalam QS. Ash Shaaffaat diceritakan bahwa Nabi Ibrahim AS. bermimpi melihat dirinya menyembelih anak.

"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (QS. Ash Shaaffaat 37 : 102)

Di dalam QS. Yusuf, diceritakan raja Mesir bermimpi pada saat Nabi Yusuf masih di penjara karena tuduhan pelecehan seksual pada beliau.

"Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya): "Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering." Hai orang-orang yang terkemuka: "Terangkanlah kepadaku tentang ta'bir mimpiku itu jika kamu dapat mena'birkan mimpi." (QS. Yusuf 43 : 12)

Kemudian dalam QS. Al Fath itu juga disebutkan selang beberapa lama sebelum terjadi Perdamaian Hudaibiyah Nabi Muhammad SAW. bermimpi bahwa beliau bersama para sahabatnya memasuki kota Mekah dan Masjidil Haram dalam keadaan sebahagian mereka bercukur rambut dan sebahagian lagi bergunting. Nabi mengatakan bahwa mimpi beliau itu akan terjadi nanti. Kemudian berita ini tersiar di kalangan kaum muslim, orang-orang munafik, orang-orang Yahudi dan Nasrani. Setelah terjadi perdamaian Hudaibiyah dan kaum muslimin waktu itu tidak sampai memasuki Mekah maka orang-orang munafik memperolok-olokkan Nabi dan menyatakan bahwa mimpi Nabi yang dikatakan beliau pasti akan terjadi itu adalah bohong belaka. Maka turunlah ayat ini yang menyatakan bahwa mimpi Nabi itu pasti akan menjadi kenyataan di tahun yang akan datang. Dan sebelum itu dalam waktu yang dekat Nabi akan menaklukkan kota Khaibar. Andaikata pada tahun terjadinya Perdamaian Hudaibiyah itu kaum muslim memasuki kota Mekah, maka dikhawatirkan keselamatan orang-orang yang menyembunyikan imannya yang berada dalam kota Mekah waktu itu.

"Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat." (QS Al Fath 48: 27)

Dari beberapa contoh kasus dalam Al Qur’an itu ada beberapa masalah atau pertanyaan yang muncul, yaitu :
  1. Apakah semua mimpi itu bisa dipercaya? Apakah semua mimpi itu signifikan (punya arti)? Apakah kita sebaiknya mempertimbangkan setiap mimpi kita atau dihiraukan (diabaikan) saja ?
  2. Apa epistimologi (implikasi) dari mimpi ? Apakah mimpi dapat dijadikan sumber ilmu pengetahuan (wangsit) atau alasan untuk mengetahui sesuatu ?
  3. Bagaimana kita menyikapi mimpi-mimpi kita, karena semua orang pasti pernah bermimpi, walaupun mimpinya tidak sama dan berbeda-beda dari suatu keadaan ke keadaan yang lain.
Jawaban dari permasalahan tersebut adalah sebagai berikut :
  1. Dalam HR. Imam Bukhari, Muslim, Abu Daud dari Abu Hurairah RA. : “Mimpi seorang mukmin merupakan satu perempat puluh enam dari kenabian”. Ini berarti hanya mimpi seorang mukmin yang patut dipertimbangkan. Jadi pengkabaran yang diberikan Allah SWT. pada manusia, 45/46 diberikan pada nabi, 1/46 diberikan pada orang yang beriman melalui mimpi. Mimpi Nabi Yusuf, Nabi Muhammad, Nabi Ibrahim bagian dari nubuah.
  2. Para ulama sepakat mimpi tidak bisa dijadikan sumber ilmu pengetahuan, apalagi kalau bertentangan dengan syariat. Ini berbeda dengan kasus pengsyariatan adzan yang datang melalui mimpi salah seorang sahabat yaitu Bilal. Dia bermimpi meneriakkan lafadz Adzan. Kemudian mimpinya itu dilaporkan pada Rasulullah. Rasulullah berkata bahwa mimpi itu betul dan bisa diterapkan. Masalahnya saat ini Rasulullah tidak ada. Jadi para ulama sepakat bahwa mimpi seseorang pada saat ini tidak bisa dijadikan hukum.
  3. Bagaimana menyikapi mimpi ?
  • Imam Muhammad Ibn Syirrin berkata mimpi ada 3 (tiga) sebagai berikut :
  1. Mimpi adalah percakapan ruh (diri) orang itu sendiri. Manusia terdiri dari jasad dan ruh. Ketika tidur, ruh tetap beraktifitas. Aktifitasnya macam-macam dan dapat terefleksikan dalam mimpi.
  2. Mimpi itu permainan syaitan. Syaitan mau menakuti (mengacau).
  3. Kabar gembira dari Allah. Jadi kalau kita bermimpi melihat sesuatu yang tidak enak (tidak disukai), sebaiknya tidak usah diceritakan pada siapapun. Ketika kita mimpi buruk sebaiknya langsung bangun dan sholat.
  • Pendapat lain dari Imam al Kurtubi, yang mengatakan mimpi itu dapat merupakan kabar gembira, dapat pula merupakan peringatan awal dari kabar buruk atau antisipasi sesuatu yang tidak baik yang akan terjadi. Bisa jadi juga mimpi itu pertanda untuk sesuatu yang telah terjadi, yang sedang terjadi atau yang akan terjadi. Misalnya ada seseorang bermimpi gunung meletus, air laut meluap, atau mimpi terjadi kiamat. Apa artinya ? Itu bukan pertanda buruk dan baik, tapi netral. Ini adalah pertanda untuk sesuatu yang akan dialami orang tersebut. Mimpi kiamat takbirnya adalah orang tersebut akan berpergian jauh, berpindah kampung halaman atau berpindah negeri.

  • Al Hakim al Tirmidzi memberikan keterangan bahwa syaitan mengganggu pada saat manusia tidur. Mimpi dibagi dua, yang pertama adalah :
  1. Mimpi yang benar. Mimpi ini mengandung suatu pesan, ada maksudnya dan pasti terjadi. Misalnya mimpi para nabi. Abu Bakar RA. bermimpi Rasulullah naik tangga bersama Abu Bakar RA., tetapi berselisih dua anak tangga. Abu Bakar RA. adalah ahli dalam menakwilkan mimpi. Dia dapat menakwilkan mimpi tersebut yaitu dia akan mati dua tahun setelah Rasulullah. Dan memang demikian, Abu Bakar RA. meninggal tepat dua tahun setelah Rasulullah wafat.
  2. Mimpi jenis kedua adalah mimpi ngawur. Mimpi ini terdiri dari tiga macam. Ini merupakan permainan dari syaitan untuk mengecoh dan menyesatkan orang tersebut.
  • Mimpi bunuh diri dengan memotong lehernya. Ketika bangun kita merasa diperintahkan untuk melakukannya. Untuk menghindarinya, sebaiknya kita membaca doa sebelum tidur supaya syaitan tidak mengganggu.
  • Mimpi bertemu dengan malaikat yang menyuruh untuk melakukan sesuatu yang diharamkan.
  • Mimpi melihat hal-hal yang dialami ketika sedang tidak tidur. Misalnya siangnya sedang main game tembak-tembakan, malamnya bermimpi menjadi serdadu di Irak. Jadi pada kasus ini, sesuatu yang dikerjakan sebelum tidur terbawa ke dalam mimpi. Atau bisa jadi sesuatu yang diharap-harapkan. Misalnya ingin segera menikah, malamnya mimpi menikah. Mimpi menikah bisa jadi juga merupakan suatu pertanda bahwa tidak lama lagi akan meninggal. Sebaliknya mimpi meninggal pertanda akan mendapat rizki.
Jika bermimpi, sebaiknya bertanya kepada siapa. Pertama orang yang bermimpi itu harus mukmin, beriman dan sholeh, baru mimpinya akan punya makna signifikan. Orang yang bisa menafsirkan mimpi adalah orang yang jujur (shidiq), yang tidak pernah bohong. Di antara para sahabat nabi yang dikenal ahli menafsirkan mimpi adalah Sayyidina Abu Bakar RA.

Berikut ini adalah beberapa dialog Tanya Jawab :

Tanya : Pada jaman Rasul, Abu Bakar RA. yang dipercaya untuk menafsirkan mimpi karena bersifat jujur. Apakah pada saat ini masih ada orang jujur yang bisa menafsirkan mimpi ?

Jawab : Saat ini memang orang yang sidiq sulit dicari. Namun Alhamdulillah sudah banyak kitab-kitab yang memuat takbir mimpi. Pada kitab tersebut mimpi-mimpi yang pernah dialami telah dikompilasi. Kitab ini telah ada rangkumannya dalam bahasa Inggris dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Tapi itu cuma pertanda, tidak konklusif. Karena dalam buku itu suatu mimpi bisa memiliki beberapa arti dan tidak ada jaminan mana yang benar. Namun jawaban itu bisa mengurangi kegelisahan. Sama halnya seperti ramalan cuaca. Kita bisa mengantisipasi cuaca, namun tidak pasti karena Allah yang menentukan. Ada seseorang bermimpi jari-jari tangannya yang ketiga dan keempat buntung. Menurut Ibn Hasyirin maknanya adalah sholatnya bolong-bolong. Jari tangan yang buntung itulah waktu sholat yang ditinggalkan. Orang itu kemudian bertaubat.

Tanya : Apakah artinya jika mimpi bertemu dengan Rasulullah ?

Jawab : Mimpi bertemu dengan Rasulullah memang ada haditsnya. Imam Bukhari, berkata siapa yang melihat Rasulullah dalam tidur, maka dia telah melihat Rasulullah, karena syaitan tidak bisa berserupa dengan Rasulullah. Mimpi bertemu Rasulullah ini ada beberapa takbirnya. Ada yang pernah bermimpi melihat Rasulullah sebagai sosok yang tampan, terlihat muda dan gagah. Ada juga yang pernah bermimpi melihat Rasulullah sedang berjalan. Dalam mimpinya ia melihat ada empat orang memakai jubah melintas tanpa menyapa dan berbicara. Pada waktu orang-orang tersebut telah hampir melintasinya, ada seberkas cahaya. Sesudah itu ada suara yang memberitahu, bahwa yang lewat tadi adalah keempat sahabat Rasulullah dan cahaya itu adalah Rasulullah sendiri. Ada juga yang bermimpi Rasulullah, namun tidak melihat jelas mukanya, hanya cahaya. Menurut orang-orang arif, Insya Allah mimpi bertemu Rasulllah maknanya adalah ia tidak akan mati sebelum berkunjung ke makam Rasulullah atau naik haji. Atau dia akan menjadi ulama. Jadi pada dasarnya merupakan pertanda baik.

Tanya : Apa setiap orang jujur bisa menafsirkan mimpi? Apakah hubungan antara sifat sidiq dengan kemampuan menjelaskan mimpi ?

Jawab : Mimpi yang berupa pesan, pada dasarnya hanya dapat dipantulkan ke dalam hati orang-orang yang sidiq. Fungsi ruh untuk menangkap isyarat Ilahi, menurut Imam al Gazali, ibarat cermin. Dia bisa memantulkan cahaya. Orang yang sidiq merupakan cermin yang paling bersih dan paling bening dimana cahayanya tidak terdistorsi sama sekali. Dia bisa menangkap isyarat itu. Sebagaimana Sayyidina Abu Bakar RA. yang dapat mengetahui arti mimpi yang merupakan titipan dari Allah. Dengan demikian kita bisa berpikir sebaliknya. Jika kita ingin bisa menafsirkan mimpi, berusahalah jadi orang jujur dan sholeh, sehingga bisa menangkap pesan-pesan dari Allah yang lain.

(Disalin dari catatan : Vita Sarasi, & diresume dari tausiyah Dr. Syamsudin Arif pada siaran radio doppel-E, Darmstadt, Jerman)

0 comments: