DISIPLIN SHALAT PARA SALAFUS SHALIH


SEDEKAH KEBUN KARENA LALAI SHALAT
Jangan tanya disiplin shalat Rasulullah SAW., karena sudah pasti kehebatannya tak diragukan lagi. Banyak kisah yang mengungkap tentang itu, termasuk efeknya yang luar biasa dalam kehidupan sang Rasul. Bahkan, kehebatan shalatnya ia tularkan kepada para Shahabat, Tabi'in, Tabi'it Tabi'in, dan generasi Salafus shalih (orang-orang saleh).

Salah satu sahabat nabi yang sangat disiplin menjaga sholat adalah Umar Bin Al Khaththab RA. Setelah memeluk Islam, Umar adalah orang yang paling disiplin dalam menegakkan shalat. Tak sekedar itu, ia pun menjadi kepala keluarga yang senantiasa mengajak anggota keluarganya untuk mendirikan shalat.

Khulafaur Rasyidin yang dijuluki Al Faruq ini, pernah 1 (satu) kali telat shalat Ashar berjamaah. Kisah ini sempat diriwayatkan oleh Nafi' dari Ibnu Umar, bahwa suatu hari setelah waktu Dzuhur Umar pergi ke kebun miliknya. Sekian waktu ia habiskan untuk berkeliling, melihat-lihat kebunnya yang luas terbentang. Saat hendak beranjak pulang, di tengah perjalanan, Umar melihat orang-orang berduyun-duyun keluar masjid selesai menunaikan shalat Ashar berjamaah.

Dadanya sesak luar biasa, melihat orang lain sudah menunaikan kewajiban utamanya sebagai seorang muslim, sementara Umar mendapati dirinya ketinggalan "kereta". la lantas berkata, "Gara-gara saya pergi ke kebun, orang-orang sudah selesai shalat Ashar, sehingga saya tidak ikut berjamaah. Mulai saat ini, kebun yang membuat saya telat shalat, akan saya sedekahkan untuk fakir miskin" ungkap Umar penuh sesal. Hal ini benar-benar dilakukan karena ia ketinggalan menunaikan shalat Ashar berjamaah.

Sedekah kebun itu menjadi iqab (sanksi) diri Umar atas kelalaiannya menjaga shalatnya. Dalam sebuah sumber, setelah kejadian itu Umar kemudian berdoa memohon ampun, "...Ya Allah janganlah Engkau berikan kepada hamba materi keduniaan yang melimpah, yang membuat hamba lupa diri, namun jangan pula Engkau mengurangi karunia-Mu sehinga hamba lupa kepada-Mu..."

Cuma 1 (satu) kali peristiwa itu terjadi pada Umar. Setelah kejadian itu Umar menjadi sangat hati-hati dengan kehidupan dunia yang bisa membuatnya berpaling dari beribadah pada Allah SWT.

Bahkan saking antusiasnya Umar menunaikan shalat, dalam kondisi sakit pun ia tetap disiplin menjaga shalatnya. Ketika itu kaki Umar terluka akibat tikaman salah seorang tokoh Majusi. Pada malam harinya Miswar Bin Makhrumah menginap di rumah Umar. Menjelang subuh, sanak saudara Umar membangunkan Umar untuk shalat shubuh. Seperti tidak terjadi apa-apa, Umar bangkit dan mempersiapkan diri selayak mungkin untuk menjemput subuh.

Miswar melihat sang Khalifah itu tetap melaksanakan shalat seperti biasanya. "Ya, saya tetap akan melaksanakan shalat subuh. Dalam Islam tidak ada bagian surga bagi yang meninggalkan shalat" kata Umar padanya dan seketika itu kemudian ia mendirikan shalat dengan luka kaki yang masih mengalirkan darah.

LUMPUH BUKAN HALANGAN
Dari kalangan tabi'in, seorang Ar Rabi' Bin Khutsaim juga mencontohkan disiplin shalat yang tak kalah luar biasa. la manusia biasa yang diberi ujian penyakit falij (lumpuh sebelah) oleh Allah SWT. Namun keterbatasanya tidaklah membuatnya terbatas pula dalam ibadahnya.

Konon, dia sering dipapah pergi shalat berjamaah karena penyakitnya itu. Melihat kondisi demikian orang-orang disekitarnya banyak mengingatkan "Wahai Rabi' dengan penyakit kronis yang engkau derita, engkau sudah diberikan rukhshoh untuk melaksanakan shalat di rumah saja."

Namun jawaban murid kesayangan Abdullah Bin Mas'ud ini sangat luar biasa. "Saya mendengar Hayya 'alash Shalah... (mari kita shalat), maka jika kalian masih sanggup mengerjakan shalat, lakukanlah meski dengan merangkak sekalipun."

Rabi' adalah pemuda ahli ibadah yang juga seorang ahli hadist dan wira'i. Kisah ini pernah disampaikan oleh Abdullah Bin Mas'ud, gurunya sendiri. "Demi Allah seandainya Rasulullah melihatmu, maka pastilah beliau mencintaimu. Ketika melihatmu, saya selalu teringat ahli ibadah jaman terdahulu."

Bagi Rabi' sendiri disiplin shalat bukanlah sebuah kewajiban semata. Melainkan ia adalah hidup, maka seluruh hari-harinya ia habiskan ibadah dan ia selalu menangis ingat dosa-dosanya. Dalam pandangannya ia merasa telah membunuh dirinya sendiri karena ia telah berbuat maksiat dengan melalaikan shalat-shalatnya.

Begitulah, para Shalafus shalihin menjaga shalat-shalatnya. Disiplin shalat itu terus mereka jaga dalam kondisi apapun, separah apapun.

Mudah-mudahan di ruang yang sama, di masa yang berbeda, kita termasuk orang-orang yang istiqamah menjaga shalat kita. Amiin.

[Ditulis oleh SITI ROKAYAH, disalin dari Tabloid "AL HIKMAH" Edisi 44 Bulan Maret 2010/Rabiul Awal 1431H]

0 comments: