Jika berani untuk jujur sebenarnya kita tidak perlu bercita-cita terlalu tinggi seperti membangun Negara dan Bangsa Indonesia, membangun kota Bandung dan sebagainya. Akan menjadi lebih baik jika kita bercita-cita agar tiap orang bisa membangun dirinya sendiri. Minimal punya daya tahan pribadi terlebih dahulu. Karenanya sebelum ia memperbaiki keluarga dan lingkungannya minimal dia mengetahui apa kekurangan dirinya.
- Jangan sampai kita tidak mengetahui kekurangan diri sendiri.
- Jangan sampai kita bersembunyi dibalik jas, dasi dan merk.
- Jangan sampai kita tidak mempunyai diri kita sendiri.
Sebab seorang bapak tidak bisa memperbaiki keluarganya, kalau ia tidak bisa memperbaiki dirinya sendiri. Jangan berharap untuk dapat memperbaiki keluarga jika memperbaiki diri sendiri saja tidak bisa. Bagaimana berani memperbaiki diri, jika tidak mengetahui apa yang mesti diperbaiki.
Kita harus mengawali segalanya dengan egois dahulu, sebab kita tidak bisa memperbaiki orang lain kalau diri sendiri saja tidak terperbaiki. Seorang ustadz akan terkesan omong kosong, jika ia berbicara tentang orang lain agar memperbaiki diri sedang ia sendiri tidak benar. Dalam bahasa Al-Qur’an, “Sangat besar kemurkaan Allah terhadap orang berkata yang tidak diperbuatnya.”
Mudah-mudahan akan ada seorang ibu yang tersentuh mulai mengajak suaminya. Seorang anak yang tersentuh mengajak orang tuanya, di kantor seorang bos yang berusaha memperbaiki diri kemudian diperhatikan oleh bawahannya dan membuat mereka tersentuh. Seorang kakek dilihat oleh cucunya kemudian tersentuh.
Mudah-mudahan dengan kegigihan memperbaiki diri nantinya daya tahan rumah tangga kita mulai membaik. Kalau sudah daya tahan rumah tangga membaik Insya Allah, kita bisa berbuat banyak untuk bangsa kita ini. Mudah-mudahan nanti setiap rumah tangga visinya tentang hidup ini menjadi baik.
Tahap selanjutnya adalah mau dibawa kemana rumah tangga kita ini, apakah mau bermewah-mewahan, mau pamer bangunan dan kendaraan atau rumah tangga kita ini adalah rumah tangga yang punya kepribadian yang nantinya akan menjadi nyaman. Jangan sampai rumah tangga kita ini menjadi rumah tangga yang hubuddunya, karena semua penyakit akarnya dari cinta dunia ini. Orang sekarang menyebutnya materialistis.
Bangsa ini roboh karena pecinta dunianya terlalu banyak. Acara di tv membuat kita menjadi yakin bahwa dunia ini alat ukurnya adalah materi. Perlahan tapi pasti kita harus mulai dari sekarang mengatakan dunia ini tidak ada apa-apanya. Di dunia ini kita hanya mampir. Dengan konsep yang kita kenal yaitu rumus ‘Tukang Parkir’. Yang tadinya bangga dengan merk menjadi malu dengan topeng yang dikenakannya.
Mari kita lihat rumus ‘tukang parkir’, Seorang tukang parkir, ia punya mobil namun tidak sombong, mobilnya ganti-ganti tidak takabur, diambil satu persatu sampai habis tidak merasa sakit hati. Mengapa demikian ? Karena tukang parkir tidak merasa memiliki hanya tertitipi.
Disini intinya dalam hidup ini bukannya kita harus selalu hidup miskin dan tidak boleh menjadi kaya. Tetapi hidup ini membuat kita menjadi lebih sabar, tidak sombong, dan melihat dunia menjadi tidak ada apa-apanya. Ketika melihat orang kaya biasa saja karena sama saja cuma menumpang di dunia ini jadi tidak menjilat, kepada atasan tidak minder, suasana kantor yang tadinya penuh dengan iri dan dengki menjadi tenang dan tenteram.
Dengan demikian visi kita terhadap dunia ini akan menjadi berbeda. Kita tidak bergantung lagi kepada dunia, tidak tamak, tidak licik, tidak serakah. Hidup akan bersahaja dan proporsional.
Sekarang kita sedang krisis, dimana-mana harga-harga naik, kecemasan orang meningkat, masa ini dapat menjadi momentum kita buat berdakwah.
Mau naik berapa saja harganya tidak apa-apa yang penting terbeli. Jika tidak terjangkau jangan beli, yang penting adalah kebutuhan standar tercukupi. Orang yang sengsara bukan tidak cukup tetapi karena kebutuhannya melampaui batas. Padahal Allah menciptakan kita lengkap dengan rezekinya.
Mulai dari buyut kita yang lahir ke dunia tidak punya apa-apa sampai akhir hayatnya masih makan dan dapat tempat berteduh terus. Orang tua kita lahir tidak membawa apa-apa sampai saat ini masih makan terus, berpakaian, dan berteduh. Begitu pula kita sampai hari ini. Hanya saja disaat krisis begini kita harus lebih kreatif. Mustahil Allah menciptakan manusia tanpa rezekinya. Dan yang pasti semua orang sudah ada rezekinya masing-masing.
Dan barangsiapa yang hatinya akrab dengan Allah dan yakin segala sesuatu milik Allah, tiada yang punya selain Allah, kita milik Allah. Kita hanya makhluk dan yang membagi, menahan dan mengambil rezeki adalah Allah. Orang yang yakin seperti itu akan dicukupi hidupnya oleh Allah.
Jadi kecukupan kita bukan banyak uang, tetapi kecukupan kita itu bergantung dengan keyakinan kita terhadap Allah dan berbanding lurus dengan tingkat tawakal. Allah berjanji “Aku adalah sesuai dengan prasangka hamba-Ku.” Jadi jangan panik, Allah penguasa semesta alam.
Ini kesempatan buat kita untuk mengevaluasi pola hidup kita. Yang membuat kita terjamin adalah ketawakalan. Jadi yang namanya musibah bukan kehilangan uang, bukan kena penyakit, musibah itu adalah hilangnya iman. Dan orang yang cacat adalah yang tidak punya iman, ia gagal dalam hidup karena tidak mengerti mau kemana.
Jadi kita tidak punya alasan untuk panik. Krisis seperti ini ada dimana-mana. Kita tidak bisa mengharapkan yang terbaik terjadi pada diri kita, tetapi bisa kita kemas untuk menjadi yang terbaik bagi diri kita. Kita tidak bisa mengharapkan orang menghormati kita, tapi kita bisa membuat penghinaan orang menjadi yang terbaik bagi diri kita.
Hal pertama yang harus kita jadikan rahasia kecukupan kita adalah ketawakalan kita dan kedua adalah prasangka baik kepada Allah, yang ketiga adalah Lainsakartum laadziddanakum, ”Barangsiapa yang pandai mensyukuri nikmat yang ada, Allah akan membuka nikmat lainnya.” Jadi jangan takut dengan yang belum ada, karena yang belum ada itu dapat menjadi ada kalau kita pandai mensyukuri yang telah ada.
Jadi dari pada kita sibuk memikirkan harga barang yang naik lebih baik memikirkan bagaimana mensyukuri yang ada. Karena dengan mensyukuri nikmat yang ada akan menarik nikmat yang lainnya. Jadi nikmat itu sudah tersedia. Jangan berpikir nikmat itu uang. Uang bisa jadi fitnah. Ada orang yang dititipi uang oleh Allah malah bisa sengsara, karena ia jadi mudah berbuat maksiat. Yang namanya nikmat itu adalah sesuatu yang dapat membuat kita dekat dengan Allah. Jadi jangan takut soal besok / lusa, takutlah jika yang ada tidak kita syukuri.
Satu contoh hal yang disebut kurang syukur dalam hidup itu adalah kalau hidup kita itu Ishro yaitu berlebihan, boros, dan bermewah-mewahan. Hati-hati yang suka hidup mewah, yang senang kepada merk itu adalah kufur nikmat. Mengapa ? Karena setiap Allah memberi rezeki / uang itu ada hitungannya. Mereka yang terbiasa glamour, hidup mewah, yang senang kepada merk termasuk yang akan menderita karena hidupnya akan biaya tinggi. Pasti merk itu akan berubah-ubah tidak akan terus sama dalam jangka waktu yang lama. Harus siap-siap menderita karena akan mengeluarkan uang banyak untuk mengejar kemewahannya, untuk menjaganya dan untuk perawatannya.
Dia juga akan disiksa oleh kotor hati yaitu riya’. Makin mahal tingkat pamernya makin tinggi. Dan pamer itu perlu pikiran lebih, lelah dan tegang karena perampok / pencuri akan lebih berminat. Inginnya diperlihatkan tapi takut dirampok / dicuri jadinya pusing kepala. Makin tinggi keinginan pamer makin orang lain menjadi iri / dengki. Pokoknya kalau kita terbiasa hidup mewah resikonya tinggi. Ketentraman tidak terasa. Hal yang bagus itu adalah yang disebut syukur yaitu hidup bersahaja atau proporsional. Kalau Amirul Mukminin hidupnya sangat sederhana, kalau seperti kita ini hidup bersahaja saja, biaya dan perawatan akan murah.
Juga harus hati-hati kita sudah cape-cape hidup glamor belum tentu dipuji bahkan saat sekarang ini akan dicurigai asal usul hartanya. Yang paling penting sekarang ini kita nikmati budaya syukur dengan hidup proporsional.
Kalau kita terbiasa hidup bersahaja peluang riya’-nya kecil. Tidak ada yang perlu dipamerkan. Bersahaja tidak membuat orang iri. Dan anehnya lagi orang yang bersahaja itu punya daya pikat tersendiri. Pejabat yang bersahaja akan menjadi pembicaraan yang baik. Artis yang sholeh dan bersahaja selalu bikin decak kagum. Ulama yang bersahaja itu juga membuat umat simpati.
Nabi Muhammad SAW. tidak memiliki singgasana, istana bahkan tanda jasa sekalipun hanya memakai surban Tetapi tidak berkurang kemuliaanya sedikitpun sampai sekarang. Ada orang kaya dapat mempergunakan kekayaannya. Dia bisa beruntung jika ia rendah hati dan dermawan. Tapi ia bisa menjadi hina gara-gara pelit dan sombong. Ada orang sederhana ingin kelihatan kaya inilah yang akan membuat dirinya menderita. Segala sesuatu dikenakan, segalanya dicicil, dikredit. Ada juga orang sederhana tapi dia menjadi mulai karena tidak meminta-minta, jadi terjaga harga dirinya. Dan ada orang yang mampu dan ia menahan dirinya ini akan menjadi mulia.
Mulai sekarang tidak perlu tergiur untuk membeli segala sesuatu yang mahal-mahal, yang bermerk. Allah Maha Menyaksikan. Apa yang dianjurkan Islam adalah jangan sampai mubadzir. Rasul SAW. itu kalau makan sampai nasi yang terakhir juga dimakan, karena siapa tahu disitulah barokahnya. Kalau kita ke undangan pesta jangan mengambil makanan berlebihan. Ini sangat tidak islami. Memang kita enak saja rasanya tapi demi Allah itu pasti dituntut oleh Allah. Dan itu mempengaruhi struktur rezeki kita, karena kita sudah kufur nikmat. Kita harus bisa mempertanggungjawabkan setiap perbuatan kita karena tidak ada yang kecil dimata Allah. Tidak ada pemborosan karena semua dihitung oleh Allah.
Contohnya saat kita mandi, kalau bisa bersih dengan lima sampai tujuh gayung air tapi mengapa harus dua puluh gayung. Kita mampu beli air tetapi bukan untuk boros. Ini penting kalau ingin barokah rezekinya, hematlah kuncinya. Kalau merokok biaya yang kita keluarkan adalah besar hanya untuk membuang asap dari mulut kita. Jangan cari alasan. Seharusnya sudah saatnya berhenti merokok. Cobalah ingat ini uang milik Allah. Uang penghematan kita bisa gunakan untuk sedekah atau menolong orang yang lebih membutuhkan. Sedekah itu tidak akan mengurangi harta kita kecuali bertambah dan bertambah.
Ini pelajaran supaya hidup kita dijamin oleh Allah. Kita tidak bisa terjamin oleh harta / tabungan, kalau Allah ingin membuat penyakit seharga dua kali tabungan kita sangat gampang bagi Allah. Tidak ada yang dapat menjamin kita kecuali Allah oleh karena itu jangan merasa aman dengan punya tabungan, tanah, dan warisan. Dengan gampang Allah dapat mengambil itu semua tanpa terhalang. Mati-matian kita jaga kesehatan, kalau Allah inginkan lain gampang saja. Aman itu justru kalau kita bisa dekat dengan Allah.
Marilah hidup hemat, tetapi hemat bukan berarti pelit. Proporsional atau adil adalah puncak dari akhlak. Penghematan akan mengundang barokah inilah yang disebut syukur nikmat. Tujuan bukan mencari uangnya tetapi mempertanggung jawabkan setiap rupiah yang Allah titipkan pada kita.
Hal lain yang membuat barokah adalah jika kita dapat mendayagunakan semua barang-barang kita. Di gudang kita pasti banyak barang yang tidak kita pakai tetapi sayang untuk dibuang. Coba lihat lemari pakaian kita banyak baju-baju lama, begitu juga sepatu-sepatu lama kita. Keluarkanlah barang-barang yang tidak berharga tersebut.
Misalkan di rumah kita ada panci yang sudah rongsokan, jika kita keluarkan ternyata merupakan panci idaman bagi orang lain. Di rumah kita tidak terpakai tetapi jika dipakai orang lain dengan kelapangannya dan mengeluarkan doa bisa jadi itulah yang membuat kita terjamin.
Kalau kita ikhlas, demi Allah itu lebih menjamin rezeki kita daripada tidak terpakai di rumah. Setiap barang-barang yang tidak bermanfaat tetapi bermanfaat bagi orang lain itulah pengundang rezeki kita. Bersihkan rumah kita dari barang-barang yang tidak berguna. Lebih baik rusak digunakan orang lain daripada rusak dibiarkan di rumah, itu akan barokah rezekinya.
Ini kalau kita ingin terjamin, namanya Teori Barokah. Kita tidak akan terjamin dengan teori ekonomi manapun. Sudah berapa banyak sarjana ekonomi yang dihasilkan oleh universitas di negeri ini tetapi Indonesia masih saja babak belur.
Rumusnya pertama adalah bersahaja, kedua adalah total hemat, ketiga adalah keluarkan yang tidak bermanfaat, yang keempat adalah setiap kita mengeluarkan uang harus menolong orang lain atau manfaat.
Kalau mau belanja niatkan jangan hanya mencari barang tetapi juga menolong orang. Belilah barang di warung pengusaha kecil yang dapat menolong omzetnya. Hati-hati dengan menawar, pilihannya kalau itu merupakan hal yang adil. Jangan bangga kalau kita berhasil menawar. Nabi Muhammad SAW. bahkan kalau beli barang dilebihkan uangnya dari harga barang yang sebenarnya. Tidak akan berkurang harta dengan menolong orang. Jangan memilih barang-barang yang bagus semua pilihlah yang jeleknya sebagian. Kita itu untung jika membuat sebanyak mungkin orang lain untung. Jangan jadi bangga ketika kita sendiri untung orang lain tidak.
Jika kita jadi pengusaha, kita jadi kaya ketika karyawannya diperas tenaganya, gajinya hanya pas buat makan, sedang kita berfoya-foya, demi Allah kita akan rugi. Pengusaha Islam sejati tidak akan berfoya-foya, ia akan menikmati karyawannya sejahtera. Sehingga tidak timbul iri, yang ada adalah cinta. Cinta membuat kinerja lebih bagus, perusahaan lebih sehat. Kalau kapitalis, pengusahanya bermewah-mewah ketika bawahannya menderita. Jadi timbul dendam dan iri setiap ada kesempatan akan marah. Tetapi kalau kita senang mensejahterakan mereka, anaknya kita sekolahkan. Dia merasa puas dan itulah namanya keuntungan.
Jadi mulai sekarang setiap membelanjakan uang harus menolong orang, membangun ekonomi umat. Jadi setiap keluar harus multi manfaat bukan hanya dapat barang. Dengan membeli barang di warung kecil mungkin uangnya untuk menyekolahkan anaknya, membeli sejadah, membeli mukena, Subhanallah.
Jadi krisis seperti ini akan berdampak positif kalau kita bisa mengemasnya dengan baik. Nantinya ketika strategi rumah tangga kita sudah bersahaja, kehidupan kita jadi efisien, anak-anak terbiasa hidup hemat, kita di rumah tidak mempunyai beban dengan banyaknya barang.
Barang yang ada di rumah harus ada nilai tambahnya, bukan biaya tambah. Setiap blender harus ada nilai produktifnya misalnya untuk membuat jus kemudian dijual, pasti barokah. Bukannya membuat biaya tambah karena harus diurus, dirawat dan membutuhkan pengamanan, barang yang seperti ini tidak boleh ada di rumah kita. Rezeki kita pasti ada tinggal kita kreatif saja. Tidak perlu panik Allah Maha Kaya.
Sebagai amalan lainnya, dalam situasi sesulit apapun tetaplah menolong orang lain karena setiap kita menolong orang lain kita pasti ditolong oleh Allah. Jika makin pahit, makin getir harus makin produktif bagi orang lain. Baik sukses maupun tidak tetap lakukan dimanapun kita berada. Ketika kita sedang berjalan kaki, kemudian ada mobil yang hendak parkir bisa kita beri aba-aba. Ketika kita menyetir mobil ada yang mau menyebrang, dahulukan saja, kita tidak tahu apa yang akan menimpa kita esok hari. Ketika kita sedang mengantri ada orang yang memotong, berhentilah sebentar, dengan mengalah berhenti barang lima menit tetapi membuat banyak orang bahagia.
Jadi Insya Allah kalau hati kita sudah terbenahi dengan baik, krisis ini akan lebih membuat hidup kita lurus. Hidup ini tidak akan kemana-mana kecuali menunggu mati. Latihlah supaya kita sadar bahwa kita pasti mati dan tidak membawa apa-apa ke dalam kubur.
Teman, ingatlah selalu bahwa kita hanya mampir sebentar di dunia ini.
Wallahua'lam Bish shawab. Alhamdulilahirobil’alamin.
[Sumber : http://mediamuslim.wordpress.com ]
0 comments:
Post a Comment