SABAR DALAM UNTAIAN KATA

Saya memandangnya sangat relevan dengan kondisi saat ini, manakala kita sedang menapaki awal bulan tahun 1431 H. dimana sebagai umat Muslim kita melatih diri untuk sabar dalam kerangka taqwa pada ALLAH SWT.

Orang bijak berkata bahwa sabar adalah kunci kecerdasan emosi, itu benar adanya. Kecerdasan emosi diwujudkan dalam merasa. Manusia memang makhluk yang berfikir dan merasa. Emosi nampak dalam perubahan fisik yang diakibatkan oleh peristiwa mental, seperti : muka merah (karena malu), muka pucat, tubuh gemetar, terkencing (karena takut) otot mengencang (karena marah) ,mata terpejam dan menangis (karena haru atau gembira) dan sebagainya. Emosi adalah perubahan jasmani langsung mengikuti persepsi mengenai kenyataan yang menggairahkan.

Dalam kehidupan, kita mengenal berbagai tipologi manusia dilihat dari sudut ini, misalnya ada orang yang sangat pemalu disamping yang tidak tahu malu, yang penakut, disamping yang pemberani, yang sangat perasa disamping yang sudah mati rasa atau tidak berperasaan, yang pemarah disamping yang penyabar. dan sebagainya.

Kecerdasan emosi ditandai dengan kemampuan pengendalian emosi ketika menghadapi kenyataan yang menggairahkan (menyenangkan, menakutkan, menjengkelkan, memilukan dsb). Kemampuan pengendalian emosi itulah yang disebut sabar, atau sabar merupakan kunci kecerdasan emosional.

Kita awali dengan pengertian sabar adalah tabah hati tanpa mengeluh dalam menghadapi godaan dan rintangan dalam jangka waktu tertentu dalam rangka mencapai tujuan. Dimana dalam kehidupan ini manusia dapat digolongkan atas :
  1. Orang yang dapat menekan habis dorongan hawa nafsu hingga tidak ada perlawanan sedikitppun, dan orang itu bersabar secara konstan. Mereka adalah orang yang sudah mencapai tingkat shiddiqin.
  2. Orang yang tunduk total kepada dorongan hawa nafsunya sehingga motivasi agama sama sekali tidak dapat muncul. Mereka termasuk kategori orang-orang yang lalai (al ghofilun).
  3. Orang yang senantiasa dalam konflik antara dorongan hawa nafsu dengan dorongan keberagamaan. Mereka adalah orang yang mencampuradukkan kebenaran dengan kesalahan.
Dalam agama, sabar merupakan satu diantara stasiun-stasiun (maqamat) agama, dan satu anak tangga dari tangga seorang shaleh dalam mendekatkan diri kepada Allah. Struktur maqamat agama terdiri dari :
  1. Pengetahuan (ma`arif) yang dapat dimisalkan sebagai pohon,
  2. Sikap (ahwal) yang dapat dimisalkan sebagai cabangnya,
  3. Perbuatan (amal) yang dapat dimisalkan sebagai buahnya.
Seseorang bisa bersabar jika dalam dirinya sudah terstruktur maqamat itu. Sabar bisa bersifat fisik, bisa juga bersifat psikis. Karena sabar bermakna kemampuan mengendalikan emosi, maka nama sabar berbeda-beda tergantung obyeknya.
  1. Ketabahan menghadapi musibah, disebut sabar, kebalikannya adalah gelisah (jaza`) dan keluh kesah (hala`).
  2. Kesabaran menghadapi godaan hidup nikmat disebut, mampu menahan diri (dlobth an Nafs), kebalikannya adalah tidak tahanan (bathar).
  3. Kesabaran dalam peperangan disebut pemberani, kebalikannya disebut pengecut.
  4. Kesabaran dalam menahan marah disebut santun (hilm), kebalikannya disebut pemarah (tazammur).
  5. Sabar dalam menghadapi bencana yang mencekam disebut lapang dada, kebalikannya disebut sempit dadanya.
  6. Sabar dalam mendengar gossip disebut mampu menyembunyikan rahasia (katum).
  7. Sabar terhadap kemewahan disebut zuhud, kebalikannya disebut serakah, loba (al hirsh).
  8. Sabar dalam menerima yang sedikit disebut kaya hati (qana`ah), kebalikannya disebut tamak, rakus (syarahun).
Berikut ini adalah tingkatan orang sabar, yaitu :
  1. Orang yang sanggup meninggalkan dorongan syahwat. Mereka termasuk kategori orang-orang yang bertaubat (at Taibin).
  2. Orang yang ridla (senang/puas) menerima apapun yang ia terima dari Tuhan, mereka termasuk kategori zahid.
  3. Orang yang mencintai apapun yang diperbuat Tuhan untuk dirinya, mereka termasuk kategori shidddiqin.
Meski sabar itu konotasinya positif, tetapi belum tentu tepat. Oleh karena itu hukum sabar terbagi tiga, yaitu wajib, sunnat dan makruh. Menyaksikan anggauta keluarganya terlibat maksiat misalnya, bersabar dalam arti tabah hati tanpa mengeluh adalah makruh, tetapi sabar ketika selalu gagal dalam berusaha memperbaiki mereka adalah wajib.

Kembali kepada pengertian sabar : tabah hati tanpa mengeluh dalam menghadapi rintangan dalam jangka waktu tertentu dalam rangka mencapai tujuan, maka kunci kesabaran adalah kesadaarn atas tujuaan yang ingin dicapai. Orang yang lupa tujuan biasanya tidak mampu mengendalikan emosi ketika menghadapi keadaan yang tidak mengenakkan.

Tetapi sabar juga ada batasnya, oleh karena itu kesabaran harus selalu dievaluasi secara dinamis. Kesabaran juga biasanya berhubungan erat dengan perasaan syukur. Artinya orang yang pandai berterima kasih biasanya ia penyabar, sedangkan orang yang tidak mengerti berterima kasih (kufr ni`mat) biasanya emosinya mudah digelitik.

Dalam usaha guna menyelesaikan persoalan yang menyangkut berbagai urusan kehidupan, sabar merupakan kekuatan yang sangat besar dan efektif. Oleh karena itu Al Qur’an secara jelas mengingatkan agar dalam upaya memohon pertolongan kepada Tuhan, jangan lupa membangun infrastruktur psikologinya yang terdiri dari kesabaran dan doa (salat).

Sebagaimana menurut definisinya diatas bahwa Sabar adalah pilar kebahagiaan seorang hamba. Dengan kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan.


Mulia sekali orang-orang yang dapat memiliki sifat sabar dalam dirinya serta secara terus menerus memupuknya untuk hidup sehingga terpancar nyata pada perilaku keseharian. Yang menjadi pertanyaan besar sekarang khususnya pada pribadiku sendiri adalah sanggupkah kita memiliki sifat sabar dan sekaligus memeliharanya.

Insya Allah dengan Petunjuk serta Hidayah Nya kita dapat memiliki dan memelihara sabar dalam diri. Amin.

0 comments: