SUBSTANSI DOA

Dalam kerangka beribadah, doa merupakan salah satu bentuk ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT. Doa juga merupakan unsur pelengkap keutuhan ibadah seseorang, sebab dengan berdoa seseorang berarti telah meyakini sepenuhnya atas eksistensi Rabb yang menjadi titik pusat perhatian segala tindakan beribadah.
Dalam ibadah, shalat misalnya, sejak awal yang ditandai dengan takbiratul ihram hingga ditutup dengan salam, dipenuhi doa yang menjadi substansi pesan dari setiap bacaan yang diucapkan.

Doa merupakan ekspresi imani, sebagai bentuk pengakuan atas segala keterbatasan kemampuan seseorang dalam melakukan apa pun di dunia ini. Karena itu sepintas, doa terkadang dapat terkesan berseberangan dengan konsep ikhtiar yang juga diperintahkan oleh Allah SWT. Berdoa sering kali disikapi sebagai tindakan fatalistik untuk menghindari beban usaha yang tidak lagi mampu dilakukan. Padahal sesungguhnya doa merupakan unsur pelengkap yang dapat memperkokoh proses ikhtiar seseorang.

Para nabi pun senantiasa meminta, jika sewaktu-waktu ada desakan untuk memperoleh pertolongan-Nya. Bahkan Nabi Muhammad SAW. pun meminta kepada Allah SWT., ketika orang-orang di sekelilingnya membencinya dan bahkan mengusirnya. Sebagian besar, kemungkinan termasuk kita di dalamnya, sering bertanya dalam diri, kenapa doa terasa tidak terkabulkan. Padahal Allah SWT. berfirman di dalam Al-Qur'an,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

Waqala rabbukumu odAAoonee astajib lakum

Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. (QS. Ghaafir (40): 60)

Sejumlah hadits dan beberapa ayat Al-Qur'an mejelaskan, kenapa doa tidak terkabulkan.
  1. Pertama, sebetulnya seluruh doa itu dikabulkan oleh Allah SWT. kalau doa itu dilakukan dengan tulus dan ikhlas, mengharap ridha Allah. Masalahnya, ada yang diberikan instan dan ada juga menyangkut waktu.
  2. Kedua, paling tidak doa itu dicatat sebagai bagian dari ibadah dan kesabaran. Allah SWT. sendiri memberikan petunjuk, untuk meraih sesuatu yang diinginkan hendaklah ditempuh melalui doa dan usaha. "Mintalah kamu kepada Allah SWT., minta tolonglah kamu kepada Allah SWT. dengan kesabaran dan doa demi doa."
  3. Ketiga, ketika doa belum terkabulkan, barang kali apa yang diminta ini memang tidak akan membahagiakan, kemungkinan yang lain karena sedang mengalami proses ujian dari Allah SWT. Perjalanan hidup ini adalah perjalanan melalui ujian demi ujian. Orang-orang yang saleh yang disayangi dan dicintai oleh Allah SWT. sering diberikan sejumlah ujian, dengan kasih sayang-Nya, Allah memberikan ujian itu dimaksudkan supaya dapat meningkatkan kelas keimanannya.
Rasulullah SAW. memberikan petunjuk, bagaimana doa supaya betul-betul dikabulkan oleh Allah SWT. Antara lain doa yang paling baik adalah doa yang diawali oleh taqorrub kepada Allah SWT. Hampiri Allah, dengan memuja dan memuji Allah, dengan shalat, infak, berbuat kebajikan, kemudian baru minta kepada Allah.

Selain itu, Rasulullah mengajarkan, doa yang paling baik adalah doa seseorang untuk orang lain dan orang lain yang didoakannya tidak tahu.
"Barang siapa yang mendoakan orang lain dan orang lain yang didoakan itu tidak tahu dirinya sedang didoakan, maka sekian ratus malaikat berdoa kepada Allah. Dengan doa yang sama untuk orang yang membaca doa."

Pernah satu waktu, Rasulullah SAW. sedang berkumpul dengan para sahabat, tiba-tiba ada seorang laki-laki dengan menangis dia mengangkat tangan ke atas, berdoa "Ya Allah penuhi doaku, kabulkan permintaanku, penuhi doaku," Nabi memberikan komentar, yang terdengar oleh para sahabat. Beliau menyampaikan komentar, Fainna yustajaabu lahuu. Bagaimana mungkin doa orang itu akan diijabah oleh Allah, padahal dia memakan makanan yang diperoleh dengan cara yang haram. Dia berpakaian diperolehnya dengan usaha yang haram. Bagaimana mungkin kapan bisa diijabah oleh Allah.

Imam Al-Ghazali memberikan amanatnya. "Hati-hati dengan makanan yang haram, hati-hati dengan sesuap makanan yang haram yang masuk ke perut kita. Sebab bagi seseorang yang kemasukan barang haram ke dalam perutnya itu adalah bahaya, fatal dia katakan. Fatalnya itu sebanyak memakan barang yang haram, akan semakin jauh dari rahmat dan berkah Allah SWT. dan yang lebih fatal lagi doa kita tidak akan dikabulkan oleh Allah SWT."

Wallahu a'lam bisshawab. ***

[Ditulis oleh DEDY SUTRISNO AHMAD SHOLEH, alumnus Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN SGD Bandung. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Jumat (Wage) 14 Juni 2013/5 Saban 1434 H. pada Kolom "RENUNGAN JUMAT"]

by
u-must-b-lucky

0 comments: