MENJEMPUT ANAK SALEH

Setiap orang tua pasti menginginkan anak-anaknya saleh juga salehah. Akan tetapi, tanpa kita sadari, tak jarang orang tua malah memperlakukan anak-anaknya sehingga menjadi anak yang "salah". Malah yang berbahaya adalah ketika orang tua merasa benar dalam mendidik anak-anaknya, padahal ternyata jauh dari tuntutan ajaran Islam.

Apabila kaum Barat menyatakan untuk membentuk anak-anak yang hebat dilakukan pada saat hamil, seperti mendengarkan musik klasik, ajaran Islam jauh lebih dini lagi, yakni ketika calon orang tua akan memilih pasangannya masing-masing. Sejak pemilihan jodoh, seorang pemuda atau pemudi yang akan memilih calon suami / istri seharusnya mempertimbangkan apakah kelak calon pasangannya bisa menjadi bapak / ibu yang baik atau tidak ? Apakah ia mampu mendidik bagi anak-anaknya kelak ?

Ketika sesudah menikah lalu akan menjalankan kewajiban sebagai suami istri, tepatnya menggauli pasangannya, harus disertai dengan doa-doa untuk calon anak yang kemungkinan lahir dari hasil hubungannya. Doa merupakan hal utama dari orang tua, bahkan setiap ucapan orang tua adalah doa bagi anak-anaknya.

Selanjutnya ketika ibu sedang hamil, hendaklah ibu ataupun ayahnya berusaha selalu memiliki hati yang senang. Tidak banyak resah, gelisah, sedih, atau tersinggung. Hendaklah kedua orang tua itu memperbanyak tahajud, zikir, doa, membaca Al Qur'an, dan amalan kebajikan lainnya.

Ketika anak lahir, orang tua menyambut kehadirannya dengan doa,
"A’udzubika bikalimatiilaahi min kulli syaithaanin wamin kulli ‘ainin laammatin"
"aku menaungimu dengan perlindungan kalimat Allah dari segala gangguan setan dan mata yang mendengki"

Mengenai memberikan azan pada telinga kanan dan iqamat pada telinga kiri, menurut sebagian ulama, hal itu berasal dari hadis Nabi Muhammad. Namun, sebagian ulama lain berpendapat berbeda sehingga dalam persoalan ini terdapat perbedaan di antara ulama.

Proses selanjutnya untuk menjemput anak saleh / salehah adalah ketika ia berusia tujuh hari dengan melakukan tiga hal, yakni mencukur bersih rambut, memberikan nama terbaik, dan melakukan akikah, yaitu memotong seekor kambing / domba untuk anak perempuan dan dua ekor kambing / domba untuk anak lak-laki. Daging akikah boleh dibagikan mentah atau dimasak sendiri dengan mengundang tetangga, kaum duafa, maupun saudara.

Perlakuan lain yang tak kalah pentingnya adalah memberikan air susu ibu (ASI) kepada sang anak selama dua tahun. Selain itu, dari sejak dini, orang tua memberikan pembiasaan hal-hal baik terutama ibadah, seperti shalat sehingga ketika anak usia tujuh tahun sudah terbiasa mendirikan shalat dan membaca Al Qur'an.

Sementara pada usia tamyiz atau balig sekitar sembilan tahun, seorang anak hendaknya dipisahkan tidurnya dari kedua orang tuanya. Selain itu, orang tua juga harus memberikan aturan agar anak tidak masuk kamar orang tuanya dalam tiga waktu yaitu setelah shalat Isa, menjelang subuh, dan saat berganti pakaian.

Untuk anak laki-laki hendaknya dikhitan tidak melebihi usia perintah mendirikan shalat karena khitan berkaitan dengan kewajiban shalat. Orang tua juga perlu membiasakan situasi rumah yang agamis dengan memberikan contoh dalam lisan maupun tindakan, sehingga anak tidak merasa selalu diperintah karena orang tua sudah mencontohkannya. Anak mendirikan shalat atau membaca Al Qur'an akibat kesadarannya sebagai hamba Allah.

Orang tua perlu berhati-hati dengan ucapan, dengan tidak mengeluarkan kata-kata kasar apalagi mengeluarkan kutukan. Hal ini disebabkan, setiap ucapan orang tua merupakan doa yang dikhawatirkan malah dikabulkan Allah SWT.

Komunikasi berupa dialog jangan pula dilupakan sehingga anak-anak bisa mengeluarkan unek-unek, keluhan, ataupun permasalahannya. Kelemahan orang tua ketika bersikap layaknya diktator yang tak membuka ruang bagi anak untuk berdialog atau berdiskusi.

Sikap terbaik dalam mendidik anak adalah dengan sikap akrab tetapi berwibawa, rileks tetapi bermakna. Seperti dicontohkan Nabi Muhammad dalam sebuah hadis yang menggambarkan Rasulullah sedang merangkak dan di atas punggungnya terdapat kedua cucu Rasulullah yakni Hasan dan Husain.

Dalam kesempatan lain, Rasulullah yang sedang makan bersama sahabat melihat cucunya, Husain, sedang bermain-main di jalan bersama anak-anak lainnya. Rasulullah langsung menghampiri Husain dan mengajak berlari ke sana-kemari sehingga tertawa. Rasulullah juga tak lupa memeluk dan mencium Husain.

Terakhir, doa-doa juga penting apalagi di dalam Al Qur'an maupun hadis, Nabi Muhammad juga banyak dicontohkan doa untuk mendapatkan anak yang saleh / salehah, seperti

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
"Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah do'aku." (QS. Ibrahim : 40)

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
"Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh." (QS. Ash-Shaffat : 100)

رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
"Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Baqarah : 128)

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al Furqan : 74).***

[Ditulis Oleh KH. MIFTAH FARIDL, Ketua Umum MUI Kota Bandung, dosen ITB, Ketua Yayasan Unisba, dan pembimbing Haji Plus dan Umrah Safari Suci. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Pon) 20 Januari 2011 pada Kolom "CIKARACAK"]

0 comments: