وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
"Dan Demikan (pula) Kami telah menjadikan kalian (umat Islam) sebagai ummatan wasathan (adil dan pilihan) agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kalian...." (QS. Al-Baqarah : 143)Ayat di atas menjelaskan bahwa umat Islam adalah umat yang wasathan. Para ulama memaknai ummatan wasathan dengan umat pilihan yang berkeadilan. Imam As-Zamakhsyari dalam kitab Al-Kasysyaf, contohnya menjelaskan bahwa kalimat wasathan bermakna khiyar atau pilihan.
Menurut Imam Ibnu Katsir, ketika umat ini dijadikan sebagai ummatan wasathan, Allah SWT. telah mengkhususkan mereka dengan dengan syariah paling sempurna, jalan yang lurus, dan mahzhab paling jelas. Oleh karena itu, status sebagai umat pilihan hanya dapat disandang apabila mereka menjalankan dan mengemban risalah tersebut.
Dalam ayat lain, Allah SWT. berfirman,
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
"Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia; melaksanakan amar ma'ruf nahi mun'kar dan beriman kepada Allah." (QS. Ali Imran : 110).Sebagai agana, Islam mempunyai nilai-nilai mulia dan luhur, seperti bersikap adil, jujur, saling menghargai, saling menghormati, dan moderat. Pertanyaannya adlah, kenapa saat ini masih ada umat Nabi Muhammad SAW. yang justru mereduksi, menciderai, dan mengurangi keluhuran nilai-nilai Islam tersebut.
Di sinilah pentingnya merenungi secara mendalam kandungan ayat Al-Qur'an, sebagaimana dalam pembukaan di atas. Begitu juga penafsiran para ulama yang memaknai istilah wasathan, dalam ayat di atas dengan keadilan dan umat pilihan.
Secara harafiah, wasath berarti tengah atau moderat. Ummatan wasathan berarti umat yang berarti di tengah dan moderat, yakni tidak terlalu ekstrem kanan atau ekstrem kiri.
Namun demikian, sebagai umat moderat yang senantiasa moderat, umat Islam tidak berarti dapat ditarik ke sana ke mari. Hal ini karena patokan moderatisme mereka adalah keadilan dalam bersikap, yang akan menjadikan mereka sebagai umat pilihan. Dalam konteks ini, ada keterkaitan yang sangat erat antara label umat pilihan, moderatisme, dan keadilan. Ibaratnya, umat pilihan adalah wadah. Sedangkan isinya adalah keadilan. Maka umat Islam adalah umat moderat atau umat pilihan, selama mereka membumikan nilai-nilai keadilan. Keadilan yang menjadi ciri utama umat Islam tidak hanya diterapkan dalam konteks internal, melainkan juga dalam konteks hubungan dengan umat agama-agama yang lain.
Oleh karena itu, ayat di atas sesungguhnya terkait erat dengan misi Islam yang menghendaki terciptanya sebuah peradaban manusia yang berkeadilan dan membawa kerahmatan bagi semesta (rahmatan lil alamin) di mana umat manusia menjadi penggerak utama dalam pembentukan peradaban ini.
Identitas umat atau masyarakat terbaik, ideal dan berkeadilan, akan tercermin pada sikap dan tingkah laku umat dalam segala bidang. Proses pembentukannya pendapat secara alamiah yang membutuhkan waktu relatif lama, atau melalui upaya penanaman secara terus menerus, hingga terbentuk dalam waktu relatif singkat.
Oleh karena itu, peradaban berkeadilan yang dicita-citakan Islam seperti dapat dirintis dengan membangun beberapa prinsip yang dapat dijadikan sebagai dasar bagi proses awal pembentukan, serta sebagai landasan untuk membina msyarakat yang terbaik dan berkeadilan.
Wallahu a'lam bish shawab.***
Wallahu a'lam bish shawab.***
0 comments:
Post a Comment