Memasuki bulan Zulhijah 1431 Hijriah, Indonesia kembali didera musibah yang bertubi-tubi. Sudah sepantasnya kita sebagai makhluk menyikapinya dengan senantiasa sabar dan shalat. Firman Allah SWT.,
Sabar bukan berarti diam, tetapi sabar merupakan aktivitas positif dengan segenap upaya mempertahankan diri ketika menghadapi masalah atau musibah. Sementara shalat pada hakikatnya adalah doa, yaitu sikap bergantung (interdependensi) kepada Allah SWT. sebagai pencipta (khalik), pemelihara (rabb), dan penguasa (malik) dari alam semesta dan seisinya. Shalat yang sempurna adalah shalat yang bernilai ritual dan sosial, yaitu nilai-nilai dalam shalat dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Pada dimensi sosial, saat seseorang menghadapi suatu hajat atau suatu kepentingan, dia senantiasa memohon doa dan restu kepada sesamanya. Ini menggambarkan kondisi jiwa yang haus akan perhatian dan kasih sayang sesama. Jika suatu ketika seseorang mengetahui bahwa dia sedang didoakan baik oleh saudaranya maka dipastikan dia akan sangat senang. Sepantasnya, bagi kita untuk membantu saudara kita yang sedang dirundung duka, baik di Mentawai maupun di Jawa Tengah atau di mana pun berada, minimal dalam bentuk doa.
Pantas, Rasulullah SAW. mengajarkan kepada umatnya untuk menebarkan salam dengan lafaz "assalamualaikum" (semoga keselamatan/kedamaian tetap atas kamu semua). Ajaran yang mulia dengan memuliakan manusia melalui doa. Di dalam Islam, diajarkan bahwa membaca salam itu sunah dan menjawabnya wajib. Ini menunjukkan keharusan untuk mengapresiasi atas kebaikan orang lain dalam bentuk doa.
Islam pun mengajarkan kepada umat Rasulullah SAW. untuk bersilaturahmi, yang secara hakiki bermakna mengoneksikan kasih sayang. Dampak dari koneksitas itu akan mengaktifasi setiap doa yang dipanjatkan oleh sesama umat Rasulullah. Ajaran Islam senantiasa mengajak umatnya untuk saling mendoakan sesama saudaranya seiman.
Dalam hadis yang diriwayatkan dari Abu Bakar Ash Shidiq radhiyallohu’anhu dikatakan, "Sesungguhnya doa seseorang kepada saudaranya karena Allah adalah doa yang mustajab (terkabulkan)."
Dari Shofwan bin ’Abdillah bin Shofwan -- istrinya adalah Ad Darda’ binti Abid Darda’, beliau mengatakan, "Aku tiba di negeri Syam. Kemudian saya bertemu dengan Ummud Darda’ (ibu mertua Shofwan) di rumah. Namun, saya tidak bertemu dengan Abud Darda’ (bapak mertua Shofwan). Ummu Darda’ berkata, ‘Apakah engkau ingin berhaji tahun ini ?’ Shofwan berkata, ’Iya.’" Ummud Darda’ pun mengatakan, "Kalau begitu, doakanlah kebaikan padaku karena Nabi SAW. pernah bersabda, ’Sesungguhnya doa seorang Muslim kepada saudaranya di saat saudaranya tidak mengetahuinya adalah doa yang mustajab (terkabulkan). Di sisi orang yang akan mendoakan saudaranya ini, ada malaikat yang bertugas mengaminkan doanya. Tatkala dia mendoakan saudaranya dengan kebaikan, malaikat tersebut akan berkata, ’Amin.’ Engkau akan mendapatkan semisal dengan saudaramu tadi." Shofwan pun berkata, "Aku pun bertemu Abu Darda’ di pasar, lalu Abu Darda’ mengatakan sebagaimana istrinya tadi. Abu Darda’ mengatakan bahwa dia menukilnya dari Nabi SAW." (sahih). Lihat Ash Shohihah (1399): (Muslim : 48-Kitab Adz Dzikr wad Du’aa’, hal. 88).
Kedua hadis tersebut tampak jelas. Doa dari orang yang tidak diketahui itu mustajab atau terkabulkan. Ini adalah peluang bagi umat Islam khususnya para calon jemaah haji, untuk senantiasa saling mendoakan baik secara langsung maupun tidak langsung. Meminta didoakan dan meminta maaf itu baik, tetapi mendoakan dan memberi maaf secara ikhlas itu jauh lebih baik.
Saat kita bertemu dengan seseorang, ucapkanlah salam dan bersalaman seraya berbisik mendoakan "barokalloh" (semoga Allah melimpahkan keberkahan padamu). Saat kita berbelanja di warung kecil, doakanlah semoga Allah memberikan rezeki yang melimpah pada pemilik warung. Begitu pun ketika kita diminta untuk mendoakan seseorang yang mempunyai hajat maka jangan ditunggu lagi, segera kita doakan seikhlas mungkin, semoga harapannya terkabul.
Demikian juga untuk saudara kita yang sedang dilanda musibah, kita doakan tanpa harus diminta dan diketahui oleh mereka, kita panjatkan, "Ya, Allah, semoga Engkau segera mengganti musibah menjadi rahmat-Mu." Amin.
Wallahualam.***
[Ditulis oleh ROHMANUR AZIZ, Ketua DKM Al-Mu’minuun Griya Utama Rancaekek, pengurus DPW Generasi Muda Mathla’ul Anwar Jawa Barat, dosen Fakultas Dakwah & Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Jumat (Pahing) 5 November 2010 pada Kolom "RENUNGAN JUMAT"]
0 comments:
Post a Comment