Sering muncul pertanyaan, mengapa persaudaraan sesama umat Islam (ukhuwah islamiah) jauh lebih sulit daripada persaudaraan kepada non-Muslim ? Sesama kaum Islam kadang saling tak menyapa, bahkan kerap saling menyalahkan sehingga "ukhuwah" pun terkoyak.
Padahal, banyak ayat dalam Al-Quran menyatakan tentang pentingnya "ukhuwah" dimana salah satu diantaranya adalah,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
"Sesungguhnya orang-prang beriman adalah bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat." (QS. Al-Hujuraat : 10)Integrasi dan persamaan di antara kaum Muslimin dilandasi oleh iman, bukan sebatas persamaan suku, ras, bahasa, apalagi warna kulit. Apabila seseorang bisa bersaudara dengan tulus, ia berada dalam keimanan yang baik. Demikian pula sebaliknya.
Ukhuwah merupakan soal pelik bagi umat Islam yang timbul sejak Rasulullah SAW. wafat. Terlebih, setelah adanya tiga fitnah besar (alkubra) yakni terbunuhnya Utsman bin Affan, peperangan Ali versus Aisyah, dan perang Ali dengan Muawiyah. Bahkan, ukhuwah makin pelik ketika diseret kepada ranah politik hingga sulit diselesaikan.
Kini, umat tengah menuai buah sejarah itu dalam "kotak-kotak" komunitas mikro yang tersekat kepentingan. Urusan politik menjadi dominan dan masalah keagamaan terpilah oleh semangat Suni dan Syiah yang sampai kini sulit dipertemukan.
Kedatangan era modern dengan ideologi nasionalismenya membuat umat Islam terpecah menjadi negara-negara kecil. Dengan kondisi ini membuat banyak pihak mulai memikirkan ukhuwah islamiah konsep baru.
Ibnu Taimiyyah pernah mengusulkan doktrin universal chaliphate yakni umat Islam boleh terpisah di negara-negara otonom, tetapi harus tetap satu. Artinya, meski secara politik umat terpisah-pisah, secara keagamaan mereka diharapkan tetap satu. Masalahnya, bagaimana merekatkan semua itu ? Proses pengelompokan tetap berlangsung, tetapi tetap saja dipenuhi banyak paham. Dalam konteks fiqh memiliki lima mazhab (Hanafi, Hambali, Syafii, Maliki, dan Jafari). Demikian pula dengan kalam yang memiliki banyak paham, tetapi secara garis besar dua kelompok yaitu Suni dan Syiah.
Keragaman ini membuat impian Taimiyyah sulit diaplikasikan. Kita semua tahu, tidak ada satu pun paham baik kalam, fiqh, atau tasawuf yang bisa diterima semua kalangan. Semangat kebebasan yang sulit dihindari juga telah memperkuat bangunan keragaman itu. Apalagi alim ulama juga kerap menyitir sabda Nabi Muhammad SAW., "Ikhtilaf di kalangan umat adalah rahmat."
Lalu, dari mana kita memulai ukhuwah islamiah ? Kita bisa merujuk pada pilihan Abdullah bin Umar yang hidup di tengah fitnah besar. Abdullah tetap memilih tetap tinggal di Madinah seraya mengilustrasikan kenyataan umatsibuk dengan jihad meluaskan wilayah kekuasaan, tetapi tak ada yang memikirkan Islam.
Cara terbaik dalam menjalin upaya merekatkan persaudaraan sesama Islam adalah dengan merujuk kepada Allah. Kita ibarat angka 0 yang tak bermakna apa-apa tanpa berbagi dan bersahabat dengan sesamanya.
Namun, jika islah (upaya perdamaian) di antara umat Islam tak bisa tergapai, cukuplah kita bersikap diam. Kita tak boleh berburuk sangka, menggunjing, atau mengolok-olok orang lain.
Sikap itu sudah banyak membantu dalam persaudaraan sesama Muslim. Carilah persamaan bukan memperbesar perbedaan karena pemahaman terhadap ajaran Islam memang tidak akan sama.
Dalam QS. Al-Hujuraat : 11 ditegaskan,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰ أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِّن نِّسَاءٍ عَسَىٰ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum menyangka kaum lain karena boleh jadi mereka yang disangka lebih baik daripada yang menyangka. Dan, jangan pula (sekelompok) wanita menyangka wanita lain karena bisa jadi wanita yang disangka lebih baik daripada yang menyangka. Janganlah kamu mencela dirimu sendiri. Janganlah kamu memanggil dengan gelar buruk, sejelek-jelek-nya panggilan adalah panggilan buruk setelah beriman. Dan, barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka termasuk orang-orang zalim."Sementara pada ayat selanjutnya (ayat 12),
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
"Hai orang-orang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain. Janganlah kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang mati ? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang."Berkaca pada kedua ayat di atas, bisa kita ambil benang merah yakni,
Pentingnya upaya membaca diri atau introspeksi (muhasabah).
Apabila kita menganggap orang lain atau kelompok lain salah, luruskan dengan cara yang baik. Terakhir, Rasulullah mengingatkan umat Islam ibarat satu tubuh (kal-jasadil wahid) atau satu bangunan (kal-bunyan al wahid) yang saling menguatkan. Jika jari kita berdarah, secara otomatis semua anggota tubuh lain akan merasakannya.
Demikian pula ketika mulut dan lidah merasakan kenikmatan masakan saat makan, anggota tubuh lain juga terkena dampak kenikmatan itu. Dalam praktik sehari-hari, bisa jadi kita hanya menyingkirkan duri, paku, atau benda-benda lain yang bisa mengganggu perjalanan. Perbuatan sepele, tetapi berdampak luas untuk membantu sesama dan memperkuat persaudaraan.
Wallahu a'lam***
[Ditulis Oleh KH. MIFTAH FARIDL, Ketua Umum MUI Kota Bandung, dosen ITB, Ketua Yayasan Unisba, dan pembimbing Haji Plus dan Umrah Safari Suci. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Manis) 17 Februari 2011 pada Kolom "CIKARACAK"]
0 comments:
Post a Comment