Ditengah krisis figur kepemimpinan yang melanda bangsa ini, alangkah bijaksana kalau kita menghadirkan dan merenungkan kembali sifat-sifat Baginda Rasulullah SAW. Sosok pribadi Nabi Muhammad SAW. adalah tipe manusia biasa yang tidak ada bedanya dengan manusia lainnya, tetapi Ia memiliki kepribadian super, berkarakter kuat. Sifatnya yang pemalu, wataknya yang lemah-lembut, selalu mendahulukan kepentingan orang lain, pemaaf dan selalu berkata benar, menambah kemuliaan sifat Rasulullah SAW.
Pantas kalau Allah memujinya sebagai kepribadian yang paripurna. Allah memerintahkan setiap Muslim untuk beruswah (meneladani) kepribadian Beliau.
Mencontoh Rasulullah SAW. dalam segenap aspek kehidupan adalah bukti dari ketaatan dan kesempurnaan iman seorang Mukmin. Sekurang-kurangnya ada empat ciri Mukmin yang meneladani Rasul sebagai uswah hasanah.
Pertama, tumbuhnya keyakinan akan pertemuan dengan Allah pada hari kiamat dan selalu mengharapkan rahmat-Nya, serta banyak berzikir kepada Allah SWT.
Kedua, tumbuhnya muhabah (kecintaan) yang mendalam kepada Rasul.
Ketiga, ath-thoah, senantiasa melaksanakan ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya, menjauhi larangan-Nya sebagai bukti rasa khouf (takut) terhadap siksa dan murka-Nya.
Keempat, ittiba yaitu mengikuti seluruh sunah Rasul, menjauhi perbuatan bidah, khurafat, takhayul, syirik, dan sihir. Bagi orang-orang yang cinta mengikuti Nabi-Nya, Allah berkenan pula memberikan cinta-Nya serta menghapuskan dosa-dosa hamba-Nya.
Namun, Rasul mengisyaratkan, ada banyak orang yang tak mau masuk surga seperti sabdanya. "Setiap umatku akan masuk surga, kecuali yang tidak mau." bertanya, "Para sahabatSiapa yang menolak masuk surga ya Rasulullah ?" Jawab Rasul, "Barang siapa yang taat kepadaku akan masuk surga, dan barang siapa yang maksiat, maka sungguh dialah yang menolak masuk surga." (HR. Bukhori)
Sanjungan dan pujian terhadap kepribadiannya pernah secara objektif diberikan oleh Sir. Hamilton A.R. Gibb yang telah mengarang kurang lebih dua puluh buku tentang Islam. Dia berkata, "Islam adalah Agama yang dinamis dan Muhammad mempunyai akhlak yang baik dan benar."
Hal senada disampaikan oleh W.C. Smith, pendiri Institut Pengkajian Islam di Universitas Mc Gill di Montreal Kanada. "Tuhan ingin menyampaikan risalah kapada manusia. Untuk itu, Tuhan mengirimkan rasul-rasul dan satu di antaranya rasul itu adalah Nabi Muhammad SAW."
Peran rasul sebagai manusia biasa yang diberi wahyu oleh Allah, mengemban amanah untuk memanusiakan manusia agar berakhlak ilahiyah, menciptakan tatanan kehidupan yang harmonis dinamis, untuk mencerahkan dunia dari kehancuran moral, kebutaan ilmu dan mereduksi kepalsuan keyakinan, meluruskan agama dan keyakinan yang telah menyimpang dari sisa agama samawi, yaitu Musa AS., Ibrahim AS., dan Isa AS.
Keagungan pribadi Muhammad bukan karena Ia seorang nabi, tetapi lebih menitikberatkan kepada sosok manusia biasa yang memiliki kelebihan akhlak mulia. Ia diutus untuk semesta alam (rahmatan lil alamin). Sebagaimana firman Allah,
Anjuran untuk meneladani akhlak Rasul adalah mutlak adanya untuk mencapai derajat insan kamil, sebagaimana sabdanya, "Aku adalah Muhammad, nabi yang ummi (tidak mengenal baca tulis). Tidak ada nabi sesudahku. Aku diberi kunci-kunci kalimat, penutup-penutupnya dan lafaz-lafaz yang sedikit, tetapi banyak maknanya. Diberitahukan kepadaku berapa banyak malaikat penjaga neraka, dan para malaikat yang membawa Arsy. Aku diberi keringanan, diberi afiat, dan umatku juga diberi afiat. Maka dengarkanlah dan taatlah kalian kepadaku selagi aku berada di tengah kalian. Jika aku sudah mati, hendaklah kalian berpegang teguh kepada kitab Allah (Al-Quran). Halalkan apa yang dihalalkan-Nya dan haramkanlah apa yang diharamkan-Nya." (Musnad Imam Ahmad, 2/172)
Derajat insan kamil adalah derajat kemanusian yang tertinggi dalam kehidupan manusia. Nabi Muhammad SAW. menjadi contoh insan kamil tertinggi dan sempurna.
Wallahu alam.***
[Ditulis Oleh H. AGUS ISMAIL, Imam dan khatib Jumat Masjid Al-Haq Margahayu Selatan, Kab.Bandung. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Jumat (Pahing) / 18 Februari 2011 pada Kolom "RENUNGAN JUMAT"]
Pantas kalau Allah memujinya sebagai kepribadian yang paripurna. Allah memerintahkan setiap Muslim untuk beruswah (meneladani) kepribadian Beliau.
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
"Sesungguhnya telah ada pada diri Rasul suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang berharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah." (QS. Al-Ahzab : 21)Mencontoh Rasulullah SAW. dalam segenap aspek kehidupan adalah bukti dari ketaatan dan kesempurnaan iman seorang Mukmin. Sekurang-kurangnya ada empat ciri Mukmin yang meneladani Rasul sebagai uswah hasanah.
Pertama, tumbuhnya keyakinan akan pertemuan dengan Allah pada hari kiamat dan selalu mengharapkan rahmat-Nya, serta banyak berzikir kepada Allah SWT.
Kedua, tumbuhnya muhabah (kecintaan) yang mendalam kepada Rasul.
قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
"Katakanlah jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaanmu yang kamu usahakan, perniagaan kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan rasul-Nya dan dari berjihad di jalannya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkankan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik." (QS. At-taubah : 24)Ketiga, ath-thoah, senantiasa melaksanakan ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya, menjauhi larangan-Nya sebagai bukti rasa khouf (takut) terhadap siksa dan murka-Nya.
Keempat, ittiba yaitu mengikuti seluruh sunah Rasul, menjauhi perbuatan bidah, khurafat, takhayul, syirik, dan sihir. Bagi orang-orang yang cinta mengikuti Nabi-Nya, Allah berkenan pula memberikan cinta-Nya serta menghapuskan dosa-dosa hamba-Nya.
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
"Katakanlah jika kamu mencintai Allah maka turutilah aku, pasti Allah akan mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali Imran : 31)Namun, Rasul mengisyaratkan, ada banyak orang yang tak mau masuk surga seperti sabdanya. "Setiap umatku akan masuk surga, kecuali yang tidak mau." bertanya, "Para sahabatSiapa yang menolak masuk surga ya Rasulullah ?" Jawab Rasul, "Barang siapa yang taat kepadaku akan masuk surga, dan barang siapa yang maksiat, maka sungguh dialah yang menolak masuk surga." (HR. Bukhori)
Sanjungan dan pujian terhadap kepribadiannya pernah secara objektif diberikan oleh Sir. Hamilton A.R. Gibb yang telah mengarang kurang lebih dua puluh buku tentang Islam. Dia berkata, "Islam adalah Agama yang dinamis dan Muhammad mempunyai akhlak yang baik dan benar."
Hal senada disampaikan oleh W.C. Smith, pendiri Institut Pengkajian Islam di Universitas Mc Gill di Montreal Kanada. "Tuhan ingin menyampaikan risalah kapada manusia. Untuk itu, Tuhan mengirimkan rasul-rasul dan satu di antaranya rasul itu adalah Nabi Muhammad SAW."
Peran rasul sebagai manusia biasa yang diberi wahyu oleh Allah, mengemban amanah untuk memanusiakan manusia agar berakhlak ilahiyah, menciptakan tatanan kehidupan yang harmonis dinamis, untuk mencerahkan dunia dari kehancuran moral, kebutaan ilmu dan mereduksi kepalsuan keyakinan, meluruskan agama dan keyakinan yang telah menyimpang dari sisa agama samawi, yaitu Musa AS., Ibrahim AS., dan Isa AS.
Keagungan pribadi Muhammad bukan karena Ia seorang nabi, tetapi lebih menitikberatkan kepada sosok manusia biasa yang memiliki kelebihan akhlak mulia. Ia diutus untuk semesta alam (rahmatan lil alamin). Sebagaimana firman Allah,
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
"Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayatnya kepada mereka. Menyucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab Allah dan hikmah (sunah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (QS. Al-Jumat : 2)Anjuran untuk meneladani akhlak Rasul adalah mutlak adanya untuk mencapai derajat insan kamil, sebagaimana sabdanya, "Aku adalah Muhammad, nabi yang ummi (tidak mengenal baca tulis). Tidak ada nabi sesudahku. Aku diberi kunci-kunci kalimat, penutup-penutupnya dan lafaz-lafaz yang sedikit, tetapi banyak maknanya. Diberitahukan kepadaku berapa banyak malaikat penjaga neraka, dan para malaikat yang membawa Arsy. Aku diberi keringanan, diberi afiat, dan umatku juga diberi afiat. Maka dengarkanlah dan taatlah kalian kepadaku selagi aku berada di tengah kalian. Jika aku sudah mati, hendaklah kalian berpegang teguh kepada kitab Allah (Al-Quran). Halalkan apa yang dihalalkan-Nya dan haramkanlah apa yang diharamkan-Nya." (Musnad Imam Ahmad, 2/172)
Derajat insan kamil adalah derajat kemanusian yang tertinggi dalam kehidupan manusia. Nabi Muhammad SAW. menjadi contoh insan kamil tertinggi dan sempurna.
Wallahu alam.***
[Ditulis Oleh H. AGUS ISMAIL, Imam dan khatib Jumat Masjid Al-Haq Margahayu Selatan, Kab.Bandung. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Jumat (Pahing) / 18 Februari 2011 pada Kolom "RENUNGAN JUMAT"]
0 comments:
Post a Comment