Salah satu kenikmatan ketika haji atau umrah, saat bisa khusyuk bahkan meneteskan air mata ketika berdoa. Apalagi banyak tempat yang mustajab untuk berdoa. Salah satunya, Raudah di Masjid Nabawi, Madinah.
Raudah berada antara makam Rasulullah dan mimbar. Luasnya kurang lebih 144 meter persegi yang sekarang ditandai dengan pilar-pilar warna putih dengan ornamen yang khas, sedangkan lantainya dilapisi permadani wol yang sangat cantik dan unik.
Raudah juga disebut "Taman Surga" seperti yang disabdakan Rasulullah SAW.,
Di antara rumahku dan mimbarku adalah sebagian taman surga. (HR. Bukhari dan Muslim)
Sesuai dengan hadits Nabi itu, luas Raudah sekitar 22 meter x 15 meter, yakni jarak antara rumah Nabi dan mimbarnya kurang lebih 22 meter, dan panjang belakang kurang lebih 15 meter.
Di dalam Raudah terdapat tiang-tiang penting yakni tiang Siti Aisyah (usthuwaanah Aisyah) terletak di tengah Raudah, yakni tiang yang ketiga dari mimbar dan dinding makam Rasulullah. Di tengah tiang ini terdapat tulisan dalam bahasa Arab, Usthuwaanah Aisyah.
Berikutnya terdapat tiang yang disebut juga Usthuwaanah Muhajirin karena pada mulanya orang-orang Muhajirin tinggal berdekatan dengan tempat ini. Terdapat tiang yang disebut juga dengan Usthuwaanah al-Qurah. Imam Tabrani menyebutkan bahwa Aisyah meriwayatkan sebuah hadits yang menyatakan, Nabi SAW. bersabda,
Ada tempat yang sangat penting di dalam Masjid Nabawi yang mulia, jika seseorang mengetahuinya, mereka akan mengadakan undian untuk mendapatkan kesempatan agar bisa shalat di sana.
Suatu hari, para sahabat bertanya kepada Aisyah tentang tempat ini. Ia menolak untuk memberitahukan tempat tersebut. Akhirnya para sahabat pergi, sedangkan Aisyah masih bersama dengan keponakannya, Abdullah bin Zubair melakukan shalat dekat dengan tiang Aisyah. Para sahabat meyakini bahwa Aisyah memberitahukan tempat tersebut secara rahasia kepada keponakannya.
Nabi Muhammad pernah mengimami shalat dari titik ini selama beberapa hari setelah perubahan kiblat dari Masjid Al-Aqsa ke Kabah di Mekah. Belakangan Nabi selalu mengimami shalat dari titik yang sekarang dikenal dengan Mihrab Nabawi Asy-Syarif.
Berikutnya ada tiang lainnya yaitu tiang taubah (usthuwaanah at-Taubah) antara tiang Aisyah dan tiang Assarir (dinding makam Rasulullah). Selanjutnya terdapat tiang yang terkenal dengan nama tiang Abu Lubabah. Selain itu, ada tiang As-Sarir di sebelah timur (disamping) tiang At-Taubah, menempel dengan dinding makam Rasulullah. Sarir sendiri artinya tempat tidur.
Raudah juga mempunyai tiang Al-Haras yaitu tiang yang menempel pada dinding makam Rasulullah sebelah utara dari tiang As-Sarir. Tiang ini bersejarah karena di situlah para sahabat mengawal Nabi Muhammad SAW. dan menjadikan tempat itu sebagai pos keamanan untuk menjaga keamanan dan keselamatan Rasulullah SAW. hingga datang jaminan keamanan dari Allah SWT. melalui firman-Nya,
وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ
Allah memelihara engkau dari gangguan manusia. (QS. Al-Maidah : 67)
Terdapat tiang yang disebut juga Usthuwaanah Ali, sebab ia adalah orang yang paling sering bertugas menjaga pintu.
Tiang lainnya disebut Al-Wufud (tiang paling utara dari tiang As-Sarir dan tiang Al-Haras) dan menempel dengan dinding makam Rasulullah SAW. Tiang Al-Wufud ini asalnya adalah tempat Rasulullah menerima tamu pentingnya, baik petinggi-petinggi Arab maupun orang-orang mulia dan terkemuka dari para sahabat. Terakhir, adalah tiang Mukhallaqah Jabir seperti dalam hadits Bukhari,
Nabi SAW. bersandar pada sebatang pohon kurma (yang awalnya terletak pada tiang Mukhallaqah Jabir) ketika khotbah Jumat, lalu kaum Ansar dengan hormat menawarkan pada Nabi untuk membuat sebuah mimbar jika Nabi menyetujuinya. Sebuah mimbar yang terdiri dari tiga anak tangga dibangun.
Namun, ketika Nabi duduk di atas mimbar ini untuk berkhotbah, para sahabat mendengar batang pohon kurma itu menangis seperti anak kecil. Nabi mendekati pohon yang sedang menangis ini dan memeluknya. Pohon ini lalu tenang setelah sebelumnya terisak-isak seperti unta betina.
Pohon kurma tersebut menangis karena ia tidak dapat digunakan lagi untuk mengingat Allah. Sejak saat itu batang pohon tersebut diberi sejenis pewangi yang disebut Khaluq. Akhirnya tiang dari pohon kurma itu juga disebut Usthuwaanah Hannanah (tiang yang menangis). Semua tiang itu bersejarah, dan hingga kini masih tetap dipelihara dan ada di tempatnya. Setiap jemaah yang mengunjungi Masjid Nabawi dapat menyaksikannya.***
[Ditulis oleh H. ASEP TOTOH GHOZALI, aktivis dakwah dan pembimbing Haji Plus dan Umrah Qiblat Tour. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Selasa (Pon) 14 Juni 2011 / 12 Rajab 1432 H. pada Kolom "UMRAH & HAJI"]
by
0 comments:
Post a Comment