Nasihat itu adalah kebijaksanaan. Keberadaannya sangat diperlukan manusia dalam menjalani kehidupannya. Nasihatlah yang dapat membuat seseorang menjadi bergairah kembali hidupnya.
Bila dilihat dari arti katanya, nasihat itu berarti ajaran atau pelajaran baik. Bisa juga diartikan sebagai anjuran (petunjuk peringatan, teguran) yang baik. Sementara menasihati berarti memberi nasihat. Orang yang memberi nasihat dinamakan penasihat.
Saking pentingnya perilaku nasihat-menasihati ini maka dalam sebuah organisasi di masyarakat biasanya ada yang ditunjuk sebagai penasihat. Hal itu tidak lain dimaksudkan untuk menjadikan penasihat sebagai sumber yang dapat memberi petunjuk dan masukan terhadap problematika kehidupan yang dihadapi masyargkat di kemudian hari. Kewajiban saling nasihat-menasihati pun merupakan ajaran agama yang perlu dilakukan umatnya dalam kehidupan sehari-hari demi kebaikan. Sampaikanlah kebaikan itu, sekecil apa pun pada orang lain. Misalnya, orang tua menasihati anaknya. Guru menasihati muridnya. Dosen menasihati mahasiswanya. Termasuk nasihat-menasihati di antara sesama teman. Namun, masalah-nya ego setiap manusia itu memiliki kecenderungan tidak menyukai kalau dirinya dinasihati oleh orang lain. Padahal, nasihat itu jelas-jelas untuk kebaikannya.
Saking pentingnya perilaku nasihat-menasihati ini maka dalam sebuah organisasi di masyarakat biasanya ada yang ditunjuk sebagai penasihat. Hal itu tidak lain dimaksudkan untuk menjadikan penasihat sebagai sumber yang dapat memberi petunjuk dan masukan terhadap problematika kehidupan yang dihadapi masyargkat di kemudian hari. Kewajiban saling nasihat-menasihati pun merupakan ajaran agama yang perlu dilakukan umatnya dalam kehidupan sehari-hari demi kebaikan. Sampaikanlah kebaikan itu, sekecil apa pun pada orang lain. Misalnya, orang tua menasihati anaknya. Guru menasihati muridnya. Dosen menasihati mahasiswanya. Termasuk nasihat-menasihati di antara sesama teman. Namun, masalah-nya ego setiap manusia itu memiliki kecenderungan tidak menyukai kalau dirinya dinasihati oleh orang lain. Padahal, nasihat itu jelas-jelas untuk kebaikannya.
Gambaran tersebut tercermin pada kisah yang diabadikan Al-Qur'an dalam surat Al-A'raf : 73-79.
وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا ۗ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۖ قَدْ جَاءَتْكُم بَيِّنَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ ۖ هَٰذِهِ نَاقَةُ اللَّهِ لَكُمْ آيَةً ۖ فَذَرُوهَا تَأْكُلْ فِي أَرْضِ اللَّهِ ۖ وَلَا تَمَسُّوهَا بِسُوءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
وَاذْكُرُوا إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاءَ مِن بَعْدِ عَادٍ وَبَوَّأَكُمْ فِي الْأَرْضِ تَتَّخِذُونَ مِن سُهُولِهَا قُصُورًا وَتَنْحِتُونَ الْجِبَالَ بُيُوتًا ۖ فَاذْكُرُوا آلَاءَ اللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ
قَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا مِن قَوْمِهِ لِلَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِمَنْ آمَنَ مِنْهُمْ أَتَعْلَمُونَ أَنَّ صَالِحًا مُّرْسَلٌ مِّن رَّبِّهِ ۚ قَالُوا إِنَّا بِمَا أُرْسِلَ بِهِ مُؤْمِنُونَ
قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا بِالَّذِي آمَنتُم بِهِ كَافِرُونَ
فَعَقَرُوا النَّاقَةَ وَعَتَوْا عَنْ أَمْرِ رَبِّهِمْ وَقَالُوا يَا صَالِحُ ائْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِن كُنتَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ
فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ
فَتَوَلَّىٰ عَنْهُمْ وَقَالَ يَا قَوْمِ لَقَدْ أَبْلَغْتُكُمْ رِسَالَةَ رَبِّي وَنَصَحْتُ لَكُمْ وَلَٰكِن لَّا تُحِبُّونَ النَّاصِحِينَ
Dalam ayat itu, dijelaskan kepada kaum Samud, Allah mengutus Nabi Saleh AS. Kemudian Beliau menyampaikan kepada kaumnya amanat Tuhannya dan memberi nasihat terpercaya kepada kaumnya. Namun, kaumnya tetap sombong dan lalai kemudian mengingkari apa yang disampaikan Nabi Saleh AS.
Orang-orang yang menyombongkan diri berkata, "Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu percayai." Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan berlaku angkuh terhadap perintah Tuhannya. Mereka berkata, "Wahai Saleh! Buktikanlah ancaman kamu kepada kami, jika benar engkau Saleh seorang nabi." Lalu, datanglah gempa bumi menimpa mereka dan mereka pun mati bergelimpangan di dalam reruntuhan rumah mereka. Kemudian Dia (Saleh) pergi meninggalkan mereka sambil berkata, "Wahai kaumku! Sungguh, aku telah menyampaikan amanat Tuhanku kepadamu dan aku telah menasihati kamu, tetapi kamu tidak menyukai orang yang memberi nasihat."
Kisah tersebut telah memberi pelajaran pada kita akan perilaku ingkar terhadap nasihat kebaikan. Lebih-lebih itu adalah nasihat dari ajaran nabi dan Tuhannya. Padahal, kalau kita telaah lebih lanjut, kaum Samud merupakan kaum yang mendapat anugerah sebagai manusia yang tinggi dan besar secara fisik. Mereka hidup di lembah-lembah pegunungan dan dataran tinggi. Di tempat itu, mereka mendirikan rumah tinggal. Nikmat yang diberikan kepada mereka itu tidak menjadikan mereka semakin taat dan patuh kepada perintah Allah. Bahkan, mereka selalu mendustakan dan durhaka terhadap perintah dan larangan Allah yang disampaikan oleh nabi mereka, yaitu Nabi Saleh AS.
Ketaatan mereka diuji dengan seekor unta betina, Allah menyuruh mereka agar tidak mengganggu dan menyakiti unta betina yang sedang makan. Ujian ini untuk membuktikan apakah mereka mematuhi apa yang diseru atau sebaliknya, mereka durhaka. Ketika Nabi Saleh AS. tidak bersama mereka, mereka melakukan kedurhakaan dengan menyembelih unta betina itu. Karena mereka tidak patuh, Allah melaknat mereka hingga binasa. (Syaamil Al-Qur'an Terjemahan Tafsir Per Kata, 2010)
Di sini, kesadaran akan nasihat kebaikan dari orang lain, apalagi nasihat ajaran agama, tentu patut kita terima, kembangkan dan olah menjadi sesuatu yang bernilai positif. Jadikan nasihat itu menjadi kekuatan baru dalam meningkatkan kualitas hidup kita. Dan jangan sampai nasihat itu justru kita dustai yang berakibat fatal melukai diri sendiri.
Selain itu, yang lebih penting diperhatikan bagi pemberi nasihat adalah cara memberikan nasihat. Sampaikanlah nasihat itu dengan cara sebaik mungkin. Lagi pula, banyak cara dan media yang bisa kita pakai dalam memberi nasihat. Bisa lewat kata-kata, cerita, keteladanan, dan lainnya. Pakailah cara yang efektif dan sesuai dengan sasaran orang yang kita nasihati agar apa yang dilakukan tersebut dapat membuahkan hasil. Yaitu nasihat kita dapat diterima oleh orang lain. Lalu, sudahkah kita melakukan nasihat-menasihati ini dengan cara yang bijaksana?
Dalam hal ini, ada ungkapan dari Imam Asy-Syafi'i terkait nasihat-menasihati yang patut kita aplikasikan dalam kehidupan keseharian. Beliau mengungkapkan, "Menasihati dengan kata-kata, bak muazin yang merdu suaranya. Menasihati dengan teladan mulia, akan jadi imam dalam segala."
Sungguh indah pesan Asy-Syafi'i itu. Jadi, diharapkan ketika kita meberikan nasihat pada orang lain, usahakanlah dengan kata-kata yang enak didengar. Dan bila kita melakukannya dengan cara perilaku keteladanan, maka buahnya akan menjadi panutan bagi siapa pun. Sehingga akhirnya, nasihat yang kita sampaikan itu tidak terdustakan.
Semoga! ***
[Ditulis oleh ARDA DINATA, pengasuh Majelis Inspirasi Al-Qur'an dan Realitas Alam / MIQRA Indonesia, http://www.miqraindonesia.com. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Jumat (Wage) 2 Desember 2011 / 6 Muharam 1433 H. pada Kolom "RENUNGAN JUMAT"]
by
Sungguh indah pesan Asy-Syafi'i itu. Jadi, diharapkan ketika kita meberikan nasihat pada orang lain, usahakanlah dengan kata-kata yang enak didengar. Dan bila kita melakukannya dengan cara perilaku keteladanan, maka buahnya akan menjadi panutan bagi siapa pun. Sehingga akhirnya, nasihat yang kita sampaikan itu tidak terdustakan.
Semoga! ***
[Ditulis oleh ARDA DINATA, pengasuh Majelis Inspirasi Al-Qur'an dan Realitas Alam / MIQRA Indonesia, http://www.miqraindonesia.com. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Jumat (Wage) 2 Desember 2011 / 6 Muharam 1433 H. pada Kolom "RENUNGAN JUMAT"]
by
0 comments:
Post a Comment