MUHASABAH PADA AWAL TAHUN

Dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 28, Allah SWT. menyinggung kepada seluruh manusia dengan firman-Nya,
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ۖ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
"Mengapa kamu tidak beriman (kafir) kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya lah kamu dikembalikan ?"

Ayat di atas dimulai dengan huruf istifham (kata tanya), yaitu kaifa yang berarti kenapa. Lazimnya kata tanya, mengandung arti bertanya tentang sesuatu dan dapat dijawab. Seperti ungkapan, bagaimana keadaan kamu ? Biasa dijawab, alhamdulillah sehat wal afiat.

Namun huruf istifham dalam ayat di atas tidak berfungsi kaifa itu sebagai bentuk pertanyaan. Akan tetapi, menunjukkan arti ta`ajjub yaitu keheranan. Maksudnya keheranan adalah, kenapa manusia bisa menolak untuk diperintah beriman kepada Allah SWT., padahal Allah-lah yang telah menciptakan dan menghidupkan manusia.

Kalau diibaratkan, biasanya orang yang menolak perintah apabila kedudukannya tidak seimbang atau tidak sama. Seperti seorang jenderal diperintah oleh kopral, tentu tidak akan menerima. Karena merasa dirinya lebih kuat dan lebih tinggi kedudukannya daripada kopral. Wajar kalau sang jenderal menolak perintah kopral tadi.

Atau ketika sang majikan disuruh-suruh oleh pembantunya. Bukan isi perintah itu yang dijalankan, tetapi nasib sang pembantu justru malah dipecat. Atau perintah bawahan kepada atasannya di kantor untuk melakukan suatu pekerjaan. Niscaya karier bawahan tadi akan macet dan tidak berkembang. Penolakan perintah oleh sang jenderal, sang majikan, atau sang atasan tadi karena mereka merasa lebih kuasa atas yang lainnya.

Akan tetapi, apakah wajar ketika manusia menolak perintah untuk beriman kepada Allah SWT. ? Seolah manusia itu lebih kuat, lebih mampu, dan lebih segala-galanya daripada Allah SWT. Inilah yang menjadi dasar ta`ajjub dalam perintah iman kepada Allah SWT. dalam Surat Al-Baqarah ayat 28. Kok bisa manusia menolak perintah Allah SWT. ?

Apakah betul memang manusia lebih kuat dan mampu mengatur segala kehidupannya ? Secara fisik saja, ada yang lebih kuat daripada manusia. Bahkan manusia lebih lemah dibandingkan dengan makhluk ciptaan Allah lainnya. Buktinya, sejago-jagonya juara lari atau maraton, kalau disandingkan dengan tikus, atau kucing, atau kuda, manusia pasti akan kalah. Orang yang pintar berenang misalkan, jelas akan kewalahan melawan ikan. Orang yang pandai memanjat pun dibandingkan dengan monyet pasti akan kedodoran.

Seorang satpam yang biasa jaga malam, biasanya memakai jaket karena takut kedinginan, dan mempersiapkan perbekalan secukupnya untuk jaga malam. Bandingkan dengan seekor anjing yang biasa jaga rumah. Walau hanya diberi tulang, anjing tidak pernah protes, apalagi meminta jaket dan sebagainya. Anjing tidak pernah ketiduran ketika menjaga rumah. Apalagi mangkir untuk kabur.

Dengan seekor nyamuk pun ternyata ketangguhan fisik manusia harus kalah. Padahal fisik nyamuk dengan fisik manusia itu sangat jauh berbeda. Tidak sedikit penyakit yang timbul hanya gara-gara gigitan nyamuk yang sangat kecil. Ada penyakit demam berdarah yang diakibatkan gigitan nyamuk Aedes aegypti.

Di Indonesia saja, menurut penelitian di Departemen Kesehatan disebutkan bahwa selama tahun 2009 terdapat 154.000 lebih rakyat Indonesia yang terjangkit DBD. Dari jumlah tersebut, 1.384 orang meninggal diakibatkan infeksi virus dengue. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu tahun 2008 sebanyak 135. 000 orang dengan jumlah korban meninggal sebanyak 1.138 orang.

Dengan gigitan nyamuk yang sama, ternyata menimbulkan juga penyakit lainnya yaitu chikungunya. Ada juga penyakit malaria yang disebabkan nyamuk anopheles betina. Berdasarkan survei unit kerja SPP (serangga penular penyakit), telah ditemukan di Indonesia ada 46 species nyamuk anopheles yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari spesies-spesies nyamuk tersebut, ternyata ada dua puluh spesies yang dapat menularkan penyakit malaria. Dengan kata lain, di Indonesia ada dua puluh spesies nyamuk anopheles yang berperan sebagai vektor penyakit malaria. Masih banyak lagi penyakit yang ditimbulkan dari gigitan nyamuk yang sangat kecil bentuknya. Akan tetapi, Allah SWT. tidak akan pernah berhenti untuk mengingatkan manusia walaupun dengan seekor nyamuk sekalipun.

Dalam Surat Al-Baqarah ayat 26 disebutkan,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا ۚ فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ ۖ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَٰذَا مَثَلًا ۘ يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا ۚ وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ
"Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah daripada itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan, apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan? Dengan perumpamaan itu, banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik."

Walaupun demikian, tetap saja perilaku manusia tidak pernah berubah. Padahal sudah banyak kejadian yang menimpa manusia dengan berbagai bentuk kejadian. Allah SWT. senantiasa mengingatkan kita dengan berbagai macam ujian, baik itu dengan gempa bumi, longsor, gunung merapi, ataupun tsunami. Tujuannya tidak lain, supaya manusia sadar bahwa Allah-lah yang menciptakan manusia dan juga seluruh alam beserta isinya.

Kalau disimpulkan, ada empat tipe manusia dalam hal urusan keimanan kepada Allah SWT., yaitu mukmin, kafir, munafik, dan fasik. Mukmin adalah orang yang menerima keimanan dalam hatinya, dan mengamalkan dalam kehidupannya. Kafir adalah orang yang tidak menerima keimanan dan juga tidak mengamalkannya. Munafik adalah orang yang tidak menerima keimanan di hatinya. Namun, secara lahiriah melaksanakan. Fasik adalah orang yang menerima keimanan di hatinya, tetapi tidak mengamalkan dalam kehidupannya.

Kalau diibaratkan ban mobil, orang mukmin adalah antara ban luar dan ban dalamnya bagus. Sementara orang kafir yaitu ban luar dan ban dalamnya jelek. Sementara orang munafik, ban luarnya bagus sedangkan ban dalamnya jelek. Adapun orang fasik, ban dalamnya bagus sementara ban luarnya jelek.

Saat pergantian tahun, yang baru berlalu, penulis merasa heran dan bingung memperhatikan perilaku manusia menyambut acara pergantian tahun. Kalau dihitung, berapa puluh miliar uang rakyat Indonesia yang habis dihambur-hamburkan dalam menyambut pergantian tahun kemarin. Tidak sedikit pula umat Islam yang terjerumus terhadap kesesatan tahun baru.

Padahal sebagaimana anjuran dari Nabi Muhammad SAW.,

"Barangsiapa hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah tergolong orang yang beruntung. Barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, dialah tergolong orang yang merugi, dan barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, dialah tergolong orang yang celaka."

Sudah seharusnya, kita berusaha meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT., di mana pun dan kapan pun kita berada. Karena dengan iman, hidup akan aman dan tenteram.***

[Ditulis oleh KH. ACENG ZAKARIA, Ketua Bidang Tarbiyyah PP Persis dan pimpinan Pesantren Persis 99 Rancabango Garut. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Legi) 13 Januari 2011 pada Kolom "CIKARACAK"]

0 comments: