KEDUDUKAN TOLERANSI DALAM ISLAM

Berikut ini adalah Kedudukan toleransi dalam Islam sebagaimana dikutip dari kitab "Samhatul Islam Fii Kitabi wa Sunnah", Edisi Indonesia "Toleransi Islam Menurut Pandangan Al-Qur'an dan As-Sunnah", oleh Syaikh Salim bin 'Ied Al-Hilali, penerbit Maktabah Salafy Press, hal. 17-24, penerjemah Abu Abdillah Muhammad Afifuddin As-Sidawi :
    1. Islam Adalah Agama Yang Mudah dan Penuh Toleransi

    Allah Ta’ala berfirman.

    يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ

    "… Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu …" (QS. Al-Baqarah : 185)

    Allah Subhanahu wata’ala menghendaki untuk membersihkan umat Islam yang dirahmati ini dari segala bentuk kesulitan dan belenggu, maka Allah Subhanahu wata’ala tidak menjadikan untuk mereka kesempitan pada agama ini.

    Allah Jalla Tsamauh berfirman.

    وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجُ

    "dan Dia sekali-kali tidak akan menjadikan untukmu dalam agama suatu kesempitan…." (QS. Al-Hajj : 78)

    2. Allah Mengutus Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa sallam Dengan Membawa Al-Hanifiyah (agama yang Lurus) As-Samhah (yang Mudah).

    وَكَانَ يَوْمُ عِيْدٍ يَلْعَبُ السُّوْدَانُ بِالدَّرَقِ وَالْحِرَابِ، فَإِمَّا سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِمَّا قَالَ: تَشْتَهِيْنَ تَنْظُرِيْنَ؟ فَقُلْتُ: نَعَمْ، فَأَقَامَنِي وَرَاءَهُ، خَدِّي عَلَى خَدِّهِ، وَهُوَ يَقُوْلُ: دُوْنَكُمْ ياَ بَنِي أَرْفِدَةَ. حَتَّى إِذَا مَلِلْتُ، قَالَ: حَسْبُكِ؟ قُلْتُ: نَعَمْ. قَالَ: فَاذْهَبِي

    Dari Aisyah Radliyallahu ‘anha dia menceritakan, " Biasanya pada hari raya, orang-orang Habasyah bermain perisai dan tombak (berlatih perang-perangan).Aku yang meminta kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (agar diperkenankan menonton permainan tersebut) dan beliau sendiri menawarkan dengan berkata, ‘Apakah engkau ingin melihat permainan mereka ?’ ‘Iya’, jawabku. Beliau pun memberdirikan aku di belakangnya, pipiku menempel pada pipi beliau. Beliau berkata: ‘Teruskan wahai Bani Arfidah.’ Hingga ketika aku telah jenuh, beliau bertanya, ‘Cukupkah ?’ ‘Iya’, jawabku. ‘Kalau begitu pergilah’, kata beliau.” (HR. Al-Bukhari no. 950 dan Muslim no. 2062)

    Aisyah berkata, "Lalu Umar muncul, maka orang-orang dan anak-anak tadi berhamburan meninggalkan mereka (Habasyah), Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Saya melihat para syaithan manusia dan jin lari dari Umar."

    Aisyah mengatakan : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika itu bersabda, "Supaya orang Yahudi tahu bahwa pada agama kita ada keleluasaan, aku diutus dengan Al-Hanifiyah (agama yang lurus) As-Samhah (yang mudah)." (Muttafaq ‘Alaihi, kecuali lafadh yang dijadikan dalil yang diriwayatkan oleh Ahmad 6/116 dan 233 dan Al-Humaidi 254 dengan sanad yang shahih)

    3. Agama Yang Paling Allah Subhanahu wata’ala Cintai Adalah Yang Lurus dan Mudah.

    Hukum-hukum Islam dibangun di atas kemudahan dan tidak menyulitkan, norma-norma agama ini seluruhnya dicintai (oleh Allah) namun yang mudah dari itu semualah yang paling dicintai oleh Allah Subhanahu wata’ala.

    Oleh sebab itu, tidak boleh mempersulit diri dalam menjalankan agama Allah Subhanahu wata’ala dan tidak boleh pula membuat sulit hamba-hamba Allah Subhanahu wata’ala.

    Tiada seorangpun yang mempersulit agama ini melainkan dia pasti akan kalah. Lihatlah perbuatan Bani Israil, tatkala mereka mempersulit diri, Allah Subhanahu wata’ala-pun mempersulit mereka. Kalau seandainya mereka mempermudahnya, niscaya mereka akan diberi kemudahan, perhatikan kisah ‘Al-Baqarah!’ (Kisah mereka diabadikan oleh Allah Subhanahu wata’ala dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 67-71 sebagai pelajaran untuk umat setelah mereka (Pent).)

    Dari Ibnu Abbas Radliyallahu anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya : "Agama apa yang paling dicintai oleh Allah Azza wa Jalla ?" Beliau menjawab, ‘yang mudah dan yang lurus’ (Dikeluarkan oleh Bukhari secara Muallaq (tanpa menyebutkan sanad) 1/93 – Al-Fath dan dia sambungkan sanadnnya dalam Al-Adab Al-Mufrad hal.44, Ahmad 1/236, dihasankan oleh Al-Hafidh dalam Al-Fath 1/94. Disahihkan oleh Ahmad Syakir dalam At-Ta’liq ala Al-Musnad 2108 dan keduanya dikritik oleh Syaikh kami (Al-Albani) dalam Ash-Shahihah 881 beliau menghasankannya dengan penguat-penguatnya.)

    Oleh karena itu, Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu meriwayatkan, Nabi Shallallahu’alaihi wasallam ditanya tentang seorang lelaki yang meminum susu murni, apakah dia harus berwudlu ?Beliau Shallallahu’alaihi wasallam menjawab : "Bermudahlah niscaya engkau akan diberi kemudahan" (Lafadh ini diriwayatkan secara marfu (sampai kepada Nabi) dari hadits Ibnu Abbas, dikeluarkan oleh Abdullah bin Ahmad dalam Zawaid-nya atas Al-Musnad 1/248 secara wijadah (riwayat dengan kitab))

    Yakni gampangkanlah niscaya Allah Subhanahu wata’ala akan memberi keringanan untukmu dan atasmu. (Lisanul Arab 2/498)

    4. Toleransi Adalah Keimanan Yang Paling Utama.

    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Seutama-utama keimanan adalah sabar dan toleransi" (Shahih Al-Jami’ As-Shaghir 1108)

    5. Toleransi Adalah Amalan yang Paling Ringan dan Paling Utama.

    Pernah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sembari bertanya : "Wahai Rasulullah ! Amalan apakah yang paling utama ?" Jawab beliau : "Iman kepada Allah, membenarkan-Nya, dan berjihad di jalan-Nya." Orang tadi berkata : "Aku ingin yang lebih ringan daripada itu wahai Rasulullah ?" Kata beliau : "Sabar dan toleransi" Kata orang itu : "Aku ingin yang lebih ringan lagi". Beliau bersabda : "Janganlah engkau menuduh Allah Tabaraka wa Ta’ala dalam sesuatu yang telah Allah putuskan untukmu" (Dikeluarkan oleh Ahmad 5/319 dari hadits Ubadah bin Ash-Shamit Radliyallahu ‘anhu dan 4/385 dari ‘Amr bin Arbasah Radliyallahu anhu dia berkata : ‘Apa itu Iman ?" Beliau menjawab : "Sabar dan toleransi", Dia punya penguat dari hadits Jabir Radliyallahu ‘anhu, maka hadits ini pun shahih dengan jalan-jalan dan penguatnya.)

    6. Beberapa Bentuk Toleransi.

    Termasuk toleransi dalam Islam adalah bahwa Islam merupakan agama Allah Subhanahu wata’ala untuk seluruh umat manusia.

    Allah Subhanahu wata’ala berfirman.

    وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

    "Dan tidak Kami mengutusmu melainkan untuk menebarkan rahmat di seluruh alam …." (QS. Al-Anbiya : 107)

    Allah Subhanahu wata’ala juga berfirman.

    وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ

    "Dan tidaklah Kami mengutusmu melainkan kepada seluruh umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan …" (QS. Saba : 28)

    Toleransi Islam menolak sikap fanatisme dan perbedaan rasIslam telah menyucikan diri dari ikatan dan belenggu jahiliyyah, maka Islam-pun menghapus pengaruh fanatisme yang merupakan sumber hukum yang dibangun di atas hawa nafsu.Islam tidak meridhoi kebathilan fanatisme dan perbedaan ras yang mengukur keutamaan dan kebenaran dengan darah fanatisme dan tanah. Thagut itu benar-benar ada pada syari’at jahiliyah, oleh sebab itu, Islam menghinakannya karena mencekik kemulian insan.Dengan demikian, Islam telah menghidupkan hati dan memakmurkannya dengan iman yang benar dan menghasungnya kepada kebajikan, petunjuk dan keadilan. Serta menghapus perbedaan jenis, bahasa, ras, nasab dan harta benda, menjadikan segenap keutamaan dan kemuliaan untuk ketaqwaan yang merupakan mata air sikap toleransi, puncak tertinggi dan muara keistimewaan dan kelebihannya.

    Allah Subhanahu wata’ala berfirman.

    يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

    "Wahai sekalian manusia ! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal- mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah diantara kamu adalah orang-orang yang paling bertawqa di antara kamu. Sesunguhnya Allah Maha Mengatahui dan Maha Mengenal." (QS. Al-Hujurat : 13)
Mudah-mudahan para pemimpin bangsa dan negara serta para pemimpin umat semakin arif dalam menangani kasus-kasus yang berbau SARA tersebut, untuk tidak selalu menyudutkan kelompok-kelompok dalam tubuh umat Islam.

Wallahu a'lam bishawab.


[Dirangkum dari sumber http://sunniy.wordpress.com ]

0 comments: