KEGANJILAN MENJELANG AKHIR ZAMAN

Menjelang akhir zaman, banyak muncul perkara ganjil. Aneh dan dianggap meresahkan. Terutama yang bersifat kasat mata.

Beberapa waktu lalu, muncul gerombolan ulat menyerang pepohonan hingga rusak, masuk ke rumah-rumah penduduk. Menimbulkan gatal-gatal dan jijik. Sekarang muncul serangga tomcat di beberapa daerah, yang tak kalah heboh dari ulat. 

Keanehan lain, misalnya, kecelakaan kendaraan di mana-mana tanpa henti. Tabrakan, terguling, tergilas kereta api, dan lain-lain yang menelan korban jiwa. Belum lagi perkelahian, bentrokan fisik, serang-menyerang antarkelompok, tanpa kejelasan apa yang diperebutkan. 

Bencana alam, apalagi. Seolah-olah semua memusuhi manusia. Banjir, longsor, memang bukan perkara aneh. Namun, menjadi aneh karena hal itu terus berlangsung. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi sia-sia, karena tidak mampu mengatasi peristiwa-peristiwa rutin yang menyengsarakan itu. 

Belum lagi keanehan-keanehan yang bersifat mental spiritual. Kebobrokan akhlak di tengah kehebatan budaya. Penyalahgunaan obat-obat terlarang di tengah contoh-contoh nyata derita fisik dan sosial para penggunanya. Semakin dilarang dan membahayakan, semakin dicari dan diminati. 

Keanehan-keanehan itu, bagi setiap Muslim beriman, sebetulnya bukan "aneh" lagi. Mengingat 2000 tahun lalu, Nabi Muhammad SAW., telah memprediksi melalui satu hadits riwayat Imam Tirmidzi.
"Ada enam perkara ganjil, pada enam tempat yang tidak serasi. Yaitu, masjid ganjil bagi orang-orang yang tak mengerjakan shalat. Mushaf Al-Qur'an, ganjil di tengah orang-orang yang tidak suka membacanya. Ayat-ayat Al-Qur'an ganjil di tengah orang-orang yang berbuat kejahatan. Wanita baik-baik, ganjil di tengah laki-laki bejat. Laki-laki baik, asing di tengah wanita tunasusila. Orang alim, ganjil di tengah orang-orang yang tak mau mendengarkan nasihat-nasihat kebaikan."

Masjid adalah tempat khusus untuk beribadah (mahdlah) kepada Allah SWT., juga tempat melaksanakan hubungan dengan sesama manusia (ghair mahdlah). Dengan kegiatan ibadah vertikal dan horizontal itu, masjid menjadi makmur. 

Dalam Al-Qur'an Surat At-Taubah ayat 18 disebutkan, orang-orang yang memakmurkan masjid adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, menegakkan shalat, dan mengeluarkan zakat, serta yang tidak takut oleh apa pun kecuali oleh Allah. Mereka itulah yang diharapkan mendapat petunjuk. 

إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَن يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ

Innama yaAAmuru masajida Allahi man amana biAllahi waalyawmi alakhiri waaqama alssalata waata alzzakata walam yakhsha illa Allaha faAAasa olaika an yakoonoo mina almuhtadeena
Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. At-Taubah:18)

Sekarang, masjid tersebar di mana-mana. Dari yang kecil sederhana, hingga yang besar megah mewah. Upaya membangun masjid dilakukan dengan berbagai cara. Mulai dari menyebar proposal, mengedarkan kencleng, hingga mencegat kendaraan di jalan raya. Belasan bahkan ratusan orang ikut terlibat mendukung kegiatan itu. 

Namun, setelah masjid tegak berdiri, jemaahnya tidak ratusan. Bahkan sering kosong melompong. Gelap gulita dan terkunci rapat di waktu malam. Kusam kotor di waktu siang. Inilah yang mengundang keanehan dan keganjilan. 

Mushaf Al-Qur'an menjadi ganjil karena tak pernah dibaca. Hanya teronggok penuh debu. Al-Qur'an yang menjadi penjelas berbagai perkara (sebagaimana digambarkan dalam firman Allah dalam Al-Qur'an surah Al Baqarah: 185), dibiarkan saja begitu rupa. 

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ

Shahru ramadana allathee onzila feehi alquranu hudan lilnnasi wabayyinatin mina alhuda waalfurqani
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).

Begitu pula, ayat-ayat Al-Qur'an di tengah orang-orang fasik. Pembuat maksiat. Tidak menjadi peringatan, acuan, batas antara hak dan batil, dianggap angin lalu saja. 

Wanita baik-baik, di tangan laki-laki bejat, merupakan keanehan pula. Sudah sering terjadi penculikan, penipuan, yang berujung pada trafficking. Gadis-gadis lugu dari pelosok daerah dijadikan komoditas menguntungkan oleh para lelaki bejat, baik yang menjadi penjual maupun pemakai. 

Kesulitan ekonomi menjadikan para gadis suci itu mudah tergiur bujuk rayu para calo dan germo yang mengiming-imingi pekerjaan bergaji tinggi. Namun, kenyataannya dijual untuk pemuas hawa nafsu kebinatangan laki-laki tak bermoral. 

Adapun laki-laki baik, tak sedikit digunakan oleh kalangan wanita tunasusila. Dijadikan "suami" uhtuk melindungi status dan lain-lain agar wanita itu bebas berbuat sesuka hati di rumah atau di luar rumah. Jika terkena razia petugas, "suami" tadi dapat dijadikan tameng. Jika hamil akibat hubungan gelap dengan lelaki-lelaki lain, ada "suami" yang bertanggung jawab sebagai "ayah" bagi yang dikandungnya. 

Keganjilan terakhir adalah orang alim di tengah orang atau masyarakat yang hati dan perasaannya sudah buta-tuli. Yang menganggap nasihat berisi ajakan kepada kebaikan dan pencegahan dari kemunkaran sebagai hal tak berguna. Kebebasan berekspresi, kebebasan berpendapat, dan sebagainya, menjadi alasan untuk menolak ikatan dan ketentuan aturan yang dianggap melanggar hak asasi dan privasi. 

Nasihat dalam berbagai bentuk, terbatas atau meluas, hanya embel-embel. Bahkan orang-orang yang bertugas memberi nasihat, dijebak dan digiring pada situasi serta kondisi tertentu. Agar nasihat jalan terus, dikemas indah dan ramai sedemikian rupa, tetapi isi, makna, dan tujuan nasihat itu, nyaris tanpa substansi. Hanya hiburan atau tontonan. 

Jika sudah sampai pada tahap ini, sempurnalah keganjilan-keganjilan yang menjadi fenomena akhir zaman. Pada saat tersebut, sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW.,
"Islam hanya tinggal nama, Al-Qur'an hanya tinggal tulisan, masjid-masjid hanya tinggal bangunan tetapi kosong dari petunjuk, ulama-ulamanya termasuk orang paling jelek di kolong langit, karena dari mereka timbul fitnah yang akan semakin membuat mereka terpuruk." (Hadits Riwayat Imam Baihaqi)

Walaupun mungkin hal-hal tersebut sudah dianggap biasa, tetap ganjil, karena bertentangan dengan kodrat hati nurani manusia, yang masih menyelipkan kebenaran. Termasuk dalam soal pencarian nafkah. Banyak orang melakukan korupsi. Tak takut oleh hukum duniawi, tak risi oleh hukum ukhrowi. Karena memang sudah dianggap lumrah, wajar, dan bahkan "keharusan". Itu adalah keganjilan akhir zaman juga. 

Nabi SAW. menyatakan,
"Akan datang suatu zaman, tatkala seseorang tidak lagi memperdulikan apa yang diambilnya, apakah dari yang haram atau yang halal." (Hadits Riwayat Imam Bukhari)

Dalam menghadapi fenomena mengganjilkan tersebut, bagi setiap Muslim beriman, adalah kembali ke jalan Allah SWT. dan Rasul-Nya, memegang teguh perintah-Nya, sekaligus meninggalkan larangan-Nya.*** 

[Ditulis oleh H. USEP ROMLI HM., pengasuh Pesantren Anak Asuh Raksa Sarakan, Cibiuk, Garut, dan pembimbing ibadah haji & umrah BPHU Megacitra/KBIH Mega Arafah Kota Bandung. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis, 5 April 2012 / 13 Jumadil Awal 1433 H. pada Kolom "CIKARACAK"] 

by 
u-must-b-lucky

0 comments: