Salah satu pertanyaan yang paling banyak dilontarkan kepada penulis, seputar masalah doa. Terlalu sering pertanyaan yang muncul merujuk kepada Al-Qur'an yang menyatakan
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
Waqala rabbukumu odAAoonee astajib lakum
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. (QS. Mu'minin: 60)
Pertanyaannya, mengapa saya sudah berdoa, tetapi banyak tidak dikabulkan?
Sesungguhnya kalau kita menyatakan doa tidak terkabul menyalahi keinginan Allah karena semua doa kita pasti dikabulkan-Nya. Semua doa hamba Allah yang dinyatakan dengan tulus dan ikhlas akan dikabulkan-Nya.
Sementara wujud terkabulnya doa itu bisa bermacam-macam yang kadang tak sesuai dengan keinginan kita. Doa yang dikabulkan Allah bisa jadi sesuai dengan keinginan hamba, tetapi proses terkabulnya doa memakan waktu sesuai dengan proses sunatullah (keinginan Allah).
Selain itu, bisa juga Allah mengabulkan doa, tetapi dalam bentuk lain karena Allah jauh lebih mengetahui kebaikan bagi diri seseorang. Bisa jadi yang diminta oleh seseorang akan dapat mencelakakan yang bersangkutan.
Doa yang terkabul dalam bentuk pahala yang akan diberikan kepada yang bersangkutan di akhirat nanti. Allah juga mengabulkan doa seseorang setelah mengalami proses ujian agar yang bersangkutan dapat meningkatkan kualitas kelas keimanannya. Terakhir, Allah mengabulkan doa setelah seseorang hamba menghilangkan sebab-sebab tidak dikabulkan doanya seperti makanan haram, dosa, dan kesalahan dalam berdoa. Tidak ada doa yang tidak terkabulkan oleh Allah, maka janganlah segan dan malu untuk berdoa.
Salah satu waktu terbaik untuk berdoa pada saat shalat di sepertiga malam terakhir atau dikenal dengan shalat Tahajud. Ketika Rasulullah berada di tahun pertama kenabian menghadapi berbagai pelecehan bahkan fitnah, Allah SWT. menurunkan wahyu sebagai panduan menyikapi keadaan itu, di antaranya QS. Al-Muzzamil. Beberapa ayat dari surat tersebut berisi semacam panduan spiritual agar Nabi Muhammad tetap tangguh, istiqamah, dan mantap menjalankan tugas-tugasnya.
يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ
قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا
نِّصْفَهُ أَوِ انقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا
أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا
إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا
إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا
Ya ayyuha almuzzammilu. Qumi allayla illa qaleelan. Nisfahu awi onqus minhu qaleelan. Aw zid AAalayhi warattili alqurana tarteelan. Inna sanulqee AAalayka qawlan thaqeelan.
Inna nashiata allayli hiya ashaddu watan waaqwamu qeelan.
Wahai orang-orang yang berselimut, bangunlah shalat malam, separuh malam, atau kurangi sedikit atau lebih dan bacalah Al-Qur'an dengan tartil, maka aku akan berikan kepadamu qaulan tsaqilan (ucapan berbobot) dan sesungguhnya bangun di pengujung malam itu paling dalam kesannya untuk menumbuhkan iman dan memantapkan mental." (QS. Al Muzzamil: 1-6)
Ada dua janji yang Allah berikan setelah Nabi melakukan shalat malam dan membaca Al-Qur'an dengan tartil/tertib.
- Pertama, qaulan tsaqilan (ucapan berbobot) yang sering diartikan sebagai kharisma bil kasyaf.
- Kedua, tangguh dan mantap dalam menghadapi tantangan dan ujian.
Sahabat Ibnu Abbas dalam tafsirnya menyatakan, setelah turunnya QS. Al-Muzzamil, Nabi Muhammad terus memelihara shalat malam sampai saat-saat menjelang wafat. Kepada umatnya, Nabi menyampaikan shalat malam itu merupakan shalat para nabi dan rasul Allah.
Shalat malam juga kebiasaan orang saleh dan amalan orang berprestasi. Beliau juga pernah memberikan resep spiritual terhadap keluarga yang menghadapi problema hidup.
"Bangunkan istrimu di pengujung malam dengan penuh kasih sayang. Bangunkan suamimu di pengujung malam dengan penuh kasih sayang," demikian ucapan Rasulullah.
Jika suami istri melakukan shalat malam dan mereka berdzikir memohon kepada Allah, maka Allah menyatakan,
"Aku malu kalau Aku tidak memenuhi doa mereka, Aku malu kalau Aku tidak mengabulkan munajat mereka."
Shalat malam juga dapat berfungsi sebagai tanda syukur kepada Allah SWT. Sahabat Abu Hurairah pernah bertanya kepada Rasulullah ketika melihat kaki beliau memar, bengkak, dan lecet-lecet parah.
"Mengapa Anda shalat malam sampai kaki Anda lecet, bengkak, dan memar ya Rasulullah? Padahal, Anda adalah Rasulullah yang tak pernah berbuat dosa dan dijamin pasti masuk surga." Nabi pun menjawab,
"Apakah tidak pantas kalau saya mensyukuri segala anugerah Allah?"
Pada awal pembangunan masyarakat Madinah, Nabi Muhammad menyampaikan empat pesan moral kepada umat Islam. Di depan Percetakan Al-Qur'an di Madinah terpampang papan reklame besar yang berisi empat pesan moral Nabi tersebut.
Nabi bersabda,
Bukan hanya Nabi Muhammad yang melanggengkan shalat malam sampai menjelang wafatnya, tetapi Nabi Daud juga membiasakan shalat malam dengan cara tidur separuh malam dan bangun sepertiga malam.
"Tebarkanlah salam, bangun keakraban, wujudkan kepedulian sosial, dan bangun shalat malam pada saat orang-orang sedang tidur."
Bukan hanya Nabi Muhammad yang melanggengkan shalat malam sampai menjelang wafatnya, tetapi Nabi Daud juga membiasakan shalat malam dengan cara tidur separuh malam dan bangun sepertiga malam.
Kebiasaan Nabi Daud dilanjutkan Nabi Sulaiman yang memiliki kerajaan dan harta melimpah. Beberapa sahabat Nabi Muhammad sempat melakukan shalat malam dengan cara seperti Nabi Daud.
Sementara Nabi Muhammad sendiri membiasakan shalat malam di akhir malam, separuh, atau sepertiga malam. Shalat malam merupakan sarana penghapus dosa, penenang hati, pembersih jiwa, dan pendekatan diri (takarub) yang paling efektif.
Shalat ini juga menjadi obat segala macam kegundahan, kegelisahan, kesedihan, kemarahan, keterasingan, keputusasaan, dan problem-problem rohaniah lainnya. Ia adalah tiket untuk meraih surga dan kemuliaan di sisi Allah SWT.
Wallahualam.***
[Ditulis oleh KH. MIFTAH FARIDL, Ketua Umum MUI Kota Bandung, Ketua Yayasan Addakwah, dan Pembimbing Haji Plus dan Umrah Safari Suci. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Kliwon) 22 Maret 2012 / 29 Rabiul Akhir 1433 H. pada Kolom "CIKARACAK"]
by
0 comments:
Post a Comment