Pagi ini iseng-iseng saat saya membaca koran "Media Indonesia" Edisi Kamis tanggal 11 Februari 2010, sejenak terpaku di pojok kanan bawah, yaitu kolom "Pause" dengan judul tulisan "Kecerdasan & Penyakit Jantung". Timbul keinginan untuk membacanya sebentar dan tertarik untuk disalin dalam blog ini. Begini lengkapnya tulisan tersebut :
Selain kebiasaan merokok, tingkat kecerdasan ternyata juga merupakan salah satu faktor resiko penyakit jantung. Studi Dewan Riset Medis (MRC) Inggris mengungkapkan skor Inteligence Quotient (IQ) yang rendah berhubungan dengan tingkat penyakit jantung dan kematian yang lebih tinggi.
MRC meneliti data dari 1.145 partisan berusia sekitar 55 tahun. Menurut studi ini, ada 5 (lima) faktor resiko penyakit jantung yang utama, yaitu : merokok, IQ penghasilan rendah, tekanan darah tinggi, dan aktivitas fisik yang rendah.
Peneliti mengatakan terdapat sejumlah mekanisme yang dapat menjelaskan mengapa skor IQ yang rendah dapat memperbesar resiko penyakit jantung. Salah satu pendekatan yang digunakan seseorang untuk berprilaku sehat.
Mereka yang mengabaikan atau tidak dapat memahami anjuran mengenai dampak merokok, manfaat diet yang sehat, serta pentingnya olahraga bagi kesehatan jantung lebih berpeluang terserang penyakit jantung.
"Kampanye kesehatan publik harus fokus pada faktor-faktor di masa awal kehidupan yang telah terbukti berpengaruh terhadap tingkat IQ serta menangani ketidaksetaraan sosial" kata Ioanna Tzoulaki, dosen epidemiologi dari Imperial College London.
Dari bacaan di atas tadi dapat ditarik kesimpulan yaitu bahwa kesehatan berhubungan erat dengan tingkat kecerdasan. Bagaimana hubungannya dengan Islam, berikut ini saya coba membahas sambil belajar menulis (mudah-mudahan bisa) :
CERDAS
Saya menjadi ingat bahwa berabad-abad yang lalu sebelum penelitian tersebut dibuat Islam telah menyeru kepada umatnya untuk menjadi orang-orang yang cerdas dan sangat menekankan umatnya untuk menuntut ilmu. Dan sebagaimana telah diketahui bahwa wahyu pertama yang diturunkan Allah SWT. adalah perintah untuk belajar (Iqra' bismirab bikal ladzii khalaq) yang artinya "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Pencipta." (QS. Al-Alaq : 1) Kemudian dalam banyak hadits, Rasulullah SAW. bersabda tentang pentingnya untuk menuntut ilmu, dimana diantaranya adalah sebagai berikut :
- "Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu." (HR. Ath-Thabrani)
- Dari Abdullah bin Masud RA. bahwa Rasulullah SAW. bersabda : "Tidak ada hasad (iri) yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu orang yang telah Allah berikan harta, ia menghabiskannya dalam kebaikan dan terhadap orang yang Allah berikan ilmu, ia memutuskan dengan ilmu itu dan mengajarkannya kepada orang lain." (Shahih Muslim No. 1352)
Dengan kata lain Islam tidak mentolerir kebodohan hadir pada umatnya, dengan demikian umat Islam dituntut harus cerdas dengan kewajiban untuk menuntut ilmu.
BERSIH
Disamping harus cerdas dalam Islam juga diajarkan kepada umatnya untuk bersih yang tercermin dalam hadits Rasulullanh SAW. yang populer "Kebersihan adalah sebagian dari Iman." (HR. Muslim) dan masih banyak lagi hadits yang berhubungan dengan perkara bersih, mulai dari kebersihan diri hingga kebersihan lingkungan.
Bersih secara konkrit adalah kebersihan dari kotoran atau sesuatu yang dinilai kotor. Kotoran yang melekat pada badan, pakaian, tempat tinggal, dan lain sebagainya yang mengakibatkan seseorang tak nyaman dengan kotoran tersebut. Umpamanya, badan yang terkena tanah atau kotoran tertentu, maka dinilai kotor secara jasmaniah, tidak selamanya tidak suci. Jadi, ada perbedaan antara bersih dan suci. Mungkin ada orang yang tampak bersih, tetapi tak suci. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW. berikut ini : "Sesungguhnya Islam itu bersih, hendaklah kamu mewujudkan kebersihan karena sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali orang yang bersih." (HR. Khatib)
Bersih secara konkrit adalah kebersihan dari kotoran atau sesuatu yang dinilai kotor. Kotoran yang melekat pada badan, pakaian, tempat tinggal, dan lain sebagainya yang mengakibatkan seseorang tak nyaman dengan kotoran tersebut. Umpamanya, badan yang terkena tanah atau kotoran tertentu, maka dinilai kotor secara jasmaniah, tidak selamanya tidak suci. Jadi, ada perbedaan antara bersih dan suci. Mungkin ada orang yang tampak bersih, tetapi tak suci. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW. berikut ini : "Sesungguhnya Islam itu bersih, hendaklah kamu mewujudkan kebersihan karena sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali orang yang bersih." (HR. Khatib)
Dalam membangun konsep kebersihan, Islam menetapkan berbagai macam istilah tentang kebersihan, contoh tazkiyah, thaharah, nazhafah dan fitrah, seperti dalam hadis yang memerintahkan khitan, sementara dalam membangun perilaku bersih ada istilah ikhlas, thib al-nafs, ketulusan kalbu, bersih dari dosa, tobat, dan lain-lain sehingga makna bersih amat holistik karena menyangkut berbagai persoalan kehidupan, baik dunia dan akhirat.
SEHAT
Islam sejak dari awal sangat mementingkan hidup sehat melalui tindakan promotif-preventif-protektif. Langkah dimulai dari pembinaan terhadap manusia sebagai subjek sekaligus objek persoalan kesehatan itu sendiri. Islam menanamkan nilai-nilai tauhid dan manifestasi dari tauhid itu sendiri pada diri manusia. Nilai-nilai tersebut mampu merubah persepsi-persepsi tentang kehidupan manusia di dunia yang pada gilirannya tentu saja secara merubah perilaku manusia. Dan perilaku yang diharapkan dari manusia yang bertauhid adalah perilaku yang merupakan realisasinya dari ketaatan terhadap perintah dan larangan Allah.
Empat faktor utama yang mempengaruhi kesehatan adalah lingkungan (yang utama), perilaku, pelayanan kesehatan, dan genetik. Bila ditilik semuanya tetaplah bemuara pada manusia. Faktor lingkungan (fisik, sosek, biologi) yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap status kesehatan tetap saja ditentukan oleh manusia. Manusialah yang paling memiliki kemampuan untuk memperlakukan dan menata lingkungan hidup.
Secara individual dengan landasan nilai tauhid tadi Islam mengajarkan agar setiap muslim bergaya hidup sehat. Ini merupakan cara efektif untuk menghindari sakit. Kebersihan misalnya, sangat ditekankan oleh Islam dan dinilai sebagai cerminan dari Iman seseorang. Kewajiban membersihkan hadats kecil, mandi janabah, sunnah untuk bersiwak membuktikan bahwa Islam sangat perduli terhadap kebersihan fisik. Dengan berwudhu, seorang muslim akan secara langsung membersihkan tangan (yang biasanya menjadi pangkal masuknya penyakit ke dalam mulut) dan muka. Kemudian, mencuci kemaluan dengan air (bukan dengan tissue) setelah buang air kecil atau buang air besar. Sementara, ibadah puasa secara pasti telah memberikan pengaruh sangat baik terhadap kesehatan perut. Dengan puasa, sistem pencernaan yang selama 11 bulan bekerja, laksana mesin mendapatkan kesempatan untuk diistirahatkan.
Akan tetapi ibadah dalam Islam bukanlah arena untuk menyiksa diri, menelantarkan badan dan mengabaikan kesehatan. Suatu ketika datang kepada Rasulullah SAW. beberapa sahabat. Ada yang mengutarakan niatnya untuk berpuasa tanpa berbuka, ada pula yang ingin shalat malam tanpa tidur. Rasulullah SAW. menolak keinginan itu seraya mengingatkan bahwa badan kita punya haq (untuk beristirahat). Rasulullah SAW sendiri berpuasa tapi juga berbuka, shalat malam selalu di tegakkan, aku bangun tetapi juga tidur katanya.Sehingga kendati kegiatan sehari-harinya sangat padat, sedikit istirahat, makan secukupnya (bahkan sadanya), Rasulullah SAW. dikenal memiliki kondisi fisik yang prima. Beliau jarang sakit. Beliau menderita sakit sesaat menjelang wafat.
Organisasi Kesehatan se-Dunia (WHO, 1984) menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehatan seutuhnya. Bila sebelumnya pada tahun 1947 WHO memberikan batasan sehat hanya dari 3 aspek saja, yaitu sehat dalam arti fisik (organobiologik), sehat dalam arti mental (psikologik/psikiatrik) dan sehat dalam arti sosial; maka sejak 1984 batasan tersebut sudah ditambah dengan aspek agama (spiritual), yang oleh American Psychiatric Association dikenal dengan rumusan.
PENUTUP
Dengan mengelola hidup dalam tuntunan ajaran Islam, dimana diri pribadi diwajibkan senantiasa untuk belajar sehingga menjadi cerdas kemudian akan tercipta kebersihan diri dan lingkungannya dengan demikian mengakibatkan peningkatan kesehatan diri (baik lahir maupun batin). Dengan meningkatnya kesehatan tersebut maka makin jauh diri pribadi akan terserang penyakit lahir maupun batin.
0 comments:
Post a Comment