وَيَسْأَلُونَكَ عَن ذِي الْقَرْنَيْنِ ۖ قُلْ
سَأَتْلُو عَلَيْكُم مِّنْهُ ذِكْرًا
إِنَّا مَكَّنَّا لَهُ فِي الْأَرْضِ وَآتَيْنَاهُ مِن كُلِّ شَيْءٍ سَبَبًا
Wayasaloonaka AAan thee alqarnayni qul saatloo AAalaykum minhu thikran
Inna makkanna lahu fee alardi waataynahu min kulli shayin sababan
Inna makkanna lahu fee alardi waataynahu min kulli shayin sababan
Mereka bertanya kepadamu (Muhammad), tentang Zulqarnain. Katakanlah, Aku akan bacakan kepadamu tentang kisahnya. Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan di muka bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan untuk mencapai segala sesuatu. (QS. Al Kahfi: 83-84)
Nama Zulqarnain sangat dikenal di kalangan umat Islam, terutama yang rajin ngaderes Al-Qur'an Surat Al Kahfi (Surah No. 18). Ia sosok seorang pemimpin yang berani menerapkan keadilan. Menghukum yang salah dan menghargai orang-orang yang berbuat kebaikan. Suka menolong rakyat menghadapi kesulitan. Bahu-membahu, bantu-membantu menyediakan sarana untuk menciptakan ketenteraman dan kesejahteraan warganya.
Surat Al Kahfi sendiri, di kalangan umat Islam dipercaya berkhasiat untuk menolak dajal, baik dajal dalam bentuk fisik nyata menjelang saat-saat hari kiamat kelak, maupun dajal dalam bentuk personifikasi perbuatan-perbuatan tercela. Seperti korupsi, penyelewengan hukum, ambisi kekuasaan, menghalalkan segala cara dalam mempertahankan kedudukan, dan lain-lain.
Dr. Ali Hasan Al an Nadwi, penulis tafsir Surat Al Kahfi (1980), menyatakan, Surat Al Kahfi merupakan penguat mental ketakwaan setiap Muslim, pembuka cakrawala keimanan, sehingga terang benderang pembeda antara haq dan batil, irhan dan kafir, sebagaimana tercantum dalam ayat 29:
وَقُلِ الْحَقُّ مِن رَّبِّكُمْ ۖ فَمَن شَاءَ فَلْيُؤْمِن وَمَن شَاءَ فَلْيَكْفُرْ
Waquli alhaqqu min rabbikum faman shaa falyumin waman shaa falyakfur
Dan katakanlah: kebenaran itu datang dari Rabb sembahanmu, maka barang siapa ingin beriman, hendaklah ia beriman, dan barang siapa ingin kafir, biarlah kafir....
Sementara Yusuf Amir Ali, penulis The Holly Quran (1934), menyatakan, Surat Al Kahfi mengandung kabar dari perilaku orang-orang terdahulu dalam menorehkan sejarah perjuangan menegakkan keadilan, pemberantasan kemungkaran, penjabaran ilmu serta hukum-hukum ilahiah yang berlaku sepanjang zaman.
Kisah Zulqarnain terdapat dalam Surat Al Kahfi ayat 83-101. Para ahli tafsir, seperti Ibnu Katsir, memperkirakan, ia hidup 3,000 tahun sebelum Masehi. Sezaman dengan Nabi Ibrahim AS. dan Nabi Ismal AS. Bahkan, disebutkan, Zulqarnain pernah membantu Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail merehabilitas bangunan Kabah.
Zulqarnain merupakan raja (penguasa) di muka bumi, yang berlaku kasih sayang kepada rakyatnya. Menerapkan hukum tanpa pandang bulu. Tidak pernah pilih kasih. Ia juga suka turba alias turun ke bawah. Istilah sekarang blusukan (Sunda: kukurusukan, bebelesekan), termasuk ke kawasan-kawasan terpencil. Hingga ia mengetahui benar aspirasi rakyat secara tepat. Untuk diberi bantuan dan pemecahan masalah. Bukan untuk dibujuk rayu suaranya agar mendukung atau memilih dia. Zulqarnain pantang melakukan hal-hal tercela semacam itu.
Seperti waktu tiba di sebuah kawasan yang amat terpencil di bawah lembah dua gunung, ia menemukan kelompok penduduk yang teraniaya oleh kejahatan dua makhluk, Yajuj dan Majuj. Dua jenis makhluk perusak lingkungan alam dan kehidupan. Kejahatan mereka berlangsung terus-menerus tanpa ada yang berani melawan. Mereka "sakti mandraguna", karena didukung sistem yang memungkinkan mereka leluasa berbuat sekehendak hati dalam mendapat kesenangan pribadi. Para pemimpin lokal seolah-olah tak berdaya melawan, karena sudah masuk dalam sistem kejahatan mereka. Menerima suap sogok, komisi, fee, dan lain-lain agar membiarkan Yajuj dan Majuj bebas berbuat apa saja. Mengeruk sumber daya alam tanpa memikirkan kondisi masa depan. Asal untung sekarang. Mengeksploitasi sumber daya manusia habis-habisan. Yang pintar-pintar dijadikan "budak intelekual", ilmuwan "pesanan". Yang awam diperas tenaganya dengan upah murah tanpa jaminan layak.
Ketika datang Zulqarnain ke sana, penduduk mengadu. Mohon bantuan menghentikan kejahatan Yajuj dan Majuj beserta antek-anteknya. Bahkan, mereka siap membayar berapa saja, asal benar-benar aman. Zulqarnain menolak iming-iming upah. Pertama, karena belum mulai bekerja. Kedua, sebagai penguasa yang berkewajiban melindungi rakyat, tak elok mendapat "jatah" apa saja di luar fasilitas sebagai pemimpin yang sudah diperoleh secara sah dan resmi. Malah Zulqarnain mengatakan, fasilitas (gaji, tunjangan, dan sebagainya) berupa anugerah Allah SWT. lebih baik dan lebih cukup daripada hasil pungli kepada rakyat.
قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي
الْأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَىٰ أَن تَجْعَلَ بَيْنَنَا
وَبَيْنَهُمْ سَدًّا
Qaloo ya tha alqarnayni inna yajooja wamajooja mufsidoona fee alardi fahal najAAalu laka kharjan AAala an tajAAala baynana wabaynahum saddan
Mereka berkata, hai Zulqarnain, sesungguhnya Yajuj dan Majuj itu, orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka buatkanlah dinding pemisah antara kami dengan mereka, nanti kami memberi sesuatu upah kepadamu. (QS. Al-Kahfi: 94)
قَالَ مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ
Qala ma makkannee feehi rabbee khayrun
Zuqarnain pun menjawab, "Apa yang dikuasakan oleh Allah SWT. kepadaku, lebih baik...." (QS. Al-Kahfi: 95)
Zulqarnain menolak fee dari proyek yang akan digarapnya. Karena tujuannya bukan mencari keuntungan melainkan untuk menolong rakyatnya dari gangguan keamanan dan rongrongan penjahat. Ia hanya meminta, semua orang ikut terlibat bekerja. Minimal menyediakan bahan-bahan berupa potongan-potongan besi dan tembaga.
Dari kedua bahan tersebut, Zulqarnain membuat benteng raksasa yang membentang di antara kedua lembah gunung, sehingga Yajuj dan Majuj tak dapat lagi lewat ke sana. Tak dapat lagi pulang anting, baik diam-diam maupun terang-terangan, menyebarkan virus-virus kerusakan material-finansial dan mental spiritual terhadap rakyat yang bertahun-tahun menjadi sasaran kerakusan dan kejahatannya.
Alhasil, diperlukan pemimpin tegas berwibawa untuk merombak sistem yang semerawut di segala bidang. Pemimpin yang menjadikan rakyatnya sebagai aset berharga. Pemimpin yang siap sedia melindungi rakyatnya dari segala gangguan, baik internal maupun eksternal. Yang mampu menyapu tingkah laku Yajuj dan Majuj masa kini. Ya, pemimpin model Zulqarnain itu bukan pemimpin yang hanya dekat dan sayang kepada rakyat sebatas pada musim tertentu. Bukan pemimpin yang suka melakukan markup, pungli, atau rekayasa dalam berbagai kegiatan yang mengatasnamakan rakyat. Zulqarnain adalah cermin pemimpin yang adil, jujur, terbuka, dan selalu mementingkan rakyatnya. ***
[Ditulis Oleh H. USEP ROMLI HM., pengasuh Pesantren Anak Asuh Raksa Sarakan Cibiuk Garut, pembimbing haji dan umrah BPIH Megacitra/KBIH Mega Arafah Kota Bandung. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Pahing) 7 Februari 2013 / 26 Rabiul Awal 1434 H. pada Kolom "CIKARACAK"]
by
0 comments:
Post a Comment