Allah SWT. telah menciptakan perputaran hari, demikian pula dengan diedarkannya bulan dan bumi yang mengitari matahari. Lalu manusia menemukan jam, menit, dan detik, atau bahkan satuan waktu yang lebih kecil dari padanya. Semua itu sarana bagi manusia untuk mengisinya dengan hal-hal yang dapat dipertanggungjawabkan di hadapan Yang Maha Pencipta lagi Maha Cepat Hisaban-Nya.
Waktu yang akan datang berisikan harapan, rencana, dan kekhawatiran. Waktu yang telah lalu adalah catatan-catatan masa lalu dan sejarah. Baik dan buruk semestinya jadi ilmu dan pelajaran. Waktu sekarang adalah waktu menorehkan tinta untuk menjadikan catatan dan sejarah untuk dijadikan pelajaran dengan niat baik, amalan, dan perkataan.
Bila kita mau, dengan sedikit saja kemauan untuk berkaca pada sejarah, umpamanya ketika kaum Luth dibenamkan oleh Allah SWT., mereka benar-benar binasa bahkan dengan segala perilaku beserta penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh perilaku mereka. Perilaku seks mereka yang menyimpang menjadi sumber penyakit yang dapat mengancam keselamatan jiwa, keberlangsungan agama, dan luluh lantaknya kemanusiaan manusia serta hak manusia yang asasi, yaitu hidup di bawah aturan dan hukum Allah SWT. Mereka adalah kaum lesbian dan homoseks yang melampiaskan syahwat biologisnya dengan cara yang dilaknat Allah SWT.
Sekarang virus yang dahulu dibenamkan oleh Allah SWT. Dengan segala amoralitasnya telah dinamai HIV dan penyakit AIDS. Ia adalah virus yang mengambil dan merusak sistem kekebalan tubuh manusia sehingga siapa pun yang dihinggapinya akan mudah diserang oleh penyakit dan virus-virus apa pun, bahkan kuman-kuman.
Selanjutnya pada masa sekarang, perzinaan yang dilakukan atas nama kebebasan atau sesungguhnya petualangan kepuasan biologis tak mengenal etika apalagi hukum agama. Dengan kata lain, hukum binatanglah yang berjalan di antara mereka. Media-media begitu gencar meraup keuntungan haram, memberitakan dengan penuh nafsu kejadian pemerkosaan, hingga berita tentang seorang ayah yang telah kalap lalu memerkosa anak kandungnya sendiri, atau anak yang memerkosa ibu kandungnya sendiri. Bahkan ada yang telah memerkosa lebih dari seorang anak-anaknya. Hal ini terjadi karena hilangnya norma-norma etika dan agama di dalam hati nuraninya.
Anak-anak menjadi korban dan menjadi penikmat visualisasi pornografi, antara lain karena keteledoran orang tua dan para pendidik yang membiarkan mereka tumbuh tanpa kekhawatiran terjerumus. Para ibu yang telah mempunyai anak atau bahkan beberapa anak masih tidak sungkan untuk memamerkan aurat mereka, anehnya juga tanpa kekhawatiran akan jadi didikan kepornoan bagi anak-anaknya.
Hal-hal yang semestinya kita berisftighfar (mengucap "Innalillahi wainna ilaihi raji'un") atas musibah / qiamat wustha yang menimpa lalu bertobat dan beristighfar atas perkembangan beragama yang mengenaskan ini dengan andil diri di dalamnya. Malah semakin bermunculanlah orang-orang tidak peduli akan rasa ngeri yang dirasakan teramat pahit, tentunya oleh orang yang mengalami pemerkosaan itu atau oleh keluarga, khususnya ibu dari anak-anak yang mengalaminya. Jika masih memiliki rasa peduli dan sedikit mau membuka hati, lalu hanya sekadar berandai-andai. Andai saja kejadian itu menimpa dirinya, keluarga, sahabat, atau kerabatnya, tentulah ia akan sangat mendukung kepada segala bentuk usaha menutup jalan-jalan yang akan membuka pintu perzinaan atau pemerkosaan yang teramat nista itu.
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ
Qala fabima aghwaytanee laaqAAudanna lahum sirataka almustaqeema
Iblis berkata, "Oleh karena Engkau (wahai Tuhan) menyebabkan aku tersesat (maka) demi sesungguhnya aku akan mengambil tempat menghalangi mereka (dari menjalani) jalan-Mu yang lurus." (QS. Al-A'raf (7): 16)
وَلَأُضِلَّنَّهُمْ
وَلَأُمَنِّيَنَّهُمْ وَلَآمُرَنَّهُمْ فَلَيُبَتِّكُنَّ آذَانَ
الْأَنْعَامِ وَلَآمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللَّهِ ۚ وَمَن
يَتَّخِذِ الشَّيْطَانَ وَلِيًّا مِّن دُونِ اللَّهِ فَقَدْ خَسِرَ
خُسْرَانًا مُّبِينًا
Walaodillannahum walaomanniyannahum walaamurannahum falayubattikunna athana alanAAami walaamurannahum falayughayyirunna khalqa Allahi waman yattakhithi alshshaytana waliyyan min dooni Allahi faqad khasira khusranan mubeenan
Dan demi sesungguhnya, aku akan menyesatkan mereka (dari kebenaran), dan demi sesungguhnya aku akan memperdayakan mereka dengan angan-angan kosong, dan demi sesungguhnya aku akan menyuruh mereka (mencacatkan binatang-binatang ternak), lalu mereka membelah telinga binatang-binatang itu, dan aku akan menyuruh mereka mengubah ciptaan Allah. Dan (ingatlah) sesiapa yang mengambil syaitan menjadi pemimpin yang ditaati selain dari Allah, maka sesungguhnya rugilah ia dengan kerugian yang terang nyata. (QS An-Nisa (4): 119)
Nabi SAW. bersabda,
"Orang yang cerdas itu ialah yang mengagamai dirinya dan beramal untuk bekal setelah matinya. Sementara orang yang tolol ialah yang hanya mengikuti hawa nafsunya dan berangan kepada Allah SWT. (Andai Allah memaafkannya, andai tidak ada pertemuan dengan Allah, andai tidak ada timbangan amal akhirat)." (HR. At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, IV: 368)
Semakin merebaknya rasa tidak malu untuk melakukan perzinaan setelah merasakan kenistaan dan kepiluan itu. Misalnya dirinya atau orang yang dicintainya dihinggapi virus HIV, keluarga korban pemerkosaan, atau anak terlahir dengan tidak jelas siapa ayahnya. Atau mungkin pengguguran-pengguguran kandungan yang sekarang semakin banyak terjadi.
Tidakkah dirasakan nasihat kepedulian Nabi SAW. yang menasihati Ali Bin Abu Thalib RA.
"Wahai Ali janganlah engkau ikutkan pandangan dengan pandangan, sesungguhnya hak-mu pandangan pertama tetapi tidak pandangan selanjutnya."
Lalu kita telah sangat mengetahui tentang batasan aurat yang haram apabila dilihat oleh bukan yang berhak. Inilah batasan yang apabila dipatuhi akan memberikan kebahagiaan hakiki di dunia dan di akhirat.
Wallahu 'alam. ***
[Ditulis oleh KH. WAWAN SHOFWAN, Ketua Bidang Dakwah PP. Persis. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Pon) 4 APril 2013 / 23 Jumadil Awal 1434 H. pada Kolom "CIKARACAK"]
by
0 comments:
Post a Comment