Suatu hari Rasulullah SAW. bercerita di hadapan para sahabatnya tentang dua orang yang datang kepada Nabi Musa AS. Orang pertama datang kepada Nabi Musa AS. dengan badan kotor, pakaian lusuh, dan compang-camping karena ia seorang yang miskin. Ia berkata kepada Nabi Musa AS., "Wahai Nabi Allah, sudilah kiranya engkau memohon doa kepada Allah agar menjadikanku sebagai orang kaya." Nabi Musa AS. pun menjawab, "Wahai sahabatku, banyak-banyaklah bersyukur kepada Allah." Mendengar jawaban Nabi Musa AS., lelaki ini pun kaget dan bilang, "Wahai Nabi Allah, bagaimana aku bisa bersyukur kepada Allah sedangkan untuk makan saja susahnya minta ampun, pakaian pun aku hanya punya satu pakaian yang aku pakai, ini pun sudah lusuh dan kotor." Dengan kecewa, pulanglah si miskin ini ke gubuknya.
Keesokan harinya, seorang lelaki kaya datang kepada Nabi Musa AS., "Wahai Nabi Allah, sudilah kiranya engkau memohonkan untukku kepada Allah agar menjadikanku sebagai orang miskin saja karena aku mulai terganggu dengan hartaku." Nabi Musa AS. pun menjawabnya, "Mengapa engkau berkata demikian sahabatku, tidakkah engkau bersyukur?" Si lelaki ini pun berkata, "Wahai Nabi Allah, sungguh aku sangat bersyukur dengan apa yang kumiliki sekarang. Aku bersyukur karena dengan mata ini aku bisa melihat, dengan telinga ini aku bisa mendengar, dengan tangan ini aku bisa bekerja." Maka, pulanglah lelaki kaya ini ke rumahnya.
Singkat cerita, kenyataan hidup pun terjadi pada dua lelaki ini. Lelaki miskin yang datang kepada Nabi Musa AS. menjadi semakin melarat dan miskin hingga tak sehelai baju pun yang bisa ia pakai karena ia sama sekali tidak pernah bersyukur atas apa yang ia miliki selama ini. Sementara si lelaki kaya menjadi semakin kaya dan makin berlimpah harta bendanya, karena ia pandai mensyukuri segala apa yang ia miliki dalam hidupnya.
Keesokan harinya, seorang lelaki kaya datang kepada Nabi Musa AS., "Wahai Nabi Allah, sudilah kiranya engkau memohonkan untukku kepada Allah agar menjadikanku sebagai orang miskin saja karena aku mulai terganggu dengan hartaku." Nabi Musa AS. pun menjawabnya, "Mengapa engkau berkata demikian sahabatku, tidakkah engkau bersyukur?" Si lelaki ini pun berkata, "Wahai Nabi Allah, sungguh aku sangat bersyukur dengan apa yang kumiliki sekarang. Aku bersyukur karena dengan mata ini aku bisa melihat, dengan telinga ini aku bisa mendengar, dengan tangan ini aku bisa bekerja." Maka, pulanglah lelaki kaya ini ke rumahnya.
Singkat cerita, kenyataan hidup pun terjadi pada dua lelaki ini. Lelaki miskin yang datang kepada Nabi Musa AS. menjadi semakin melarat dan miskin hingga tak sehelai baju pun yang bisa ia pakai karena ia sama sekali tidak pernah bersyukur atas apa yang ia miliki selama ini. Sementara si lelaki kaya menjadi semakin kaya dan makin berlimpah harta bendanya, karena ia pandai mensyukuri segala apa yang ia miliki dalam hidupnya.
Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari kisah tersebut? Ya, sesungguhnya Allah akan menepati janjinya untuk menambah nikmat-Nya bagi siapa pun hamba-Nya yang pandai mensyukuri segala nikmat yang diperolehnya. Seorang miskin yang bersyukur, Allah menjadikannya berkecukupan. Seorang kaya yang bersyukur, Allah menjadikannya semakin kaya dan berlimpah. Inilah janji Allah yang tak pernah luput akan janjinya. Sebagaimana janji-Nya dalam Al-Qur'an,
لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
...lain shakartum laazeedannakum walain kafartum inna AAathabee lashadeedun
... sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkarinya sungguh siksa-Ku sangat pedih. (QS. Ibrahim (14): 7)
Sayangnya, kita sering kali berpikir bahwa nikmat Allah itu semata-mata hanya dalam bentuk kesenangan dan kebahagiaan. Kita pun sering kali mengungkapkan syukur saat kita memperoleh kesenangan dan kebahagiaan. Sementara saat kesengsaraan dan penderitaan menghampiri, kita enggan bersyukur. Padahal, seluruh seluk-beluk dalam kehidupan kita di Bumi ini tidak pernah lepas dari nikmat Allah SWT., dari ujung rambut hingga ujung kaki, itu semua adalah anugerah tak terkira yang wajib kita syukuri. Sejak bangun tidur hingga bangun kembali, ribuan nikmat telah kita rasakan.
Oleh karena itu, dalam surah Ar-Rahman (55), Allah SWT. seolah menyindir dengan kalimat,
فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Fabiayyi alaa'i Rabbi kuma tukadzdziban
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
Ciri khas surah ini adalah kalimat berulang 31 kali yang terletak di akhir setiap ayat yang menjelaskan nikmat Allah yang diberikan kepada manusia.
Jika kita renungkan, di setiap tarikan napas yang kita hirup, di setiap bergantinya siang dengan malam, di setiap detak jantung, ada nikmat Allah yang kita sering lupakan. Ya, nikmat Allah yang sering lupa untuk kita syukuri. Dan ketika musibah dan ujian hidup diberikan pada kita, kita juga lupa bahwa itu sebagian nikmat yang Allah beri. Lalu kita pun hanya bisa mencaci maki, mengumpat, bahkan merasa Allah tidak adil. Oleh karena itu, nikmat Allah manakah yang akan kau dustakan?
Ada beberapa sebab manusia tidak pandai bersyukur?
Pertama, kita tidak pandai bersyukur karena sering kali beranggapan bahwa nikmat Allah itu hanya dalam bentuk kebahagiaan semata.
Pertama, kita tidak pandai bersyukur karena sering kali beranggapan bahwa nikmat Allah itu hanya dalam bentuk kebahagiaan semata.
Kedua, kita sering kali membandingkan kondisi kita dengan kondisi orang lain. Bila menempati rumah kecil dan sederhana, kita sering membandingkan dengan tetangga yang rumahnya lebih besar. Saat kesulitan menimpa, kita sering membandingkan dengan saudara yang hidupnya lebih sejahtera. Sikap membandingkan inilah yang membuat orang menjadi tidak pandai bersyukur.
Ketiga, kita sering memfokuskan diri pada kelemahan dan kekurangan dan tidak menjadikannya sebagai kekuatan. Jika direnungkan, banyak orang-orang lemah bersyukur dengan menjadikan kelamahannya sebagai kekurangan. Sebenarnya apa pun yang kita miliki, bagaimanapun kondisi saat ini, selalu ada hal terbaik jika kita mampu mensyukurinya.
Oleh karena itu, sama sekali tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersyukur kepada Allah. Semakin kita pandai bersyukur, semakin berubah lebih baik kondisi kita. Sebaliknya, bila tak pandai bersyukur, kita pun akan semakin jatuh tersungkur.
Oleh karena itu, sama sekali tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersyukur kepada Allah. Semakin kita pandai bersyukur, semakin berubah lebih baik kondisi kita. Sebaliknya, bila tak pandai bersyukur, kita pun akan semakin jatuh tersungkur.
Wallahu'alam. ***
[Ditulis oleh TAUFIK HIDAYAT, Khatib dan Pengurus DKM Masjid Jami Al Huda Pacet Kabupaten Bandung. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Jumat (Wage), 1 November 2013 / 27 Zulhijah 1434 H. pada Kolom "RENUNGAN JUMAT"]
by
4 comments:
Sudah sepatutnya kita sebagai manusia selalu bersyukur.
Terimakasih untuk informasinya ..
Interestingly, and I want to leave a trail by commenting here .
Artikel yang sangat menarik untuk dibaca, dan juga bermanfaat untuk menambah wawasan kita.
Post a Comment