Kepemimpinan merupakan sunatullah yang telah ditetapkan kepada umat manusia. Hal ini tercermin dalam firman Allah SWT. dalam QS. Al-Baqarah (2): 30,
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا
وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Waith qala rabbuka lilmalaikati innee jaAAilun fee alardi khaleefatan qaloo atajAAalu feeha man yufsidu feeha wayasfiku alddimaa wanahnu nusabbihu bihamdika wanuqaddisu laka qala innee aAAlamu ma la taAAlamoona
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui".
Amanah kekhalifahan (kepemimpinan) di muka bumi ini tentunya bukan amanah yang ringan. Namun, termasuk sesuatu masalah yang berat untuk diemban dan dipertanggungjawabkan.
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ
فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
Inna AAaradna alamanata AAala alssamawati waalardi waaljibali faabayna an yahmilnaha waashfaqna minha wahamalaha alinsanu innahu kana thalooman jahoolan
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dzalim dan amat bodoh. (QS. Al-Ahzab (33): 72)
Dalam hadits Nabi Muhammad SAW. ditegaskan masing-masing kita adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya,
"Kullukum raa-in wakullukum mas-uulun 'an ra'iyyatihi."
Demikian bunyi lengkap haditsnya.
Pertanggungjawaban kepemimpinan tersebut sesuai dengan kapasitas dan tingkatan tiap individunya. Baik sebagai kepala negara, kepala daerah, pimpinan kantor, perusahaan, bahkan sebagai kepala rumah tangga.
Ada tiga tipe pemimpin yang patut menjadi renungan buat kita semua.
Pertama, pemimpin yang berkarakter 'sayyidul ummah' (majikan umat). Tipe pemimpin ini adalah tipe pemimpin yang berlaku sebagai tuan/majikan untuk masyarakat atau umatnya. Dia ingin selalu dilayani bawahannya, pekerjaannya di antaranya hanya memerintah dan menunjuk-nunjuk.
Sifat yang lainnya selalu gila jabatan dan gila hormat sehingga pada kenyataannya menjadi takut ketika berhadapan dengan masyarakatnya sendiri. Bahkan, perlu dikawal dan dilindungi bodyguardnya serta takut kalau kursi atau jabatannya ada yang merebutnya.
Kedua, pemimpin yang berkarakter 'khadimul ummah' (pelayan umat). Tipe pemimpin ini adalah tipe pemimpin yang berlaku sebagai pelayan umat/masyarakat. Dia memposisikan dirinya sebagai pelayan dan pembantu siapa pun yang memerlukannya. Bagi pemimpin seperti ini, jabatan bukanlah segala-galanya. Bahkan, dengan jabatan yang dia emban menjadi media untuk menghasilkan kemaslahatan bagi umat yang lain.
Gambaran seperti itulah yang telah diaplikasikan oleh Khalifah Umar bin Khattab RA. tatkala melakukan sidak ke rakyatnya. Suatu malam beliau sempat dibuat kaget melalui tindakan seorang ibu yang sedang memasak batu hanya karena untuk meredam tangisan anaknya yang kelaparan. Dengan sigap, Khalifah Umar langsung membawa sembako dari istananya untuk diberikan kepada warganya tadi. Itulah pemimpin yang menjadi pelayan umat sebenarnya.
Ketiga, pemimpin yang berkarakter 'aqdaamul ummah' (tangga kesuksesan umat). Jiwa pemimpin seperti ini memposisikan dirinya seperti anak tangga bagi yang lain. Dia tidak hanya menjadi pelayan bagi umatnya, tetapi lebih dari itu, bisa memperjuangkan dan menjadi fasilitator bagi kesuksesan rakyatnya.
Pengabdian yang dilakukan oleh pemimpin tipe ini adalah pemberdayaan umatnya. Dia bersikap adil dan profesional terhadap umat sendiri. Pada prinsipnya, yang penting umatnya bisa mencapai kesuksesan dan keberhasilan. Hal inilah yang dicontohkan Rasulullah SAW. kepada para sahabat pada khususnya dan kita semua pada umumnya.
Pada akhirnya, kita semua berharap mudah-mudahan masing-masing diri kita dan para pemimpin kita bisa memiliki tipe pemimpin yang kedua dan bahkan yang ketiga.
Amin. ***
0 comments:
Post a Comment