MUHASABAH SHALAT

Bulan Rajab akan segera berakhir. Setiap memasuki Rajab yang termasuk salah satu bulan mulia, Rasulullah SAW., mengajarkan doa yang seharusnya dibaca setiap Muslim, yakni "Allahumma baariklanaa fii Rajabanaa Wa Sya'banaa wabaalighnaa Ramadhaan." (Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Syaban dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan.)

Tiga bulan yakni Rajab, Syaban, dan Ramadhan merupakan bulan-bulan yang istimewa kedudukannya dibandingkan dengan bulan lainnya. Ada perumpamaan menarik yang dikemukakan kaum sufi yaitu Rajab merupakan bulan bercocok tanam amal-amal saleh, sedangkan Syaban adalah bulan yang tepat untuk memelihara tanaman baik menyirami, memupuk, maupun menghindarkan dari serangan hama, sehingga saat Ramadhan, bisa menikmati panen amal saleh.

Salah satu keistimewaan bulan Rajab adalah peristiwa Isra' dan Mi'raj Nabi Muhammad SAW. yang menghasilkan "oleh-oleh" berupa kewajiban shalat lima waktu dalam sehari dan semalam.

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Maha-suci Allah yang telah menjalankan hamba-Nya di waktu malam dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa, yang Kami memberkati di sekelilingnya agar kami memperlihatkan kebesaran Kami. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Al-Israa : 1)

Kedudukan shalat dalam Islam amat penting sehingga diibaratkan dengan tiang (agama). Seseorang yang mengaku Muslimin lalu mendirikan shalat berarti telah menegakkan tiang agama dan yang melalaikan shalat berarti telah meruntuhkan agama. Dalam hadis lain disebutkan, pahala shalat yang akan dihitung terlebih dulu sebelum pahala amal-amal lainnya sehingga apabila mutu shalat terjamin, amal-amal lainnya juga masuk kategori baik. Hanya perlu diwaspadai karena bisa jadi kita termasuk orang yang masuk ke neraka hanya karena lalai dalam shalat.

Suatu ketika ulama terkenal, Imam Ghozali bertanya kepada murid-muridnya. "Hai anak-anakku, benda apa yang paling ringan, paling berat, dan paling tajam ?" kata Imam Ghozali. Lalu, murid-muridnya menjawab beragam, seperti benda paling ringan adalah kapas, benda paling berat ialah besi, dan benda paling tajam adalah pedang.

Imam Ghozali tidak lantas menyalahkan jawaban para muridnya karena bisa jadi benar. Namun, Sang Imam menjawab, "Jawaban Ananda betul, tetapi ada yang paling benar yakni sesuatu yang paling berat adalah amanah, paling ringan meninggalkan shalat, dan paling tajam adalah lidah."

Cobalah hitung kuantitas shalat wajib yang telah dilakukan sejak usia sepuluh tahun sebagai usia yang dianggap baligh (terkena kewajiban melaksanakan perintah Islam). Seandainya kita melaksanakan satu rakaat shalat selama dua menit, dalam 24 jam waktu yang dibutuhkan untuk shalat wajib cuma 34 menit !

Sementara dalam seminggu jumlah waktu yang terpakai untuk menjalankan shalat wajib adalah 238 menit dan dalam sebulan 952 menit. Apabila kita hitung waktu untuk menjalankan shalat lima waktu selama setahun, hanya menghabiskan waktu 11.424 menit atau hanya sekitar 1.904 jam atau 79,8 hari dari 365 hari yang Allah sediakan kepada kita.

Apabila usia kita mencapai 60 tahun dan terus mengerjakan shalat sehingga kewajiban shalat hanya 50 tahun (dihitung dari usia baligh), jumlah waktu shalat fardhu yang dikerjakan hanya 571.200 menit yang setara 9.520 jam atau sekitar 1,1 tahun !

Lalu, bagaimana dengan ayat dalam Al-Qur'an yang menyatakan,

إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. (QS. Al-Ankaboot : 45)

Ahli sufi membagi kategori orang yang shalat dalam beberapa kelompok.
  • Pertama, shalat tipe pedagang atau pengusaha yang melaksanakan shalat jika ada sesuatu yang dia mau. Ibarat seorang pedagang yang mau melakukan sesuatu kalau ada untungnya sehingga saat kekurangan rezeki akan shalat. Sebaliknya saat rezeki melimpah lupa kepada Maha Pemberi Rezeki.
  • Kedua, laksana budak yang takut kepada majikannya. Namun penakut yang dimaksud dalam tipe ini adalah seseorang yang takut kalau Allah akan menjebloskan dirinya ke dalam panasnya api neraka.
  • Ketiga, seseorang yang hanya mengharapkan ridha Allah dalam melaksanakan shalatnya. Dia senantiasa bersyukur kepada Allah dikarenakan begitu banyak nikmat dan karunia yang telah dititipkan kepadanya.
  • Keempat, adalah tipe robot yaitu segala ibadah yang dikerjakannya semata-mata bukan karena Allah melainkan disebabkan faktor lain, dengan tidak adanya penghayatan serta pengamalan atas ibadah yang dikerjakannya. Walaupun rajin shalat dan puasa, shalat dan puasanya itu tidak dapat mencegah dirinya dari perbuatan keji dan mungkar.
Pantas saja apabila di kalangan sufi sudah terbiasa dalam sehari semalam dapat mengerjakan shalat sampai seratus rakaat, baik shalat wajib maupun memperbanyak shalat sunah. Bukan hanya mengerjakan shalat melainkan mendirikan karena dalam keseharian mampu menerapkan muatan pendidikan (hikmah) di dalam shalat.

Sebelum malaikat maut mendatangi kita selayaknya kita muhasabah (menghitung diri, merenung, atau mengevaluasi) termasuk shalat. Apakah shalat yang kita kerjakan sudah memberikan dampak positif bagi diri, keluarga, maupun masyarakat ?

Wallahu a'lam.***

[Ditulis oleh H. PUPUH FATHURRAHMAN, Sekretaris Senat Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati dan ketua Dewan Pembina Yayasan Pesantren Raudhatus Sibyan Sukabumi. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Wage) 30 Juni 2011 / 28 Rajab 1432 H. pada Kolom "CIKARACAK"]

by

u-must-b-lucky

0 comments: