Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan taufik serta hidayah-Nya sehingga kita masih dalam keadaan iman dan Islam.
Setiap manusia yang terlahir di bumi dari yang pertama hingga yang terakhir adalah seorang pemimpin. Setidaknya ia adalah seorang pemimpin bagi dirinya sendiri. Bagus tidaknya seorang pemimpin pasti berimbas kepada apa yang dipimpin olehnya. Oleh karena itu, menjadi pemimpin adalah amanah yang harus dilaksanakan dan dijalankan dengan baik oleh pemimpin tersebut karena kelak Allah akan meminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya itu.
Islam menempatkan ihwal kepemimpinan sebagai bagian penting. Sesungguhnya, dalam Islam, figur pemimpin ideal yang menjadi contoh dan suri teladan yang baik, bahkan menjadi rahmat bagi manusia (rahmatan linnas) dan rahmat bagi alam (rahmatan lil alamin) adalah Muhammad Rasulullah SAW., sebagaimana dalam firman-Nya:
لَّقَدْ كَانَ
لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو
اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Laqad kana lakum fee rasooli Allahi oswatun hasanatun liman kana yarjoo Allaha waalyawma alakhira wathakara Allaha katheeran
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab: 21)
Sebenarnya, setiap manusia adalah pemimpin, minimal pemimpin terhadap seluruh metafisik dirinya. Dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas segala kepemimpinannya. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam sabda Rasulullah SAW.,
"Ingatlah! Setiap kamu adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya, seorang suami adalah pemimpin keluarganya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya, wanita adalah pemimpin bagi kehidupan rumah tangga suami dan anak-anaknya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Ingatlah! Bahwa kalian adalah sebagai pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya," (Al-Hadits)
Allah SWT. berfirman,
يَا أَيُّهَا
النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ
شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ
أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Ya ayyuha alnnasu inna khalaqnakum min thakarin waontha wajaAAalnakum shuAAooban waqabaila litaAAarafoo inna akramakum AAinda Allahi atqakum inna Allaha AAaleemun khabeerun
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujuraat: 13)
Selanjutnya, dalam Islam seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki sekurang-kurangnya 4 (empat) sifat dalam menjalankan kepemimpinannya, yakni siddiq, tabligh, amanah, dan fathanah. Siddiq artinya jujur sehingga seorang pemimpin adalah sosok yang dapat dipercaya. Tabligh merujuk pada kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi yang menyentuh dimensi human relations. Amanah adalah bentuk tanggung jawab yang konsisten dalam menjalankan tugas-tugas kepemimpinannya. Sementara Fathanah meliputi aspek kognitif atau kecerdasan seorang pemimpin yang pada turunannya terkait dengan visi, misi, dan strategi kepemimpinan yang akan dijalankan oleh dirinya sehingga membawa kemaslahatan bagi umat.
Dalam Islam, seorang pemimpin harus memahamkan kepada mereka yang dipimpin bahwa amanah yang dia pikul ini akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Apakah ketika mengemban amanah mampu dijaga dengan baik atau tidak. Rasulullah SAW. bersabda,
"Apabila seorang hamba (manusia) yang diberikan kekuasaan rakyat mati, sedangkan di hari matinya ia telah mengkhianati rakyatnya, maka Allah SWT. mengharamkan surga kepadanya." (Muttafaqun a'laih)
Selain itu, dikenal juga ciri pemimpin Islam di mana Nabi SAW. pernah bersabda,
"Pemimpin suatu kelompok adalah pelayan kelompok tersebut."
Oleh sebab itu, pemimpin hendaklah ia melayani dan bukan dilayani, serta menolong orang lain untuk maju.
Dr Hisham Yahya Altalib (1991: 55) mengatakan, ada beberapa ciri penting yang menggambarkan kepemimpinan Islam yaitu,
- Pertama, setia kepada Allah. Pemimpin dan orang yang dipimpin terikat dengan kesetiaan kepada Allah.
- Kedua, mewujudkan tujuan Islam secara menyeluruh. Pemimpin melihat tujuan organisasi bukan saja berdasarkan kepentingan kelompok, tetapi juga dalam ruang lingkup kepentingan Islam yang lebih luas.
- Ketiga, berpegang pada syariat dan akhlak Islam. Pemimpin terikat dengan peraturan Islam, dan boleh menjadi pemimpin selama ia berpegang teguh pada perintah syariah. Dalam mengendalikan urusannya ia harus patuh kepada adab-adab Islam, khususnya ketika berurusan dengan golongan oposisi atau orang-orang yang tak sepaham.
- Keempat, pengemban amanat. Pemimpin menerima kekuasaan sebagai amanah dari Allah SWT. yang disertai oleh tanggung jawab yang besar. Al-Qur'an memerintahkan pemimpin melaksanakan tugasnya untuk Allah dan menunjukkan sikap yang baik kepada pengikut atau bawahannya.
Dalam Al-Qur'an Allah SWT. berfirman,
الَّذِينَ إِن
مَّكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ
وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنكَرِ ۗ وَلِلَّهِ
عَاقِبَةُ الْأُمُورِ
Allatheena in makkannahum fee alardi aqamoo alssalata waatawoo alzzakata waamaroo bialmaAAroofi wanahaw AAani almunkari walillahi AAaqibatu alomoori
(yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi nis-caya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (QS. Al-Hajj: 41)
Jadi dapat kita simpulkan, bahwa pemimpin adalah orang yang ditugasi atau diberi amanah untuk mengurusi permasalahan umat, baik dalam lingkup jemaah (kelompok) maupun sampai kepada urusan pemerintahan, serta memposisikan dirinya sebagai pelayan masyarakat dengan memberikan perhatian yang lebih dalam upaya mensejahterakan umatnya. Bukan sebaliknya, mempergunakan kekuasaan dan jabatan untuk mengeksploitasi sumber daya yang ada, baik SDM maupun SDA, hanya untuk pemuasan kepentingan pribadi (ananiyah) dan kaum kerabatnya atau kelompoknya (ashabiyah).
Akhirul kalam, Islam adalah rahmat bagi seluruh alam, semua aspek kehidupan sudah diatur dan ditata dengan baik dalam agama Islam. Kepemimpinan ke depan semoga dapat semakin memberikan kesejahteraan dan kemaslahatan bagi umat. ***
[Ditulis oleh IJANG FAISAL, Ketua Umum DPD BKPRMI Kota Bandung. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Jumat (Pahing), 14 Desember 2012 / 30 Muharam 1434 H., pada Kolom "RENUNGAN JUMAT"]
by
0 comments:
Post a Comment