PENYESALAN PARA PEMIMPIN

Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah Rabbul 'alamin, kita bersaksi bahwa tiada Tuhan Selain Allah dan bahwa Muhammad itu hamba dan utusan Allah SWT.

Bila kita memperhatikan sekujur tubuh kita, dari mulai ujung rambut sampai ke ujung kaki, selanjutnya kita bertanya kepada diri kita sendiri, bagian manakah yang paling kuat maka semakin dilihat apalagi teliti kita memperhatikannya, semakin yakinlah bahwa diri kita dengan kehidupannya merupakan gabungan dari berbagai kelemahan dan kerentanan akan kerapuhan.

Dalam pada itu, diri dan sekujur tubuh yang lemah ini diyakini akan menghadapi pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT. Ketika becermin diri sambil memandanginya, muncul pertanyaan, akankah bagian-bagian dari anatomi tubuh ini selamat dari Azab Allah SWT. yang teramat keras dan menyakitkan. Di sini, di dalam hati ini, insya Allah telah tertanam suatu keyakinan bahwa Allah SWT. akan senantiasa menerima amal ibadah kita, yang kecil maupun yang besar, yang kita lakukan kapan pun dan di mana pun, selama kita ikhkas hati ketika menunaikannya, berdasarkan ilmu dan mengikuti tuntunan Rasul-Nya.

Di sini, dan masih di dalam hati ini, insya Allah telah tertanam suatu keyakinan bahwa Allah SWT. akan senantiasa mengampuni setiap dosa atau kesalahan hamba-hamba-Nya. Bagi-Nya tiada dosa kecil dan besar, ketika ia berkehendak mengampuninya tiada sembarang apa pun yang dapat menghalangi-Nya, karena Ia gafurun rahim, Maha Mengampuni dosa dan Maha Kasih Sayang. Namun, tentu saja, hamba itu harus menyesali kesalahannya, menuntut ilmu, beriman dan menggantinya dengan amal-amal saleh.

Gunung-gunung itu, bumi ini, dan bahkan bintang-bintang itu, pernah ditawari untuk memikul beban tanggung jawab jabatan dan kepemimpinan, tetapi mereka menolak dan merasa bahwa mereka makhluk kerdil hina nan tak berdaya. Firman Allah

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا

Inna AAaradna alamanata AAala alssamawati waalardi waaljibali faabayna an yahmilnaha waashfaqna minha wahamalaha alinsanu innahu kana thalooman jahoolan

Sesungguhnya Kami telah kemukakan amanah (Kami) kepada langit dan bumi serta gunung-gunung (untuk memikulnya), maka mereka enggan memikulnya dan bimbang tidak dapat menyempurnakannya. Maka manusia sanggup memikulnya. Sesungguhnya kebanyakan manusia sering melakukan kedzaliman dan membuat yang tidak patut dikerjakan. (QS. Al-Ahzab: 72)

Dalam keadaan makhluk-makhluk alam jagat raya yang raksasa itu menolak beban tanggung jawab kepemimpinan disebabkan merasa kecil, majulah manusia ke depan dengan sikap gagah dan congkaknya. Manusia makhluk lemah, kecil, dan rapuh itu pun sering lupa diri lalu merasa perkasa dan besar. Lalu dengan gagahnya menyatakan kesiapannya untuk memikul amanat jabatan kepemimpinan itu. Ternyata kebanyakan sebabnya mereka demikian karena dada manusia sering dipenuhi niat penipuan, kelaliman, dan hanya pandai berbicara dan tidak cukup cakap dalam membuktikan janji-janjinya. Dengan demikian, yang terjadi adalah kebodohan dan membodohkan.

Suatu ketika Rasulullah SAW. bersabda, dari Abu Huraerah RA. dari Nabi SAW., Beliau bersabda,
"Sesungguhnya kalian akan berambisi kepada kepemimpinan, padahal kepemimpinan itu akan menjadi penyesalan pada hari kiamat Itulah sebaik-baik yang memalingkan dan seburuk-buruknya yang memisahkan" (Hadits Sahih Riwayat Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari, XVIII: 61, No. 7148)

Pernah juga Abu Dzar Al-Ghifari RA. meminta jabatan kepada Rasulullah SAW. Akan tetapi, apa sabda Beliau menanggapi permintaan itu. Diterangkan oleh Abu Dzar,
"Wahai Rasulullah, mengapa Anda tidak memberiku jabatan? Maka beliau menepuk bahuku, kemudian bersabda, Wahai Abu Dzar, Sesungguhnya kamu lemah, sedangkan jabatan itu amanah, dan jabatan itu adalah kerugian dan penyesalan pada hari kiamat, kecuali bagi orang yang mendapatkannya secara hak dan menunaikan tanggungjawabnya." (Hadits Sahih Riwayat Muslim, Sahih Muslim, VI: 6, No. 4823)

Kita, atau setiap individu dari setiap diri, sejatinya merupakan pemimpim, pengayom, penanggung jawab. Setiap diri wajib dapat mempertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya keselamatan diri di hadapan Allah SWT., mempertanggungjawabkan setiap waktu, kesempatan, rezeki, kemampuan, dan para bawahan yang kita pimpin di hadapan Allah SWT.

Mari kita evaluasi ketika kita menjadi pemimpin di rumah, kita mempertanggungjawabkan amal kita dan juga apa yang kita tanamkan kepada mereka. Lalu bagaimana dengan para pemimpin yang menerima amanah Allah SWT. yang harus memikul jabatan dan kepemimpinan dengan bobot yang lebih berat dan skop yang lebih luas. Betapa hal yang menjadi beban tanggung jawab mereka, sungguh tidak terhingga.

Seorang ibu akan ikut bertanggung jawab akan pekerjaan anaknya, seorang suami dan bapak di rumah, akan ikut bertanggung jawab. Sesuai dengan kapasitas jabatan dan kepemimpinan setiap orang. Bukan main beratnya beban yang dipikul oleh setiap individu, apalagi jika ditambah dengan kesanggupan-kesanggupan lainnya. Tiada suatu amanat pun dari Allah SWT., kecuali akan melahirkan kapasitas, dan setiap kapasitas diri manusia akan mengakibatkan tanggung jawab besar dihadapan Allah SWT.

Marilah introspeksi, dan marilah kita mencontoh sikap Rasulullah SAW. berikut. Dari Aisyah RA., ia mengatakan,
"Tidak pernah sekali pun Rasulullah SAW. dihadapkan kepada satu di antara dua pilihan, selain niscaya beliau memilih yang lebih ringan. Kecuali apabila pilihan yang lebih ringan itu mengakibatkan berdosa. Bila demikian, beliau paling jauh dari perbuatan dosa." (Hadits Sahih Riwayat Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahkad bin Hanbal, VI: 118, No. 24874)

Akhirnya, mari kita serahkan diri kita sepenuhnya kepada Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Hanya Ia yang memiliki keselamatan yang hakiki di dunia dan akhirat. Mudah-mudahan dalam mengemban amanah kepemimpinan diridhai dan dilindungi serta ditolong oleh Allah SWT. Mudah-mudahan kita jadi pemimpin bukan karena rakus atau ambisius, karena rakus dan ambisius itulah yang sering menggelapkan mata akan beban, tanggung jawab dan akibat yang akan diderita. Aqulu qouli hadza wa astagfindloha Hi wa lakum. Robbanaa atinafiddunya hasanah wafil akhiroti hasanah wa qina azaban nar. ***

[Ditulis oleh WAWAN SHOFWAN SHALEHUDDIN, Ketua Bidang Dakwah PP Persis. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Manis) 13 Desember 2012 / 29 Muharam 1434 H., pada Kolom "CIKARACAK"]

by
u-must-b-lucky

0 comments: