3. CAKUPAN SURAT AL-FATIHAH TERHADAP MACAM-MACAM TAUHID

BUKU PERTAMA
PENJABARAN MENYELURUH IYYAKA NA'BUDU WA IYYAKA NASTA'IN

(3) CAKUPAN SURAT AL-FATIHAH TERHADAP MACAM-MACAM TAUHID

Tauhid itu ada 2 (dua) macam:
  1. Tauhid dalam ilmu dan keyakinan.
  2. Tauhid dalam kehendak dan tujuan.
Yang pertama disebut tauhid ilmu karena keterkaitannya dengan pengabaran dan pengetahuan. Tauhid kedua yang disebut tauhid kehendak dan tujuan, dibagi menjadi 2 (dua) macam: Tauhid dalam Rububiyah dan tauhid dalam Uluhiyah.

Tauhid ilmu berkisar pada penetapan sifat-sifat kesempurnaan, penafian penyerupaan, peniadaan aib dan kekurangan. Hal ini bisa diketahui secara global maupun secara terinci. Secara global dapat dikatakan, "Penetapan pujian hanya bagi Allah". Adapun secara terinci dapat dikatakan, "Penyebutan sifat Uluhiyah, Rububiyah, rahmah dan kekuasaan. Empat sifat ini merupakan pusaran asma' dan sifat."

Pujian di sini berarti pujian terhadap Dzat yang dipuji dengan menyebutkan sifat-sifat kesempurnaan dan keagungan-Nya, disertai kecintaan, ridha dan ketundukan kepada-Nya. Seseorang tidak bisa disebut orang yang memuji jika dia mengingkari sifat-sifat yang dipuji, tidak mencintai, tidak tunduk dan ridha kepadanya. Jika sifat-sifat kesempurnaan yang dipuji lebih banyak, maka pujian pun semakin sempurna. Begitu pula sebaliknya. Karena itu segala pujian hanya tertuju kepada Allah karena kesempurnaan dan banyaknya sifat-sifat yang dimiliki-Nya, yang selain Allah tidak mampu menghitungnya. Karena itu pula Allah mencela sesembahan orang-orang kafir dengan meniadakan sifat-sifat kesempurnaan darinya. Allah mencelanya sebagai sesuatu yang tidak bisa mendengar, melihat, berbicara, memberi petunjuk, mendatangkan manfaat dan mudharat. Maka Allah menjelaskan hal ini seperti dalam perkataan Ibrahim Al-Khalil :
إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا
"Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak tnelihat dan tidak dapat menolongmu sedikitpun ?" (QS. Maryam : 42).

Andaikata sesembahan Ibrahim seperti sesembahan bapaknya, Azar, tentu bapaknya akan menjawab, "Toh sesembahanmu seperti itu pula. Maka buat apa kamu mengingkari aku ?" Sekalipun begitu sebenarnya Azar juga tahu siapa Allah, sama seperti orang-orang kafir Quraisy yang tahu siapa Allah, tapi mereka menyekutukan-Nya. Begitu pula kaum Musa. Firman Allah :
وَاتَّخَذَ قَوْمُ مُوسَىٰ مِنْ بَعْدِهِ مِنْ حُلِيِّهِمْ عِجْلًا جَسَدًا لَهُ خُوَارٌ ۚ أَلَمْ يَرَوْا أَنَّهُ لَا يُكَلِّمُهُمْ وَلَا يَهْدِيهِمْ سَبِيلًا ۘ اتَّخَذُوهُ وَكَانُوا ظَالِمِينَ
"Dan kaum Musa, setelah kepergian Musa ke gunung Thur membuat dari perhiasan-perhiasan (emas) mereka anak lembu yang bertubuh dan bersuara. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka? Mereka menjadikannya (sebagai sesembahan) dan mereka adalah orang-orang yang zhalim." (QS. Al-A'raf : 148).

Jika ada yang berkata, "Bukankah Allah tidak bisa berbicara dengan hamba-Nya ?" Maka dapat dijawab sebagai berikut : Allah berbicara dengan hamba-hamba-Nya. Di antara mereka ada yang diajak berbicara dengan Allah dari balik hijab, yang lain ada yang tanpa perantara, seperti Musa, ada yang berbicara dengan Allah lewat perantara malaikat yang diutus, yaitu para nabi dan rasul, dan Allah berbicara dengan seluruh manusia lewat para rasul-Nya. Allah menurunkan firman-Nya kepada mereka yang disampaikan para rasul, "Ini adalah firman Allah dan Dia memerintahkan agar kami menyampaikannya kepada kalian." Berangkat dari sinilah orang-orang salaf berkata, "Siapa mengingkari keadaan Allah yang dapat berbicara, berarti dia mengingkari risalah para rasul." Begitu pula kaitannya dengan sifat-sifat Allah selainnya.

Dari sini dapat diketahui bahwa hakikat pujian mengikuti ketetapan sifat-sifat kesempurnaan, dan penafian hakikat pujian ini juga mengikuti penafian sifat-sifat kesempurnaan.

[Berikutnya....(4) Hakikat Asma' Allah]

[Disalin dari Buku dengan Judul Asli : Madarijus-Salikin Manazili Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in (Karya : Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Muhaqqiq : Muhammad Hamid Al-Faqqy, Penerbit : Darul Fikr. Beirut, 1408 H.) Edisi Indonesia dengan judul : MADARIJUS-SALIKIN (PENDAKIAN MENUJU ALLAH) Penjabaran Kongkrit "Iyyaka Na'budu Wa Iyyaka Nasta'in" (Karya : Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Penerjemah : Kathur Suhardi, Penerbit : Pustaka Al-Kautsar. Jakarta, 1998)]

0 comments: