ALAM ADALAH DETAK JANTUNG

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَّكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَندَادًا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Dialah Zat yang menjadikan bumi sebagai hamparan untuk kalian hidup dan menjadikan langit sebagai atap untuk kalian bernaung. Lalu Dia menurunkan hujan dari langit sehingga keluarlah buah-buahan dari pohonnya sebagai rezeki untuk kalian. Oleh karena itu, Janganlah kalian mencari sekutu-sekutu bagi-Nya padahal kalian mengetahuinya. (QS. Al-Baqarah: 22)

Dari sekian banyak unsur kimia yang bermanfaat bagi manusia, air (H2O) dan oksigen (O2) merupakan unsur yang paling penting. Berdasarkan penelitian para ahli, 75 persen dari tubuh manusia tersusun dari unsur air. Dalam otot ada 80 persen air, di otak 50-80 persen, dalam darah 85 persen, dan pada tulang 20 persen.

Setiap orang membutuhkan 5-8 liter air/hari. Jika penduduk Indonesia 200 juta jiwa, dibutuhkan 1,600 juta liter air bersih yang sehat setiap harinya. Oleh karena itu, air memiliki perananan sangat vital bagi kelangsungan hidup manusia. Bahkan, bagi Muslim, air berkaitan langsung dengan ibadah.

Sementara itu, debit air terus berkurang akibat perubahan alam dan iklim yang disebabkan oleh meningkatnya aktivitas manusia dalam bidang teknologi, industri, manufaktur, properti, dan infra-struktur di samping pola hidup keluarga. Pembangunan kawasan industri dan perumahan yang mulai menepi ke perdesaan dan menghabisi hutan-hutan rakyat serta lahan pertanian, menjadi salah satu penyebab berkurangnya air dan jumlah oksigen.

Kemampuan karbondioksida untuk mengubah dirinya menjadi oksigen menjadi lemah karena hutan dan pepohonan sebagai media proses fotosintesis berkurang akibat penjarahan dan penebangan membabi buta. Akibatnya, oksigen yang menguap ke udara dan membentuk awan kian sedikit sehingga curah hujan pun minim.

Karbondioksida yang berlebihan, gas metan dari kendaraan, dan gas buang dari rumah-rumah kaca memiliki andil besar terjadinya pemanasan global. Ketiga gas ini membubung di atmosfer bumi sehingga menimbulkan panas luar biasa. Saat udara semakin panas, curah hujan mulai berkurang, dampaknya pada hasil pertanian cukup besar. Lahan pertanian menjadi kering dan kekurangan pangan tak bisa dielakkan lagi. Dampak dari bencana alam ini berpotensi mencemari air dan membentuk lingkungan tidak sehat.

Semua ini akibat sebagian besar akibat ulah manusia yang munafik. Mereka berdalih membuat manfaat dan kemaslahatan bagi alam, padahal di balik itu semua adalah kerusakan (mafsadat) yang luar biasa. Mereka sudah diperingatkan, tetapi hati mereka keras bagai batu. Allah menggambarkan dalam Al-Qur'an,

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ
أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَـٰكِن لَّا يَشْعُرُونَ
Jika mereka diingatkan, 'Janganlah kalian merusak bumi!' Mereka berkilah, 'Sesungguhnya kami sedang berbuat sesuatu yang bermanfaat.' Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. (QS. Al-Baqarah: 11-12)

Untuk mengantisipasi berbagai kerusakan alam, penjarahan hutan, pencemaran air dan lingkungan oleh limbah keluarga dan limbah industri, tidak cukup dengan pendekatan hukum melalui regulasi pemerintah, tetapi perlu sikap arif dari setiap personal. Manusia diutus Allah ke bumi sebagai khalifah yang bertugas menciptakan kedamaian, kebaikan, ketenteraman, dan memperbaiki berbagai kerusahan. Oleh karena itu, setiap individu bertanggung jawab yang sama untuk mencintai dan menjaga keutuhan lingkungan.

Jika setiap individu bersikap arif, memiliki sense of belonging terhadap alam dan lingkungan sekitar, berkesadaran sosial, dan membiasakan hidup sehat, masalah air dan lingkungan akibat kesalahan manusia dapat diatasi. Setidaknya, masalah yang muncul akibat ulah manusia seperti perusakan hutan, membuang sampah sembarangan, membuat pembuangan saluran air kotor tanpa perhitungan, dapat dikendalikan. Bahkan bukan hal yang mustahil, masalah yang timbul karena alam pun dapat ditanggulangi.

Penumbuhan dan pemantapan kesadaran ini membutuhkan kampanye besar-besaran, berkesinambungan, dan tanpa kenal lelah di setiap saat, setiap kesempatan, dan setiap tempat. Kampanye bukan hanya dilakukan pada momen-momen tertentu seperti Hari Bumi dan Hari Lingkungan Hidup, melainkan pada setiap dialog interpersonal baik yang bersifat pribadi maupun formal.

Dalam terminologi agama, kampanye seperti ini adalah dakwah yang aplikasinya bisa berbentuk tulisan (bil kitabah), ucapan (bil lisan), dan sebuah aktivitas (bil hal). Tulisan para ahli, pencinta lingkungan, dan ulama di media massa (da'wah bil kitabah). harus berlangsung terus-menerus untuk menggugah kesadaran manusia tentang pentingnya lingkungan. Dakwah juga bisa dalam bentuk kata-kata (da'wah bil lisaan), ceramah, seminar, diskusi, tablig, khotbah, dan dialog sehari-hari. Agar semakin efektif dan tepat sasaran, dakwah mesti dilaksanakan secara berantai, person to person, mulai dari lingkungan terkecil terlebih dahulu, dari keluarga. Keluarga harus menjadi school of environment, madrosatul ummah, pendidikan lingkungan yang menekankan kearifan hidup dan pentingnya lingkungan. Mulailah dari diri sendiri, dari anggota keluarga (anak, istri, dan pembantu rumah tangga).

Dakwah yang paling penting adalah dakwah dengan aktivitas nyata. Memberi contoh pada anak dan keluarga tentang pengelolaan sampah keluarga yang baik, menanam pohon dengan sebuah kesadaran bahwa dirinya masih perlu bernafas dan membutuhkan air, membuat drainase yang baik di halaman rumah, membuat sumur resapan, dan membiasakan pola hidup sehat adalah dakwah nyata.

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, nanti Allah menunjukkan kepada mereka sebagian dari perbuatan mereka (agar mereka merasakannya), mudah-mudahan mereka kembali (sadar). (QS. Ar-Rum: 41)

Ayat tersebut memberikan peringatan kepada manusia agar memerhatikan kembali keseimbangan alam. Jika hari ini terjadi berbagai masalah, solusinya adalah kembali pada kesadaran diri (introspeksi, muhasabah). Meluruskan kembali pola pikir tentang lingkungan bahwa lingkungan adalah bagian yang tak terpisahkan dari setiap detak jantung dan desah napas kita.

Menumbuhkan kesadaran dan keyakinan kepada anak-anak kita tanpa alam, manusia tidak akan bisa hidup. Alam adalah nyawa, alam adalah jiwa, alam adalah aliran darah dalam aorta.

Alam adalah kita seutuhnya.***

[Ditulis oleh NANA SUKMANA, pengurus DKM Asy-Syifaa STIKES Bhakti Kencana Bandung, khotib di beberapa masjid di Kota Bandung. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Jumat (Kliwon) 27 Januari 2012/3 Rabiul Awal 1433 H., pada Kolom "RENUNGAN JUMAT"]

by

u-must-b-lucky

0 comments: