Bunga kehidupan dunia seperti harta kekayaan, jangan sampai mempesona diri kita sehingga terbuai dengan keindahan yang menyebabkan lupa meraih karunia Allah yang lebih baik dan lebih kekal. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT. yang melarang kita agar tidak terpesona oleh bunga kehidupan dunia. Sebagaimana termaktub dalam Al-Qur'an Surat Thaahaa ayat 131,
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ ۚ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَ
Wala tamuddanna AAaynayka ila ma mattaAAna bihi azwajan minhum zahrata
alhayati alddunya linaftinahum feehi warizqu rabbika khayrun waabqa
Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka. Sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan, karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.
Orang yang terpesona dan teperdaya oleh bunga kehidupan dunia akan menjadikan dirinya menjadi orang yang rakus terhadap dunia, tidak akan merasa cukup dengan yang telah didapatkannya.
Rasulullah SAW. bersabda,
"Andaikata seorang anak Adam (manusia) mempunyai satu lembah emas, pasti ia ingin mempunyai dua lembah. Dan tiada yang dapat menutup mulutnya (tidak ada yang dapat menghentikan kerakusannya kepada dunia) kecuali tanah (maut). Dan Allah berkenan memberi tobat pada siapa saja yang bertobat." (HR. Bukhari dan Muslim)
Orang yang yang sudah teperdaya oleh bunga kehidupan dunia akan menjadikan dirinya hidup bermegah-megahan dan kikir terhadap hartanya. Allah SWT. berfirman,
وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ
Wainnahu lihubbi alkhayri lashadeedun
Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta. (QS. Al-A'diyat: 8)
Bunga kehidupan merupakan hiasan kehidupan dunia semata. Tidak ubahnya laksana sekuntum bunga yang sedang mekar yang menarik perhatian orang yang memandangnya. Namun, keindahan bunga itu tidak berlangsung lama. Perlahan bunga itu akan layu, lalu redup dan akhirnya gugur ke bumi sebagai sampah.
Demikian pula dengan bunga kehidupan dunia yang dimiliki manusia. Memang ia dapat memberikan kesenangan kepada pemiliknya. Namun hal itu bersifat sementara, hanya di dunia.
Bunga-bunga kehidupan dunia itu akan pudar, berakhir, rusak, binasa dalam peredaran ruang dan waktu. Malah akhirnya bunga kehidupan itu meninggalkannya atau ditinggalkan olehnya. Itulah kenyataan dunia ini di luar daripada beribadah kepada Allah SWT.
Allah SWT. berfirman,
وَاضْرِبْ لَهُم مَّثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنزَلْنَاهُ مِنَ
السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًا
تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ ۗ وَكَانَ اللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ مُّقْتَدِرًا
Waidrib lahum mathala alhayati alddunya kamain anzalnahu mina alssamai
faikhtalata bihi nabatu alardi faasbaha hasheeman tathroohu alrriyahu
wakana Allahu AAala kulli shayin muqtadiran
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا
Almalu waalbanoona zeenatu alhayati alddunya waalbaqiyatu alssalihatu khayrun AAinda rabbika thawaban wakhayrun amalan
Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik, pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (QS. Al-Kahfi: 45-46)
"Bagiku dunia tidak lain hanyalah laksana seorang pengembara yang beristirahat di bawah sebatang pohon kemudian beranjak meninggalkannya." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Sesungguhnya Allah SWT. tidak melarang hamba-Nya untuk memiliki bunga-bunga kehidupan dunia, seperti memiliki harta kekayaan yang banyak karena naluri manusia menyukai hal-hal demikian. Allah SWT. berfirman,
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ
وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ
الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Zuyyina lilnnasi hubbu alshshahawati mina alnnisai waalbaneena
waalqanateeri almuqantarati mina alththahabi waalfiddati waalkhayli
almusawwamati waalanAAami waalharthi thalika mataAAu alhayati alddunya
waAllahu AAindahu husnu almaabi
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. Ali-Imran: 14)
Bahkan perhiasan dunia ini sesungguhnya diperuntukkan bagi orang-orang beriman. Sebagai firman Allah SWT. dalam Al-Qur'an Surat Al-a'raf ayat 32,
قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ ۚ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Qul man harrama zeenata Allahi allatee akhraja liAAibadihi
waalttayyibati mina alrrizqi qul hiya lillatheena amanoo fee alhayati
alddunya khalisatan yawma alqiyamati kathalika nufassilu alayati
liqawmin yaAAlamoona
Katakanlah, "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" Katakanlah, "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat." Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.
Akan tetapi, yang dilarang oleh Allah SWT. itu adalah menjadikan bunga-bunga kehidupan sebagai rujuan hidup kita, sehingga kita sibuk dengannya bahkan menjadi budak dari bunga kehidupan dunia, dan melupakan ketaatan kepada Allah SWT.
Allah SWT. berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لَّا يَجْزِي
وَالِدٌ عَن وَلَدِهِ وَلَا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَن وَالِدِهِ شَيْئًا ۚ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ ۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِاللَّهِ الْغَرُورُ
Ya ayyuha alnnasu ittaqoo rabbakum waikhshaw yawman la yajzee walidun
AAan waladihi wala mawloodun huwa jazin AAan walidihi shayan inna waAAda
Allahi haqqun fala taghurrannakumu alhayatu alddunya wala
yaghurrannakum biAllahi algharooru
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (setan) memperdayakan kamu dalam (menaati) Allah. (QS. Luqman: 33)
Di kehidupan akhir zaman ini rayuan dan pesona bunga kehidupan dunia begitu menggiurkan dan mempesona kaum Muslimin. Tidak sedikit orang yang terpukau oleh keindahannya dan termakan oleh rayuan pesona bunga kehidupan dunia.
Keterpesonaan terhadap bunga kehidupan dunia muncul ketika ada ketertarikan pada diri manusia kepada kemewahan dan kesenangan dunia. Juga muncul ketika manusia tidak ridha, tidak qanaah, dan tidak mensyukuri terhadap yang telah diberikan oleh Allah SWT. kepadanya.
Untuk itu, hendaknya kita menyadari dan meyakini bahwa bunga kehidupan dunia merupakan ujian dari Allah SWT., bukan tujuan dari hidup kita agar kita tidak teperdaya dan tenggelam oleh pesona keindahan bunga kehidupan dunia. Selain itu, hendaknya kita mensyukuri berbagai nikmat yang telah Allah berikan kepada kita dan selalu melihat terhadap orang yang berada di bawah kita.
Rasulullah SAW. bersabda,
"Jika seorang dari kalian melihat orang lain yang diberi kelebihan dalam harta dan ketampanan, hendaklah ia melihat orang yang di bawahnya." (HR. Muslim)
Begitu juga, hendaknya kita memfokuskan diri terhadap hal-hal yang mendatangkan kebaikan bagi akhirat. Orang yang berusaha mencari kebaikan akhirat, maka dunia pun akan tunduk kepada kita dan kita terjauh dari hubuddunya (cinta dunia).
Rasulullah SAW. bersabda,
"Siapa saja yang niatnya mencari akhirat maka Allah akan menyelesaikan semua persoalannya, dan menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia pun akan datang kepadanya dengan menunduk." (HR. Ibnu Majah)
Wallahu 'alam. ***
[Ditulis oleh H. MOCH HISYAM, alumnus Pondok Pesantren KH. Zaenal Musthafa Sukamanah Singaparna Tasikmalaya, alumnus IAIC Cipasung Singaparna Tasikmalaya, tinggal di Bandung. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Jumat (Pahing) 9 Maret 2012 / 16 Rabiul Akhir 1433 H. pada Kolom "RENUNGAN JUMAT"]
by
0 comments:
Post a Comment