Sebelas tahun setelah menerima wahyu, oleh Allah SWT., Nabi Muhamad SAW., diperjalankan pada malam hari (Isra) dari Masjidil Haram, Mekah ke Masjidil Aqsa, Jerusalem. Dari sana, diangkat ke langit (Miraj). Menembus batas atmosfir jagat, hingga mencapai ufuk terjauh dan tertinggi (as Sidratul Muntaha). Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Qur'an Surah Israa: 1, dan An Najm: 1-18.
Perjalanan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW. dihiasi berbagai kisah fantastis. Penuh dengan contoh-contoh (ibrah), agar manusia (umat Islam) berbuat kebaikan, sekaligus meninggalkan keburukan. Menurut beberapa hadits, segala peristiwa yang disaksikan Nabi Muhammad SAW. itu dijelaskan terperinci oleh Malaikat Jibril AS. yang mendampingi beliau.
Umpamanya, ada sekumpulan manusia yang tak henti-henti memamah daging mentah busuk, penuh belatung. Padahal, di depannya terdapat daging segar yang sudah dimasak sedap. Malaikat Jibril AS. menerangkan, itulah contoh kelakuan para pezina. Mereka sudah disediakan "daging masak" halal, bersih, tetapi masih tergiur "daging mentah" yang haram, kotor, dan berderajat bangkai.
Di situ Nabi SAW. juga melihat sekelompok orang tak henti-henti mengguntingi lidah sendiri hingga berlumuran darah. Setiap lidah putus, tersambung lagi, lalu digunting lagi. Begitu berulang-ulang. Malaikat Jibril AS. menjelaskan, itulah contoh kelakuan manusia tukang gosip (gibah), penyebar berita bohong (fitnah), pengadu domba, dan pembuka aib orang lain (namimah). Hukumannya di akhirat lebih mengerikan daripada mengguntingi lidah sendiri.
Itulah sebagian kecil dari peristiwa Isra Miraj. Namun, yang terpenting, esensi dari Isra Miraj, adalah makna peran dan fungsi masjid, mengingat perjalanan itu dimulai dari masjid menuju masjid. Kemudian, Nabi SAW. menerima periritah shalat fardhu lima waktu secara langsung tatkala beraudensi dengan Allah SWT.
Dikaitkan dengan kondisi aktual masa kini, dimana umat Islam rata-rata sedang mengalami keterpurukan di berbagai belahan bumi, perlu menyerap kembali spirit Isra Miraj. Bukan hanya sebatas mengagumi keajaiban Isra Miraj yang dialami Nabi SAW., melainkan harus menggali semangat hakikat Isra Miraj. Minimal mengaktualisasikan kembali tiga faktor penting di balik kandungan peristiwa tersebut.
Pertama, peran dan kegunaan masjid. Nabi SAW. berjalan dari satu masjid (al Haram, Mekah) ke masjid lain (al Aqsa, Jerusalem). Dapat ditarik kesimpulan, masjid merupakan tempat mulia, yang harus diutamakan.
Ketika hijrah ke Yatsrib (Madinah), Nabi SAW. lebih dulu membangun masjid di kawasan Quba. Baru membangun rumah. Ini merupakan sunah yang sering terlupakan. Pada masa kini sering terjadi, umat Islam berlomba-lomba membangun rumah dahuli. Membangun masjid belakangkan. Sering terjadi, rumah sudah berkali-kali direnovasi, masjid masih belum selesai. Padahal, masjid merupakan titik pemberangkatan bagi siapa saja yang ingin mendapat petunjuk Allah SWT.
إِنَّمَا يَعْمُرُ
مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ
الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ
أُولَٰئِكَ أَن يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
Innama yaAAmuru masajida Allahi man amana biAllahi waalyawmi alakhiri waaqama alssalata waata alzzakata walam yakhsha illa Allaha faAAasa olaika an yakoonoo mina almuhtadeena
Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. At-Taubah: 18)
Kedua, meningkatkan nilai dan tujuan shalat. Salah satu "oleh-oleh" terpenting dari Isra Miraj adalah shalat fardhu lima waktu. Shalat merupakan ibadah paling utama dalam rukun Islam. Setiap Muslim, rajin berpuasa, murah hati mengeluarkan zakat, sedekah, infaq, menunaikan ibadah, tetapi malas melaksanakan shalat fardhu, maka segala kebaikan dan kebajikan tadi menjadi tidak berguna sama sekali. Pasalnya, shalat jati diri setiap Muslim beriman.
Perintah shalat dalam Al-Qur'an ditegaskan berkali-kali, sebelum rukun-rukun Islam lainnya. Perintah mengeluarkan zakat, didahului oleh perintah menegakkan shalat (lihat QS. Al Baqarah : 43,83,110,177,277; An Nisa: 77,162; Al Maidah: 12,55; Al-A'raf: 156; At Taubah: 11,18,71; Al Hajji: 41,78; An Nur: 56; An Naml: 3; Luqman: 4; Al Ahzab: 3; Al Mujadalah: 13; Al Muzammil: 29; Al Bayyinah: 5; Maryam: 55; Al Anbiya: 73).
Shalat juga memiliki peran mencegah kerusakan dan kemunkaran.
اتْلُ مَا أُوحِيَ
إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ
تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ
وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُون
Otlu ma oohiya ilayka mina alkitabi waaqimi alssalata inna alssalata tanha AAani alfahshai waalmunkari walathikru Allahi akbaru waAllahu yaAAlamu ma tasnaAAoona
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Ankabut: 45)
Akan tetapi, mengapa sekarang amat merebak kejahatan dan kemungkaran? Bahkan para pelakunya mayoritas Muslim? Salah satu penyebabnya, umat Islam belum mampu menegakkan shalat secara benar, baik syarat rukunnya, maupun niat, tujuan serta kekhusyukannya, sehingga tergelincir ke dalam shalat yang bersifat sahun (seadanya, formalitas belaka) dan yuro'un (ingin mendapat pujian manusia, sekadar cari muka).
Ketiga, menjunjung tinggi keunggulan umat Islam adalah segala bidang kehidupan nyata di dunia, dan kehidupan abadi di akhirat. Melalui Isra Miraj, Nabi Muhammad SAW. sudah membuktikan reputasi Islam secara komprehensif integral. Memegang teguh prinsip tauhid (Allah Maha Esa), pasrah hanya kepada-Nya (Dainunnah lillahi wahdah), dilanjutkan kepada umatnya agar selalu unggul tak terungguli oleh yang lain (al Islamu ya'lu wa la yu'la alaihi).
Perjalanan Miraj Nabi SAW. ke Sidratul Muntaha merupakan simbol keunggulan tersebut sebab nabi-nabi dan rasul-rasul sebelumnya, dari Adam AS. hingga Isa AS., tak pernah diperlakukan seistimewa itu.
Namun, kenyataan sekarang, umat Islam akhir zaman, seolah-olah tak mampu menyangga amanat tersebut. Bahkan, umat Islam diinjak-injak, dirusak akidahnya, dilecehkan ibadahnya, diganggu muamalahnya, dan digerogoti akhlaknya.
Umat Islam yang seharusnya menjadi hamba-hamba Allah yang sempurna, paripurna, ahli ibadah yang taat tekun, banyak beramal saleh, aktif, kreatif, menguasai berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga mampu meladeni musuh seberapa pun hebatnya
فَإِذَا جَاءَ
وَعْدُ أُولَاهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَّنَا أُولِي بَأْسٍ
شَدِيدٍ فَجَاسُوا خِلَالَ الدِّيَارِ ۚ وَكَانَ وَعْدًا مَّفْعُولًا
Faitha jaa waAAdu oolahuma baAAathna AAalaykum AAibadan lana olee basin shadeedin fajasoo khilala alddiyari wakana waAAdan mafAAoolan
Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana. (QS. Israa: 5)
Pada kenyataannya umat Islam ternyata tak berdaya. Kalah di segala sektor. Hanya mampu menjadi konsumen, bukan produsen. Sekadar epigon, pengekor, bukan peminpin.
Padahal, Allah SWT. dan Rasul-Nya, telah menetapkan ketentuan agar umat Islam memiliki kekuatan fisik, material serta mental spiritual. Di antaranya, melalui kekuatan iman dan penguasaan iptek
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ
فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِين أُوتُوا الْعِلْمَ
دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Ya ayyuha allatheena amanoo itha qeela lakum tafassahoo fee almajalisi faifsahoo yafsahi Allahu lakum waitha qeela onshuzoo faonshuzoo yarfaAAi Allahu allatheena amanoo minkum waallatheena ootoo alAAilma darajatin waAllahu bima taAAmaloona khabeerun
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Mujadallah: 11)
Tampaknya hal ini sudah diabaikan umat Islam. Berdasarkan data-data Islamic World Bank (Bank Dunia Islam) tahun 2006, perilaku generasi muda umat Islam dan umat Yahudi di Timur Tengah, tatkala anak-anak muda Yahudi berdesakan masuk universitas-unversitas termashyur Amerika, seperti Yale, Berkeley, Harvard, MIT, untuk mendapat ilmu-ilmu mutakhir, generasi muda Muslim memadati hotel dan kasino di London, Paris, Pattaya, Kuta, dan Iain-lain. Mereka mabuk minuman keras, diiringi musik dalam dekapan wanita-wanita mata duitan. Ketika para remaja Yahudi terjun ke pusat-pusat saham di WTC, Wall Street, dan lain-lain, remaja-remaja Muslim sedang asyik berjudi di Las Vegas, Monte Carlo, dan lain-lain. Akibatnya, umat Yahudi sudah unggul sebelum bertarung. Menyingkirkan umat Islam yang kalah sebelum siap siaga.
Jika dikaji dan direalisasikan, tiga nilai saripati Isra Miraj di atas akan menjadi modal dasar umat Islam untuk meraih kembali kejayaannya yang hilang diambil alih orang lain.
Insya Allah.***
[Ditulis oleh H. USEP ROMLI HM., pengasuh Pesantren Anak Asuh Raksa Sarakan Cibiuk, Garut juga pembimbing haji dan umrah BPIH Megacitra/KBIH Mega Arafah Kota Bandung. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Kliwon) 31 Mei 2013 / 10 Rajab 1433 H. pada Kolom "CIKARACAK"]
by
0 comments:
Post a Comment