Setiap orang pasti mengharapkan jalan keselamatan. Namun, tidak setiap orang tahu dan benar dalam memilih jalan keselamatan. Ibarat tikus yang masuk dalam perangkap, karena melihat ada makanan di sana. Bukan selamat yang ia dapat, tetapi binasa. Tidak sedikit manusia yang berperilaku seperti demikian.
Dalam memilih jalan keselamatan, kita tidak diperkenankan memilih jalan sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Fatihah ayat 7. Allah SWT. berfirman,
غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
"...Bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat."Kata maghdhub berasal dari asal kata ghadaba yang artinya marah. Berarti, maghdhub mengandung arti yang dimarahi atau dimurkai. Bila dinisbatkan kepada manusia, maghdhub bisa diartikan amarah, yang biasanya lahir dari emosi. Akan tetapi, jika dinisbatkan kepada Allah, walau diartikan amarah atau murka, tetapi jangan digambarkan seperti marahnya manusia. Lebih tepat bermakna ancaman sanksi atau siksaan, yang puncaknya membuat manusia masuk neraka.
Muhammad Rasyid Ridha dalam tafsirnya menjelaskan bahwa maghdhub itu ialah mereka yang keluar dari haq setelah mengetahuinya. Atau dengan kata lain, mereka mengenal kebenaran tetapi enggan mengikutinya.
Dalam satu hadits, Nabi SAW. menjelaskan bahwa mereka yang maghdhub itu adalah orang Yahudi, karena memang mereka yakin akan kenabian Muhammad dan telah mengenal sifat-sifatnya sebagaimana tercantum dalam kitabnya. Akan tetapi, mereka enggan mengikuti Muhammad sekaligus tidak mengakui kenabiannya, atas dasar iri hati yang tertanam dalam jiwa mereka. Sebab, semula mereka mengharapkan nabi akhir zaman itu dari kalangan Yahudi (bani Israil).
Kenapa Yahudi dikategorikan golongan maghdhub ? Sebab, banyak pelanggaran yang dilakukan kalangan Yahudi, sehingga mereka mendapat murka Allah SWT.
Yang termasuk maghdhub itu bukan hanya orang Yahudi, tetapi berlaku juga kepada mereka yang berperilaku seperti halnya orang Yahudi, atau yang membuat pelanggaran-pelanggaran lain yang tidak dibenarkan oleh agama.
Dalam Al-Quran terdapat ayat-ayat yang menerangkan tentang mereka yang mendapat murka Allah, di antaranya sebagai berikut.
- Orang yang membunuh seorang Mukmin dengan sengaja tanpa alasan yang benar. وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا"Dan barangsiapa membunuh seorang Mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah jahanam yang ia akan kekal padanya dan Allah murka atasnya, dan Allah laknat dia dan Allah sediakan baginya siksa yang besar." (QS. An-Nisa : 93)
- Orang yang berprasangka buruk kepada Allah serta meragukan kehadiran bantuan-Nya. وَيُعَذِّبَ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِينَ وَالْمُشْرِكَاتِ الظَّانِّينَ بِاللَّهِ ظَنَّ السَّوْءِ ۚ عَلَيْهِمْ دَائِرَةُ السَّوْءِ ۖ وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَلَعَنَهُمْ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَهَنَّمَ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا"Dan Allah mengazab orang munafik dan munafikat serta orang musyrikin dan musyrikat, yang menyangka jelek terhadap Allah. Atas merekalah beredar kejelekan, dan Allah murka atas mereka dan Allah kutuk mereka, dan Allah sediakan bagi mereka jahanam sejelek-jeleknya tempat kembali." (QS. Al-Fath : 6)
- Orang yang memilih kekufuran sebagai ganti keimanan yaitu orang yang lebih mencintai kehidupan dunia daripada akhirat. مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ وَلَٰكِنْ مَنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِنَ اللَّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌذَٰلِكَ بِأَنَّهُمُ اسْتَحَبُّوا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا عَلَى الْآخِرَةِ وَأَنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ"Barangsiapa yang kufur kepada Allah sesudah beriman, kecuali orang yang dipaksa ’sedangkan hatinya tetap dalam keimanan. Akan tetapi, barangsiapa terbuka hatinya dengan kekufuran’ maka atas merekalah kemarahan dari Allah dan bagi merekalah azab yang besar. Yang demikian itu, lantaran mereka suka kepada kehidupan dunia lebih daripada akhirat, dan sesungguhnya Allah tidak memberikan hidayah kepada kaum kafir." (QS. An-Nahl : 106-107)
- Orang yang lari dari peperangan (perjuangan) membela kebenaran. وَمَنْ يُوَلِّهِمْ يَوْمَئِذٍ دُبُرَهُ إِلَّا مُتَحَرِّفًا لِقِتَالٍ أَوْ مُتَحَيِّزًا إِلَىٰ فِئَةٍ فَقَدْ بَاءَ بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ وَمَأْوَاهُ جَهَنَّمُ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ"Dan barangsiapa yang berpaling kepada mereka di hari itu, kecuali karena mau mengatur (cara) peperangan atau karena mau bersatu dengan satu golongan, maka sesungguhnya ia kembali dengan kemarahan dari Allah dan tempatnya di neraka, dan neraka itu sejelek-jeleknya tempat kembali." (QS. Al-Anfal : 16)
- Perzinahan yang dilakukan seorang wanita yang sedang terikat perkawinan tanpa bertobat. وَالْخَامِسَةَ أَنَّ غَضَبَ اللَّهِ عَلَيْهَا إِنْ كَانَ مِنَ الصَّادِقِينَ"dan (sumpah) yang kelima: bahwa la'nat Allah atasnya jika suaminya itu termasuk orang-orang yang benar." (QS. An-Nur : 9)
Walhasil, semua bentuk pelanggaran atau kejahatan akan membuat murka Allah, kecuali jika segera bertobat dan kembali ke jalan yang benar.***
[Ditulis Oleh KH. ACENG ZAKARIA, Ketua Bidang Tarbiyyah PP Persis dan Pimpinan Pondok Pesantren Persis 99 Rancabango Garut. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Wage) 28 Oktober 2010 pada Kolom "CIKARACAK"]
0 comments:
Post a Comment