Pernyataan Iman
Dalam pergaulan sehari-hari, mungkin kita sering mendengar pernyataan atau ungkapan "Iman kuat, tetapi imin tidak kuat." Ungkapan ini biasanya terlontar ketika seseorang melihat hal-hal yang berbau syahwat. Iman yang dimaksud tentunya iman kepada Sang Kholik, Allah SWT. Adapun yang dimaksud "imin" biasanya merupakan makna kias dari nafsu atau syahwat.
Dalam ungkapan ini secara logika bahasa perlu dicermati. Benarkah jika iman sudah kuat, imin masih bisa goyah ? Bukankah imin akan kuat jika memiliki iman yang kuat ? Dalam ungkapan ini juga terdapat pernyataan "iman kuat". Yakni pengakuan seseorang yang merasa imannya sudah kuat. Benarkah imannya sudah kuat ?
Allah SWT. berfirman dalam Surah Al-Ankabut Ayat 2 dan 3
أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka. Maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta."
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa kita harus siap ketika Allah memberikan ujian apa pun terhadap kita. kesiapan kita menghadapi ujian dari Allah setidaknya mampu dijadikan alat ukur pernyataan iman kita. Sikap tersebut merupakan konsekuensi pernyataan iman seseorang. Kita harus mengetahui arah dan tujuan Iman kita, bukan sekadar ikut-ikutan atau didorong oleh kepentingan sesaat.
Bentuk-Bentuk Ujian Iman
Ujian yang diberikan Allah kepada manusia berbeda-beda, dan bentuknya pun berbeda-beda. Ada beberapa macam bentuk ujian iman yang Allah berikan kepada pendahulu kita maupun pada kita sekalian.
- Ujian iman dalam bentuk perintah. Contohnya, yang dialami Nabi Ibrahim AS. ketika diperintah untuk menyembelih anaknya, yaitu Ismail AS. Ini merupakan ujian yang sangat berat. Bagaimana seorang bapak harus rela menyembelih anaknya sendiri. Namun, karena keimanannya kepada Allah SWT. begitu kuat, Nabi Ibrahim AS. tetap menjalankan perintah-Nya. Dan Allah pun menggantikan Ismail ketika hendak disembelih dengan seekor domba. Bagaimana dengan kita ? Allah memerintahkan kita untuk shalat lima waktu, Allah juga memerintahkan kita untuk berpuasa dan membayar zakat. Jika shalat kita masih banyak bolongnya, pantaskah kita menyatakan iman kita kuat ?
- Ujian iman dalam bentuk larangan. Contohnya, yang dialami Nabi Yusuf AS. ketika diuji dengan wanita cantik, istri pembesar di Mesir. Beliau dan istri pembesar Mesir berada dalam satu ruangan. Beliau diajak berzina, tetapi karena Nabi Yusuf tahu bahwa berzina itu dilarang Allah, maka Nabi Yusuf menolaknya, meskipun resikonya harus masuk penjara karena fitnah. Bagaimana dengan kita ? Allah melarang kita berzina, berjudi, minum keras, mencuri, dan masih banyak lagi larangan. Namun, banyak di antara kita yang masih terus saja melanggar larangan tersebut.
- Ujian iman dalam bentuk musibah. Contohnya, yang dialami Nabi Ayub AS. yang terkena penyakit dan kemiskinan. Karena penyakit Nabi Ayub AS. dan kemiskinannya telah membuatnya dijauhi tetangga bahkan ditinggalkan istri dan anak-anaknya. Namun, Nabi Ayub AS. tetap beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Bagaimana dengan kita ? Kerapkali musibah yang menimpa kita membuat kita putus asa dan bahkan menyalahkan Allah SWT. Akibatnya, keimanan kita menurun. Rasa tawakal yang hilang menyebabkan kita tidak sabar ketika didera musibah. Sebagai orang beriman kita harus mampu bersabar ketika terkena musibah. Itulah salah satu bukti kekuatan iman kita.
- Ujian lewat tangan-tangan orang kafir dan orang-orang yang tidak menyenangi Islam. Contohnya, yang dialami Nabi Muhammad SAW. awal-awal dakwah Islam, kebencian orang-orang kafir Quraisy terhadap Nabi Muhammad begitu besar. Namun, Rasulullah SAW. tetap tabah dengan keimanannya. Bagaimana dengan kita ? Banyak cara yang telah dilakukan oleh orang-orang kafir kepada Islam dan umat Islam karena kebencian mereka. Ayat-ayat Allah banyak dilecehkan. Jika sikap kita tetap diam saat ayat-ayat Allah dilecehkan, keimanan kita patut dipertanyakan.
Itulah beberapa bentuk ujian iman seseorang. Jika kita mampu melewati semua ujian yang Allah timpakan, insyaallah kita termasuk orang-orang yang beriman.
Sebuah bahan pembelajaran bagi kita, yaitu :
Sebuah bahan pembelajaran bagi kita, yaitu :
Apakah kenikmatan yang Allah berikan kepada kita juga merupakan bentuk ujian keimanan kita ?
Wallahu a'lam.***
[Sumber tulisan : http://www.anneahira.com/]
0 comments:
Post a Comment