MALAM NISFU SABAN

Alhamdulillah, wasyukrulillaah, saat ini kita sudah memasuki bulan Saban. Bulan ke-8 dari 12 bulan dalam kalender Hijriah. Urutan bulan dalam kalender Hijriah dimulai dari bulan Muharam, Safar, Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Saban, Ramadhan, Syawal, Zulkaidah, dan Zulhijjah.

Saban termasuk bulan yang dimuliakan Rasulullah SAW., selain bulan yang empat, yaitu Zulkaidah, Zulhijah, Muharam, dan Rajab. Salah satu bentuk pemuliaan Rasulullah SAW. terhadap bulan Saban ini adalah Beliau banyak berpuasa pada bulan ini. Hal tersebut dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Nasa'i dan Abu Dawud dan disahihkan oleh Ibnu Huzaimah yang artinya,
Usamah berkata pada Rasululllah SAW., 'Wahai Rasulullah, saya tak melihat Rasul melakukan puasa (sunat) sebanyak yang Rasul lakukan dalam bulan Saban.' Rasul menjawab, 'Bulan Saban adalah bulan antara Rajab dan Ramadhan yang dilupakan oleh kebanyakan orang.'

Selain itu, menurut Rasulullah SAW., pada bulan ini yaitu pada malam Nisfu Saban (malam ke-15) seluruh amal perbuatan manusia diangkat kepada Allah SWT. Rasulullah SAW., pun berharap ketika amal perbuatannya diangkat kepada Allah SWT., Rasul dalam keadaan puasa. Hal tersebut dijelaskan dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh al-Nasa'i yang artinya,
Bulan itu (Saban) berada di antara Rajab dan Ramadhan adalah bulan yang dilupakan manusia dan ia adalah bulan yang diangkat padanya amal ibadah kepada Tuhan seru sekalian alam, aku suka supaya amal ibadahku diangkat ketika aku berpuasa. (HR. al-Nasa'i)

Dalam tradisi masyarakat Islam, khususnya di Indonesia, malam ini sering disebut dengan "malam Nisfu Saban" yang artinya malam pertengahan bulan Saban yaitu malam ke-15. Keutamaan malam Nisfu Saban sebagaimana dijelaskan dalam hadits sahih dari Mu'az bin Jabal Radhiallahu 'anhu, bahwa Rasulullah SAW. bersabda,
Allah menjenguk datang kepada semua makhluk-Nya di malam Nisfu Saban, maka diampuni segala dosa makhluk-Nya kecuali orang yang menyekutukan Allah dan orang yang bermusuhan. (HR. Ibnu Majah, at-Thabrani, dan Ibnu Hibban)

Begitu juga dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Aisyah RA.,
Beliau berkata, "Suatu malam Rasulullah SAW. shalat, kemudian Beliau bersujud panjang sehingga aku menyangka Rasulullah SAW. telah diambil karena curiga, aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah SAW. selesai shalat, beliau berkata, 'Hai Aisyah engkau tidak dapat bagian ?' Lalu aku menjawab, 'Tidak ya Rasulullah, aku hanya berpikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulullah telah tiada) karena Engkau bersujud begitu lama.' Lalu Rasulullah SAW. bertanya, 'Tahukah engkau, malam apa sekarang ini ?' 'Rasulullah yang lebih tahu,' jawabku. 'Malam ini adalah malam Nisfu Saban, Allah mengawasi hamba-Nya pada malam ini, Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang, dan menyingkirkan orang-orang yang dengki.' (HR. Baihaqi)

Menurut perawinya, hadits ini mursal (ada rawi yang tidak sampai ke Sahabat), tetapi hadits ini cukup kuat.

Malam Nisfu Saban juga termasuk malam-malam yang dikabulkan doa. Imam asy-Syafi'i dalam kitabnya al-Umm, berkata, "Telah sampai pada kami bahwa dikatakan, sesungguhnya doa dikabulkan pada lima malam, yaitu malam Jumat, malam Iduladha, malam Idulfitri, malam pertama di bulan Rajab, dan malam Nisfu Saban."

Malam Nisfu Saban merupakan malam yang penuh rahmat dan ampunan dari Allah SWT. Untuk itu, kita dianjurkan bahkan disunahkan menghidupkan malam ini. Cara menghidupkan Malam Nisfu Saban sebagaimana yang dilakukan sekarang ini tidak berlaku pada zaman Rasulullah SAW. dan zaman para sahabat. Akan tetapi, hal ini berlaku pada zaman thabi'in (zaman setelah para sahabat) dari penduduk Syam.

Para tabi'in menghidupkan malam Nisfu Saban dengan dua cara, yaitu :
  1. Sebagian mereka hadir beramai-ramai ke masjid dan berjaga di waktu malam (qiyamullail) untuk shalat sunat dengan memakai harum-haruman, bercelak mata, dah berpakaian yang terbaik.
  2. Sebagiannya lagi melakukannya dengan cara bersendirian. Mereka menghidupkan malam tersebut dengan beribadah, seperti shalat sunat dan berdoa sendirian.
Adapun cara kita sekarang ini menghidupkan malam Nisfu Saban dengan membaca Al-Qur'an, seperti membaca Surat Yasin, berdzikir, dan berdoa dengan berhimpun di masjid-masjid atau di rumah-rumah sendirian atau berjemaah adalah tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh para tabi'in itu.

Dalam hadits dari Ali RA., Rasulullah SAW. bersabda,
Malam Nisfu Saban, maka hidupkanlah dengan shalat dan puasalah pada siang harinya, sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada malam itu, lalu Allah berfirman, 'Orang yang meminta ampunan akan Aku ampuni, orang yang meminta rezeki akan Aku beri dia rezeki, orang-orang yang mendapatkan cobaan maka aku bebaskan hingga fajar menyingsing.' (HR. Ibnu Majah dengan sanad lemah)

Untuk menghidupkan malam Nisfu Saban, dapat kita lakukan dengan berbagai cara yang baik yang tidak bertentangan dengan syariat.

Di antara hal yang dianggap bid'ah dan bertentangan dengan syariah oleh sebagaian ulama dalam malam Nisfu Saban itu adalah shalat sunat Nisfu Saban. Menurut sebagian ulama, shalat sunat Nisfu Saban sebenarnya tidak tsabit, tidak kuat dasar hukumnya, dan tidak ada dalam ajaran Islam. Seperti Imam an-Nawawi dan Imam Ibnu Hajar telah menafikan adanya shalat sunat Nisfu Saban. Karena menurut beliau, suatu shalat itu disyariatkan cukup sandarannya pada nash Al-Qur'an atau pada hadits Nabi.

Jika seseorang itu masih ingin melakukan shalat pada malam Nisfu Saban, sebaiknya dia mengerjakan shalat-shalat sunat lain, seperti sunat Awwabin (di antara waktu Maghrib dan Isya), Tahajud diakhiri shalat witir atau shalat sunat Muthlaq, bukan khusus shalat sunat Nisfu Saban. Shalat sunat Muthlaq ini boleh dikerjakan kapan saja, baik pada malam Nisfu Saban maupun pada malam-malam lainnya.

Akan tetapi, ulama lain seperti Imam al-Ghazali dalam kitabnya al-Ihyaa' (Juz 1 hal. 210) menyatakan, shalat malam Nisfu Saban adalah sunat dan hal itu dilakukan oleh para ulama salaf. Bahkan, para ulama salaf menamakan shalat tersebut sebagai shalat khair (shalat yang baik). Begitu juga ulama-ulama lain, seperti al-Allamah al-Kurdi. Selain dalam kitab al-Ihyaa' juga dalam kitab-kitab lain, seperti Khaziinah al-Asraar (hal. 36), al-'Iaanah (Juz 1 hal. 210), al-Hawaasyi al-Madaniyyah (Juz 1 hal. 223), dan al-Tarsyiih al-Mustafiidiin (hal. 101).

Terlepas dari "kontroversi" tentang amalan-amalan pada malam Nisfu Saban, khususnya tentang shalat sunat Nisfu Saban.

Kita sangat dianjurkan meramaikan malam Nisfu Saban dengan cara memperbanyak ibadah, shalat, dzikir membaca Al-Qur'an, berdoa, dan amal-amal saleh lainnya, seperti puasa pada siang harinya sebagaiman dicontohkan Rasulullah SAW. sehingga kita tidak termasuk orang-orang yang lupa akan kemuliaan bulan Saban ini.

Wallah a'lam bishawab.***

[Ditulis Oleh M. ZAENAL MUHYIDIN, Wakil Ketua PW LTN NU Jawa Barat dan Ketua Yayasan Al-Mizan, Jatiwangi, Majalengka. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Jumat (Wage) 15 Juli 2011 / 13 Saban 1432 H. pada Kolom "RENUNGAN JUMAT"]

by

u-must-b-lucky

0 comments: