PERSIAPAN BERHAJI

Hampir setiap Muslim berniat melaksanakan ibadah haji. Berbagai upaya dilakukan agar dapat menunaikan rukun Islam yang ke-5 tersebut. Dari mulai menabung harian, bulanan, pinjaman, bahkan menjual sebagian hartanya. Setiap orang yang telah berhaji, senantiasa berkeinginan menziarahi yang kesekian kalinya ke Baitullah.

Itulah kenikmatan dan rahasia berhaji, walaupun harus ditempuh dengan berpeluh-peluh pengorbanan. Saat kemampuan dari berbagai hal telah siap, penantian panjang dengan harap-harap cemas meliputi hampir setiap jemaah calon haji.

Berbagai persiapan dilakukan, manasik haji diikuti secara seksama, segala keperluan selama di Tanah Suci disiapkan. Sampai-sampai makanan khas daerah masing-masing diikutsertakan sebagai panganan pelepas rindu kampung halaman. Karena harapan mendapat jamuan dari Allah SWT., Insya Allah dapat terwujud.

Dengan bertambahnya usia bumi, mekanisme pemberangkatan haji tidak dapat dilakukan secara sendiri-sendiri, termasuk dengan aturan-aturan keimigrasian. Misalnya, penulisan nama calon haji di paspor harus tertulis tiga suku kata dan persoalan yang paling pelik di Indonesia bagi jemaah haji adalah waktu yang agak cukup lama untuk menunggu giliran berangkat atau waiting list. Ini dapat berlangsung bahkah di atas empat tahun. Penantian inilah yang harus dimaksimalkan oleh setiap calon jemaah haji, sebagaimana peribahasa arab, "Barang siapa yang tahu jauhnya perjalanan, persiapkanlah." Karena semakin kompleksnya masalah teknis perjalanan haji, perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
  1. Meneguhkan niat. Dalam ajaran Islam, niat merupakan entitas inti. Hal yang senantiasa membedakan perilaku seseorang adalah bergantung pada niatnya. Memang niat kasat mata, tidak dapat dilihat secara dohir. Namun dalam Islam, niat itulah yang menghubungkan diri seorang Muslim dengan Allah Rabbul Izzati.
    Dengan niat yang tulus ikhlas, seorang Muslim dapat melakukan segalanya dengan baik. Karena kekuatan niat hanya untuk Allah dapat mengalahkan apa pun. Karena niat yang kuat, banyak orang secara material tidak mungkin berangkat haji, tetapi akhirnya ia berangkat juga. Sebaliknya, jika niat seorang Muslim untuk berhaji kurang tulus dan kurang ikhlas, akan diluruskan oleh Allah bagaimana sepatutnya kita beribadah. Atau bahkan, Allah akan mengingatkan kita dengan berbagai peringatan.
    Oleh karena itu, meneguhkan niat haji hanya karena mengharap ridha Allah SWT. merupakan hal yang sangat inti. Hal tersebut harus dimaknai secara mendalam oleh setiap calon jemaah haji karena niat ada di dalam diri setiap orang.
  2. Berhaji adalah mengikuti sunah dan perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW. Pemahaman akan hal tersebut, akan berdampak pada kekhusyukan yang lebih. Tidak pada tempatnya bagi jemaah haji untuk senantiasa merasionalisasikan berbagai bentuk ibadah haji. Misalnya, kenapa tawaf ifadhah dan sunah berlangsung tujuh putaran dengan melawan arah jarum jam ? Mungkin untuk menghabiskan rasa penasaran, ia dapat mencari jawabannya melalui asatidz.
    Akan tetapi, hal itu tidak akan menyudahi rasa penasaran setiap pribadi yang berhaji. Kepuasan hati tidak akan terselesaikan dengan jawaban-jawaban logika. Ibadah-ibadah yang telah dicontohkan rasul, harus diyakini memiliki keutamaan-keutamaan yang memuaskan hati. Pemenuhan manasik secara maksimal sesuai dengan contoh-contoh rasul akan memberi ketenangan hati dan kenikmatan tiada terhingga.
  3. Wahana silaturahmi. Sebagaimana janji Allah, dalam haji akan datang berbondong-bondong orang dari setiap penjuru, memberi makna bahwa haji adalah wahana yang tepat untuk saling mengenal antara sesama Muslim. Tanpa membedakan warna kulit, jabatan, atau asal negara. Boleh jadi kita berbeda tempat tinggal di hotel, tetapi saat pelaksanaan ibadah, semuanya berada pada alur yang sama. Misalnya, pada saat semua jemaah berada di Arafah untuk melaksanakan wukuf, semuanya mengenakan pakaian yang sama, pada waktu dan tempat yang sama juga. Demikianlah, kita dapat belajar dari setiap orang yang hadir di Tanah Suci. Kita tafakuri mengapa orang dapat sukses dan atau sebaliknya.
  4. Medium potensial untuk berdoa. Merupakan janji Allah bahwa di Tanah Suci terdapat tempat-tempat yang mustajab. Khusus pada haji ada waktu dan tempat yang mustajab, yakni di padang Arafah. Selain waktu itu, Arafah hanya tempat biasa. Oleh karena itu, bagi jemaah haji betul-betul menggunakan kesempatan itu semaksimal mungkin. Tidaklah mengherankan jika sepulang dari berhaji, jemaah yang mabrur mendapatkan ciri kemabrurannya.
Empat poin di atas penting diperhatikan setiap calon jemaah haji, khususnya pada masa penantian pemberangkatan. Pilihan untuk menentukan bimbingan menjadi penting agar raihan haji kita maksimal. Jangan mempunyai pertimbangan mencari bimbingan haji (KBIH atau biro perjalanan) karena lokasi dekat rumah atau hubungan keluarga atau karena harga murah. Yang paling penting, biro perjalanan atau KBIH yang mampu memberikan arahan standardisasi pelayanan yang prima. Laksanakan ibadah haji atau umrah Anda dengan baik dan benar.

Mudah-mudahan niat suci haji senantiasa terjaga agar mendapatkan haji yang mabrur.

Amin Ya Rabbal Alamin. ***

[Ditulis Oleh H. WAWAN R. MISBACH, Direktur Biro Perjalanan Qiblat Tour dan pembina Kelompok Bimbingan Ibadah haji Qiblat Darul Hikam. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Selasa (Manis) 12 Juli 2011 / 10 Saban 1432 H pada Kolom "UMRAH & HAJI"]


by

u-must-b-lucky

0 comments: