Barang siapa yang mandi sempurna pada hari Jumat, berpakaian yang paling pantas-rapi, dan memakai wewangian (jika ada), kemudian berangkat ke masjid (lebih awal, dengan tenang) dan melaksanakan shalat sekemampuannya — yang Allah menghendakinya (shalat Intidzar), kemudian diam menyimak khotbah, lalu shalat bersama khatib, maka akan diampuni dosanya di antara Jumat yang satu dan Jumat yang lain, ditambah tiga hari. (HR. Muslim dari Abu Hurairah dan HR. Abu Daud)
Saya pernah mengikuti Kajian Islam Intensif di Majlis Percikan Iman, dengan tema "Mukjizat Shalat Sunat". Dari kajian itu, saya mengetahui dan memahami ternyata sangat banyak jenis shalat sunat yang idealnya kita laksanakan setiap saat dengan sebaik-baiknya. Beberapa nama shalat sunat itu adalah shalat Rawatib, Tahajud, Witir, Syukrul Wudhu, Tahiyatul Masjid, shalat hari raya Idulfitri dan Iduladha, shalat Gerhana, shalat Istisqo, dan shalat Intidzar.
Nama shalat sunat yang ditulis terakhir, yakni shalat Intidzar, bisa jadi bagi sebagian kita masih tergolong asing atau baru dikenal. Bagi sebagian orang, mungkin sudah lama mendengar dan mengenalnya tetapi belum pernah atau belum biasa mengamalkannya.
Risalah ringkas yang penulis rangkum dari berbagai sumber ini mencoba menjelaskan apa shalat Intidzar itu dan apa keistimewaannya. Tidak berlebihan bila selanjutnya mengajak pembaca, marilah kita berniat melaksanakannya, mulai dari diri sendiri, dan mulai Jumat ini.
Kita sudah mengimani kebenaran sabda Nabi Muhammad SAW., seperti yang dikutip pada awal tulisan ini. Oleh karena itu, siapa pun insya Allah akan sangat tertarik dan berniat mengamalkan shalat Intidzar dalam sisa hidupnya. Apalagi, bila kita tidak mengamalkan ilmu yang sudah diketahui, itu termasuk dosa. Lebih dari itu, dengan kita mulai mengamalkannya, insya Allah akan menjadi contoh teladan dan dakwah yang baik bagi generasi muda untuk juga secara bertahap melaksanakan shalat Intidzar.
Dijelaskan Ustadz Amiruddin dalam Risalah Mukjizat Shalat Sunat bahwa Intidzar yang berasal dari bahasa Arab itu artinya "menunggu". Shalat sunat Intidzar adalah shalat sunat dua rakaat-dua rakaat, yang dilaksanakan saat menunggu imam naik-menuju mimbar untuk menyampaikan khotbah Jumat. Shalat Intidzar dilaksanakan dua rakaat-dua rakaat menurut kemampuan, atau sekemampuan kita melaksanakannya sesuai dengan ketersediaan waktu. Shalat Intidzar dilaksanakan di masjid, sejak kita melaksanakan shalat Tahiyatul Masjid sampai dengan tiba waktu dzuhur, yang ditandai dengan berdirinya imam-khatib menuju mimbar untuk menyampaikan khotbah Jumat.
Andai kita mencoba menghitung jumlah rakaatnya bisa bervariasi bergantung pada panjang pendek surat yang dibaca dan sisa waktu yang tersedia sampai dengan waktu dzuhur. Mau membanyakkan jumlah rakaat dengan membaca surat-surat pendek atau mau menyedikitkan jumlah rakaat tetapi membanyakkan jumlah ayat Al-Qur'an yang dibaca pada setiap rakaatnya, itu sama baik/utamanya. Bila hal itu kita amalkan, sungguh merupakan prestasi amal saleh yang luar biasa yang bisa dilaksanakan setiap Jumat. Marilah kita jadikan kualitas dan kuantitas ibadah Jumat hari ini dan seterusnya lebih baik lagi.
Keistimewaan atau mukjizat apa yang dijanjikan Nabi atas pelaksanaan shalat Intidzar itu? Berdasarkan Sabda Nabi Muhammad SAW., paling tidak ada dua jaminan yang dijanjikan Allah bagi orang-orang yang rajin melaksanakan shalat fardu lima waktu, shalat wajib Jumat lengkap dengan shalat Intidzar, yaitu diampuni dosa dan dikabulkan doa.
Dalam hadits yang sudah sangat populer Nabi SAW. bersabda,
"Apa yang akan terjadi, jika di depan rumah kalian terdapat sebuah sungai yang mengalirkan air nan jernih, dan kalian mandi lima kali dalam sehari semalam, apakah masih tersisa kotoran pada badan kalian? Mereka menjawab, tentu tidak akan tersisa sedikit pun kotoran. Jika demikian, begitulah dengan shalat lima waktu, Allah akan menghapus setiap kesalahannya dengan shalat tersebut." (HR. Muslim)
Singkatnya, pada setiap pertemuan/pelaksanaan ibadah, Allah SWT. menaburkan kasih sayang berupa kemurahan ampunan-Nya. Dalam hadits lain yang mutafakun alayh dijelaskan bahwa,
"Setiap pertemuan ibadah fardu, dari shalat ke shalat, dari puasa ke puasa, dari umrah ke umrah, dan dari haji ke haji ada kifarat."
Demikian juga dari Jumat ke Jumat, Allah menebarkan kifarat, ampunan-Nya. Doa dipenuhi. Allah SWT. berfirman,
وَإِذَا
سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ
إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ
يَرْشُدُونَ
Waitha saalaka AAibadee AAannee fainnee qareebun ojeebu daAAwata alddaAAi itha daAAani falyastajeeboo lee walyuminoo bee laAAallahum yarshudoona
Dan apabila hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah (Muhammad) bahwasanya, Aku adalah dekat. Aku mengabulkan setiap permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran (QS. Al-Baqarah: 186)
Berkaitan dengan hari Jumat, Nabi SAW. dalam hadits riwayat Abu Dawud yang insya Allah sudah lama kita kenal mengisyaratkan,
"Siang hari Jumat itu dua belas jam. Tidaklah didapati seorang hamba Muslim pada saat-saat itu meminta sesuatu kepada Allah, melainkan Allah memberinya. Maka carilah saat-saat tersebut setelah Ashar."
Selanjutnya berdasarkan hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah bahwa Nabi SAW. bersabda,
"Sesungguhnya pada hari Jumat ada saat-saat, yaitu seorang Muslim tidaklah ia berdiri shalat dan meminta kebaikan kepada Allah, melainkan Allah akan memberinya. Lalu beliau berkata, dan saat-saat tersebut adalah saat yang singkat." (HR. Muslim)
Tentang saat yang singkat ini ada pendapat ulama yang menegaskan bahwa saat yang singkat itu adalah saat khatib duduk sejenak di antara dua khotbah.
Sementara jaminan pengampunan dosa yang khusus berkaitan dengan shalat Intidzar bisa kita pahami dari hadits sebagaimana dikutip pada awal tulisan ini. Jadi, tidak ada lagi alasan kita melaksanakan ibadah shalat Jumat dengan asal-asalan, terutama bagi kita, para pembaca yang tidak berusia muda dan tidak termasuk orang yang amat rajin berbuat amal saleh, maka melaksanakan shalat Jumat dengan sepenuh keimanan, sepenuh pengharapan kepada Allah akan taufik, hidayah, dan maghfirah-Nya, adalah pilihan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Semoga Allah membimbing kita dengan ketaatan melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya, hingga akhir hayat. Terutama dengan istiqamah melaksanakan shalat fardu berjemaah di masjid dan menunaikan serangkaian ibadah Jumat secara paripurna, tidak melewatkan shalat sunat Tahiyatul Masjid, Intidzar, wajib Jumat, dan sunat Badiyah Jumat, serta doa-dzikir-nya. Amin.***
[Ditulis oleh DAENG NURJAMAL, dosen STP Bandung. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Jumat (Pon) 4 Mei 2012 / 12 Jumadil Akhir 1433 H. pada Kolom "RENUNGAN JUMAT"]
by
2 comments:
Assalamualaikum ijin mengamalkan.. Zazakallah khoir..
Assalamualaikum wa rahmatullohi wa barokatuh.. Ijin menyimak zazakalloh khoir ustadz..
Post a Comment