TELADAN PARA GURU

Baru-baru ini bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional, tepatnya 2 Mei 2011. Kita biasanya teringat dengan jasa para pahlawan pendidikan, seperti Ki Hajar Dewantara. Namun, kita kadang tidak mengingat Rasulullah SAW. sebagai teladan dalam mendidik.

Ajaran Islam memberikan perhatian khusus pada masalah pendidikan. Posisi dan peran guru mendapatkan tempat istimewa dalam kacamata Islam. Dalam sebuah pesan, Rasulullah menyatakan, "Jadilah seorang pendidik atau orang yang dididik."

Rasulullah adalah seorang guru atau pendidik yang amat pantas diteladani.
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab : 21)

Menurut Al-Qur'an, tugas pendidikan yang diemban Nabi adalah menjadi saksi, pembawa kabar gembira, pemberi peringatan, penyeru kepada Allah, dan lampu penerang kehidupan.
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا
وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُّنِيرًا
Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi. (QS. Al Ahzab : 45-46)

Sebagai pendidik, Nabi telah berhasil membina masyarakat dari masyarakat biadab menjadi beradab. Dari masyarakat jahiliah menjadi terdidik. Kunci pendidikan Nabi adalah konsep ajaran yang disampaikan secara benar dan tepat, dipenuhi dengan sikap ikhlas, dan sungguh-sungguh. Jangan dilupakan pula, Rasulullah melakukan semua perbuatan sebelum diucapkannya. Rasulullah tidak berlaku "omdo" (omong doang).

Sifat Nabi sendiri adalah shidig (jujur), amanah (dapat dipercaya), tablig (menyampaikan), dan fatanah (cerdas). Sifat-sifat itu dirinci dalam Al-Qur'an, seperti merasa berat atas penderitaan orang lain, sungguh-sungguh mengajak orang lain untuk menjadi baik, sangat kasih dan sayang.
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS. At Taubah : 128)

Nabi juga bersifat pemaaf malah memintakan ampunan, siap bermusyawarah, tawakkal, tak pernah kasar, dan tidak pernah berkhianat.
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
إِن يَنصُرْكُمُ اللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ ۖ وَإِن يَخْذُلْكُمْ فَمَن ذَا الَّذِي يَنصُرُكُم مِّن بَعْدِهِ ۗ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
وَمَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَن يَغُلَّ ۚ وَمَن يَغْلُلْ يَأْتِ بِمَا غَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۚ ثُمَّ تُوَفَّىٰ كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal. Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu, kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya. (QS. Ali Imran : 159-161)

Nabi juga memberikan pengajaran kepada kaumnya sesuai dengan kadar kemampuan orang tersebut. Kadang ada yang menyatakan, Nabi tidak konsisten karena memberikan pendidikan yang berbeda-beda di antara umatnya. Padahal, Nabi menyesuaikan pendidikan yang diberikannya dengan kadar kemampuan orang tersebut.

Dengan kelebihan Nabi dalam mendidik tentu membutuhkan persiapan matang yang tidak diperoleh secara tiba-tiba atau datang dari langit. Nabi mempersiapkan diri sedemikian rupa jauh sebelum diangkat sebagai utusan Allah. Misalnya, Nabi sudah diberi gelar al-amin (dapat dipercaya), terlatih dalam suasana kepihatinan dan penuh tantangan, maupun kesiapan diri untuk mandiri dengan berwirausaha menjadi pedagang antarnegara.

Demikian pula dengan kondisi rumah tangganya yang mendukung perjuangan Nabi sebagai pendidik umat. Dengan bekal seperti itu, wajar apabila nabi mampu memberikan pisau analisa yang tajam dan tepat tentang kondisi kehidupan masyarakatnya,
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Alaq : 1-5)

Maupun mendidik dengan ikhlas dan sabar,
يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ
قُمْ فَأَنذِرْ
وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ
وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ
وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ
وَلَا تَمْنُن تَسْتَكْثِرُ
وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ
Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan ! dan Tuhanmu agungkanlah ! dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah. (QS. Al-Mudatsir : 1-7)

Tak kalah pentingnya adalah seorang pendidik tak akan berhasil membina anak-anak didiknya apabila tidak dibarengi dengan kebiasaan shalat malam, dzikir, dan membaca Al-Qur'an. Nabi menempa diri sebagai pendidik dengan tekun beribadah, siap membersihkan diri dari dosa-dosa, menjauhi perbuatan yang tidak terpuji, dan tidak terlampau banyak mengharapkan dari manusia.

Ada beberapa pesan Nabi kepada para pendidik, yakni, lakukan pendidikan dengan hikmah, kebijaksanaan, nasihat, dan diskusi yang baik.
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An Nahl : 125)

Pendidik juga harus berpaling dari ajaran salah dan memberikan pendidikan kepada mereka yang salah dengan kata-kata yang benar.
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ يَعْلَمُ اللَّهُ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُل لَّهُمْ فِي أَنفُسِهِمْ قَوْلًا بَلِيغًا
Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. (QS. An Nisa : 63)

Selain itu, pendidik dituntut untuk istiqamah dan tidak mengikuti hawa nafsu.
قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Katakanlah : "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik." (QS. Yusuf : 108)

Pesan lainnya agar pendidik tidak rendah diri, tidak putus asa, dan keberhasilan pendidikan ditentukan Allah, bukan sebatas ikhtiar para pendidik. Pendidikan juga jangan hanya dibatasi di sekolah melainkan juga di rumah, masjid, maupun lingkungan masyarakat.

Seorang pendidik baik guru, dosen, ustaz, kiai, atau sebutan lainnya tidak sebatas mentransfer ilmu pengetahuan kepada anak didik melainkan juga mentransfer iman dan akidah Islam. Pendidik tidak hanya menyampaikan ilmu melainkan juga harus menjadi pengamal pertama dari ilmu yang diajarkannya.

Pendidik juga tak sebatas melaksanakan kewajiban di kelas melainkan melayani anak didik di mana pun berada. Dia tidak hanya siap menjawab pertanyaan anak didik sesuai dengan bidang ilmunya, tetapi juga harus mampu menjawab pertanyaan tentang Islam. Dia tidak hanya dipercaya dalam bidang keilmuan melainkan juga dipercaya dalam moral dan akhlaknya.

Seorang pendidik juga dituntut untuk berhasil dalam mendidik istri dan anak-anaknya di rumah. Jangan sampai di sekolah berhasil mendidik siswanya, tetapi istri dan anaknya malah jauh dari nilai-nilai keislaman. Karena pendidik bukan hanya teladan secara pribadi, namun keluarganya juga harus bisa menjadi teladan bagi anak didik dan lingkungannya.

Pertanggungjawaban seorang pendidik bukan hanya kepada, lembaga / yayasan melainkan juga kepada Allah SWT. Dalam hal ini Rasulullah menjadi teladan bagi kalangan dunia pendidikan.***

[Ditulis oleh KH. MIFTAH FARIDL, Ketua Umum MUI Kota Bandung, Ketua Yayasan Unisba dan Ad Dakwah, dan pembimbing Haji Plus dan Umrah Safari Suci. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Pon) 5 Mei 2011 pada Kolom "CIKARACAK"]

0 comments: