MENELADANI KECEMBURUAN ALLAH

Allah SWT. itu pencemburu, bahkan tidak ada seorang pun yang dapat menandingi kecemburuan-Nya.

Asma' binti Abu Bakar RA. meriwayatkan, suatu saat beliau mendengar Rasulullah SAW. bersabda, "Tidak ada seorang pun yang lebih pencemburu daripada Allah 'azza wajalla." (HR. Bukhari dan Muslim)

Kecemburuan Allah terhadap hamba-hamba-Nya timbul, tatkala hamba-hamba-Nya itu melakukan perkara yang melanggar terhadap syariat yang telah ditetapkan oleh-Nya.

Abu Hurairah RA. meriwayatkan, Rasulullah SAW. bersabda, "Sesungguhnya Allah itu pencemburu dan seorang Mukmin juga pencemburu. Kecemburuan Allah itu terjadi bila ada seorang hamba datang kepada-Nya dengan perbuatan yang diharamkan-Nya." (HR. Bukhari)

Dalam riwayat lain dari

Abdullah bin Mas'ud RA., beliau mengatakan bahwa Rasulullah SAW. pernah bersabda, "Tidak ada satu pun sosok yang lebih menyukai pujian kepada dirinya dibandingkan Allah. Oleh sebab itulah, Allah-pun memuji diri-Nya sendiri. Tidak ada seorang pun yang lebih punya rasa cemburu dibandingkan Allah, dikarenakan itulah maka Allah-pun mengharamkan perkara-perkara yang keji." (HR. Bukhari dan Muslim)

Kecemburuan adalah kebencian yang timbul akibat disamakan dengan yang lain dalam hak-haknya. Kecemburuan merupakan bagian dari cinta. Tanpa ada kecemburuan, maka cintanya pantas untuk dipertanyakan. Oleh karena itu, kecemburuan Allah merupakan bukti bahwa Allah SWT. mencintai hamba-hamba-Nya.

Allah tidak menghendaki hamba-hamba-Nya celaka, tetapi justru menghendaki mereka itu mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan baik dalam kehidupannya di dunia maupun di akhirat kelak.

Selain itu, adanya kecemburuan yang melekat pada-Nya merupakan peringatan kepada kita sebagai hamba-Nya agar tidak melakukan sesuatu yang mendatangkan kecemburuan Allah SWT. Sebab, bila seseorang melakukan hal yang dicemburui-Nya, akan menjadi penghalang baginya untuk mendapatkan cinta-Nya, bahkan akan mendapatkan kebencian dan kemurkaan Allah SWT.

Untuk itu, Allah SWT. menurunkan Al-Qur'an, mengutus rasul-Nya, dan menjanjikan surga serta keridhaan-Nya bagi orang-orang yang mengikuti syariat yang telah ditetapkan-Nya, agar manusia tidak terjeremus pada perbuatan yang diharamkan, sesuatu yang membuat Allah SWT. cemburu. Selain itu, Allah SWT. membuka pintu tobat bagi orang yang menyadari kekeliruannya dan ingin kembali menggapai cinta-Nya.

Sebagai seorang hamba Allah, sudah sepantasnya kita meneladani akhlak-akhlak Allah SWT. Rasulullah SAW. memerintahkan umatnya agar berusaha sekuat kemampuan dan kapasitasnya sebagai makhluk, untuk meneladani Allah dalam semua sifat-sifat-Nya.

Beliau bersabda, "Berakhlaklah dengan akhlak Allah."

Meneladani kecemburuan Allah SWT. merupakan bagian yang disyariatkan dalam agama Islam. Bahkan Rasulullah SAW. menyatakan bahwa kecemburuan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari akhlak seorang Mukmin.

Rasulullah SAW. bersabda, "Seorang Mukmin itu pencemburu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Cemburu demi kebenaran dan ketaatan merupakan dasar tegaknya amar makruf nahi mungkar. Bila tidak terdapat kecemburuan dalam hati seorang yang beriman, maka sudah dipastikan tidak ada motivasi untuk mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Jika hal ini terjadi, maka Allah akan menurunkan siksa secara merata kepada kita sekalian.

Rasulullah SAW. bersabda "Tidaklah satu kaum itu melakukan kemaksiatan-kemaksiatan dan di kalangan mereka terdapat orang yang mampu mencegahnya dari mereka, tetapi ia tidak melakukannya melainkan Allah meratakan siksa dari-Nya kepada mereka." (HR. Tirmidzi)

Dalam hadits lain,

Rasulullah SAW. bersabda, "Kalian harus menyuruh kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran, atau (kalau tidak) Allah akan mengirim hukuman kepada kalian, kemudian kalian berdoa kepada-Nya, namun Dia tidak mengabulkan doa kalian." (HR. Tirmidzi)

Umat Islam adalah umat yang satu, jika pada umat itu tersebar kerusakan dan fitnah, maka kita wajib merasa cemburu dan kecemburuan itu hendaknya membangkitkan diri untuk melakukan perbaikan dan melenyapkan kemungkaran.

Rasulullah SAW. bersabda, "Agama itu adalah nasihat." Kami bertanya, "Kepada siapa ?" Beliau menjawab, "Kepada Allah, kepada kitab-Nya, kepada rasul-Nya, dan kepada seluruh umat Muslimin." (HR. Muslim)

Meneladani akan kecemburuan Allah SWT. dapat diwujudkan dengan menumbuhkan kecemburuan pada diri, tatkala melihat saudara-saudara seiman melakukan perbuatan yang menyalahi terhadap aturan agama, sebagaimana cemburunya Allah terhadap orang yang melanggar terhadap syariat-Nya, sehingga ia tidak membiarkan setiap perilaku yang menyimpang terus terjadi. Namun, menumbuhkan ketidaksukaan atau kebencian terhadap kemungkaran dan berusaha mengubahnya sesuai dengan kemampuan dan kapasitas yang dimilikinya.

Rasulullah SAW. bersabda, "Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Jika ia tidak bisa melakukan dengan tangannya, hendaklah ia mengubahnya dengan lisannya. Jika ia tidak bisa melakukan dengan lisannya, hendaklah ia melakukannya dengan hatinya. Itulah iman yang paling lemah." (HR. Muslim)

Allah SWT. berfirman,

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Ali-Imran : 110)


Meneladani akan kecemburuan Allah juga bisa diwujudkan dengan menjadi pribadi yang bijaksana ketika menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.

Allah SWT. berfirman,

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl : 125)

Wallahu a'lam bissowab.***

[Ditulis oleh H. MOCH. HISYAM, Ketua DKM. Al-Hikmah RW.07 Kel. Sarijadi, Kec. Sukasari, Kota Bandung, anggota Seksi Pendidikan dan Dakwah MUI. Kel. Sarijadi, Kec. Sukasari, Kota Bandung. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Pahing) 19 Mei 2011, pada Kolom "CIKARACAK"]

by
u-must-b-lucky

0 comments: