2 (DUA) JALAN HIDUP

"Surga itu dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai (oleh hawa nafsu). sedangkan neraka itu dikelilingi dengan hal-hal yang disukai hawa nafsu." (HR. Bukhari & Muslim)

HADITS di atas menjelaskan kepada kita tentang 2 (dua) jalan kehidupan. Jalan pertama, jalan yang terjal, penuh cobaan, kesulitan, dan hal-hal yang tidak disukai oleh hawa nafsu. Inilah jalan menuju surga-Nya. Jalan kedua, sebaliknya penuh dengan kesenangan yang disukai hawa nafsu. Inilah jalan menuju neraka.

Tidak mengherankan untuk meraih Al-Jannah (surga), membutuhkan perjuangan, terutama untuk mengalahkan diri sendiri, seperti rasa malas, enggan, dan perasaan berat, atau tidak sabar. Cobaan juga bisa muncul dari orang lain, seperti dikucilkan, dianggap asing, disepelekan, atau dihina.

Sudah merupakan sunnatullah (ketentuan Allah) untuk meraih cita-cita apa pun, tentunya membutuhkan perjuangan. Sekecil apa pun cita-cita itu. Mau sukses menjadi pedagang, menjadi guru, atau apa pun juga, semuanya butuh perjuangan. Apalagi untuk meraih cita-cita terbesar dari seorang hamba, yakni meraih ridha Allah SWT. dengan memasuki surga-Nya. Rasulullah SAW. mengalami hal yang sama. Meskipun sudah dijanjikan kemenangan oleh Allah SWT. dan dijanjikan surga dan doanya pasti terkabul, tetapi tetap saja jalan kesulitan harus ditempuhnya.

Lihatlah, bagaimana Baginda Rasulullah SAW. dan sahabat-sahabatnya harus menghadapi berbagai cobaan dari orang-orang kafir Quraisy dalam memperjuangkan Islam, mulai dari tawaran kesenangan, seperti harta, wanita, dan kekuasaan. Bahkan, penyiksaan, pemboikotan sampai propaganda negatif. Ibnu Hisyam dalam bukunya menceritakan bagaimana Rasulullah SAW. pernah dilempari dengan kotoran, dilempar dengan batu ketika berdakwah ke Thaif hingga tubuhnya berlumuran darah. Rasulullah SAW. dituduh gila, tukang sihir, atau pemecah belah masyarakat.

Selama beberapa tahun, Rasulullah SAW. dan sahabatnya diboikot total, mulai dari hubungan ekonomi sampai pribadi. Sebuah kondisi yang sangat menyulitkan saat itu. Ketika menjadi kepala negara di Madinah pun, Rasullulah SAW. menghadapi cobaan kenegaraan yang sangat berat. Rasulullah SAW. langsung memimpin beberapa peperangan besar, seperti Perang Badar, Perang Uhud yang sangat berat. Menghadapi pengkhianatan kelompok Yahudi sampai perselisihan internal umat Islam. Semua dihadapi oleh Rasulullah SAW. dengan tegar.

Dalam masalah ibadah, Rasulullah SAW. juga menunjukkan kepada kita jalan kesusahannya. Istrinya yang tercinta, Ummahatul Mukminin, Aisyah, RA. pernah melihat kaki Rasulullah SAW. sampai bengkak karena begitu getolnya shalat malam. Ketika ditanya kenapa seperti itu, padahal Beliau sudah dijamin masuk surga, Rasulullah SAW. menjawab dengan kata-kata sederhana, "Tidakkah pantas kalau aku menjadi hamba yang bersyukur ?" Sesungguhnya jalan kesulitan meraih surga ini merupakan konsekuensi keimanan kita kepada Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya, "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan; 'Kami telah beriman', sedang mereka belum diuji ? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang jujur (dalam keimanannya) dan sesungguhnya Dia pun mengetahui orang-orang yang berdusta." (QS. Al-Ankabut : 2-3)

Sebaliknya, jalan menuju neraka diliputi hal-hal yang disenangi hawa nafsu. Bertabur uang, penuh pujian, gairah seksual, kesenangan, popularitas, sampai kemewahan. Namun semuanya itu adalah kesenangan yang semu dan bersifat sementara. Semua itu tidak menjamin kebahagian sejati.

Lihatlah betapa banyak yang kaya, memiliki jabatan yang tinggi, populer, tetapi tidak merasa bahagia. Seperti yang disebutkan di dalam Al-Quran, mereka adalah orang-orang yang ditimpakan kehidupan yang sempit (ma'isyatan donka) karena melupakan peringatan Allah SWT. (adz dzikr) yang terdapat di dalam Al-Quran.

Sekarang tinggal kita memilih jalan apa yang kita tempuh, yang disukai hawa nafsu atau yang penuh kesulitan. Tentu saja dengan konsekuensinya masing-masing, surga atau neraka.***

[Ditulis oleh : K.H. DJALALUDDIN ASY SYATIBI, anggota DPR RI tahun 2004-2009 dan aktif sebagai mubalig, disalin dari Harian "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (manis) 4 Maret 2010 pada kolom "CIKARACAK"]

0 comments: