TANGISAN SANG NABI TERKASIH


Setiap pohon yang tidak berbuah, seperti pohon pinus dan pohon cemara, tumbuh tinggi dan lurus, mengangkat kepalanya ke atas, dan semua cabangnya mengarah ke atas. Sedangkan semua pohon yang berbuah menundukkan kepala mereka, dan cabang-cabang mereka mengembang ke samping.

Rasulullah SAW. adalah orang yang paling rendah hati, meskipun dia memiliki segala kebajikan dan keutamaan orang-orang dahulu kala dan orang-orang sekarang, dia seperti sebuah pohon yang berbuah. Menurut sebuah riwayat, Beliau bersabda, "Aku diperintahkan untuk menunjukkan perhatian kepada semua manusia, untuk bersikap baik hati kepada mereka. Tidak ada Nabi yang sedemikian diperlakukan dengan sewenang-wenang oleh manusia selain aku."

Kita tahu, beliau dilukai kepalanya, ditanggalkan giginya, lututnya berdarah karena lemparan batu, tubuhnya dilumuri kotoran, rumahnya dilernpari kotoran ternak. Beliau di hina, dan di siksa dengan keji.

Saat beliau berdakwah di Thaif, tak ada yang didapatkannya kecuali hinaan dan pengusiran yang keji. Ketika Rasulullah SAW. menyadari usaha dakwahnya itu tidak berhasil, beliau memutuskan untuk meninggalkan Thaif. Tetapi penduduk Thaif tidak membiarkan beliau keluar dengan aman, mereka terus mengganggunya dengan melempari batu dan kata-kata penuh ejekan. Lemparan batu yang mengenai Rasulullah SAW. demikian hebat, sehingga tubuh beliau berlumuran darah.

Dalam perjalanan pulang, Rasulullah SAW. menjumpai suatu tempat yang dirasa aman dari gangguan orang-orang jahat tersebut. Di sana beliau berdoa begitu mengharukan dan menyayat hati. Demikian sedihnya doa yang dipanjatkan Rasulullah SAW., sehingga Allah mengutus malaikat Jibril AS. untuk menemuinya. Setibanya di hadapan Rasulullah SAW., Jibril AS. memberi salam seraya berkata, "Allah mengetahui apa yang telah terjadi padamu dan orang-orang ini. Allah telah memerintahkan malaikat di gunung-gunung untuk menaati perintahmu." Sambil berkata demikian, Jibril memperlihatkan para malaikat itu kepada Rasulullah SAW. Kata malaikat itu, "Wahai Rasulullah, kami siap untuk menjalankan perintah tuan. Jika tuan mau, kami sanggup menjadikan gunung di sekitar kota itu berbenturan, sehingga penduduk yang ada di kedua belah gunung ini akan mati tertindih. Atau apa saja hukuman yang engkau inginkan, kami siap melaksanakannya." Mendengar tawaran malaikat itu, Rasulullah SAW. dengan sifat kasih sayangnya berkata, "Walaupun mereka menolak ajaran Islam, saya berharap dengan kehendak Allah, keturunan mereka pada suatu saat nantiakan menyembah Allah dan beribadah kepada-Nya."

Ketika Makkah berhasil ditaklukkan, beliau berkata kepada orang-orang yang pernah menyiksanya, "Bagaimanakah menurut kalian, apakah yang akan kulakukan terhadapmu ?" Mereka menangis dan berkata, "Engkau adalah saudara yang mulia, putra saudara yang mulia." Rasulullah SAW. bersabda, "Pergilah kalian ! Kalian adalah orang-orang yang dibebaskan. Semoga Allah mengampuni kalian." (HR. Thabari, Baihaqi, Ibnu Hibban, dan Syafi'i). Abu Sufyan bin Harits, sepupu beliau, lari dengan membawa semua anak-anaknya karena pernah menyakiti Rasulullah SAW., maka Ali bin Abi Thalib RA. bertanya kepadanya, "Hai Abu Sufyan, hendak pergi kemanakah kamu ?" la menjawab, "Aku akan keluar ke padang sahara. Biarlah aku dan anak-anakku mati karena lapar, haus, dan tidak berpakalan." Ali RA. bertanya; "Mengapa kamu lakukan itu ?" la menjawab, "Jika Muhammad menangkapku, niscaya dia akan mencincangku dengan pedang menjadi potongan-potongan kecil," Ali RA. berkata, "Kembalilah kamu kepadanya dan ucapkan salam kepadanya dengan mengakui kenabiannya dan katakanlah kepadanya sebagaimana yang pernah dikatakan oleh saudara-saudara Yusuf kepada Yusuf, ....Demi Allah, sesungguhnya Allah telah melebihkan kamu atas kami dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)." (QS. Yusuf : 91). Abu Sufyan pun kembali kepada Rasulullah SAW. dan berdiri di dekat kepalanya, lalu mengucapkan salam kepada beliau seraya berkata, "Wahai Rasulullah, demi Allah, sesungguhnya Allah telah melebihkan engkau atas kami dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)."

Rasulullah SAW. pun menengadahkan pandangannya, sedang air matanya membasahi pipinya yang indah hingga membasahi jenggotnya. Rasulullah SAW. menjawab dengan menyitir firman-Nya, "...Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu. Mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu) dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang." (QS. Yusuf : 92)

Dan diriwayatkan saat hari kiamat tiba, beliaulah orang yang pertama kali dibangkitkan. Yang diucapkannya pertama kali adalah, "Mana umatku ? Mana umatku ? Mana umatku ?" Beliau ingin masuk surga bersama-sama umatnya. Beliau kucurkan syafaat kepada umatnya sebagai tanda kecintaan beliau terhadap mereka. Beliau juga sering berdoa, "Allahumma salim ummati. Ya Allah selamatkah umatku." Keadaan diri Nabi Muhammad SAW. digambarkan Allah SWT. dalam firman-Nya, "Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin." (QS. At-Taubah : 129).

Alangkah buruknya akhlak kita bila tak mencintai Nabi, sebagaimana Nabi mencintai kita, berkorban untuk kita, dan meneteskan air matanya untuk kita. Di sini, apakah kita hanya berdiam diri saat Nabi dihina, seolah kita bukan lagi umatnya. Apakah kita rela Nabi berdakwah seorang diri dan kemudian dilempari batu hingga berdarah-darah, sementara umatnya yang begitu banyak hanya bisa berdiam diri ?

Tangisan sang Nabi Terkasih hendaknya menjadi pengingat kita, untuk lebih mencintainya, membelanya, bahkan berkorban nyawa untuknya, sebagaimana ia telah berkorban nyawa untuk kita agar kita selamat dari siksa neraka. Subhanallah.....

Wallahu A'lam Bish-Shawab.

[Disalin dari Buletin Da'wah "Al-Fatihah" Edisi 268 Tahun ke-7 (2010 M / 1431 H)]

0 comments: