MARI MERAIH KEBAHAGIAAN

Bahwa orang yang beriman akan dianugerahi oleh Allah SWT. ketabahan dan kekuatan hati dalam menghadapi setiap kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi dalam setiap sisi hidupnya, segala hal yang menimpanya baik itu berupa kerugian maupun keuntungan tidak akan pernah menggoyahkan keteguhan imannya kepada Allah SWT., sebagai Dzat yang menentukan garis hidup manusia baik di dunia dan akherat. Dengan mengetahui akan hal ini maka setiap individu muslim jiwanya akan selalu merasa tentram dan tenang. Ia tidak pernah tamak kepada dunia disamping itu pula ia tidak akan terlalu menyesal ataupun menangisi ketika apa yang telah ia hasilkan tiba-tiba hilang darinya.

Berikut ini adalah beberapa kiat-kiat yang dianjurkan dalam Islam agar kita dapat meraih kebahagiaan :

I. Tingkatkan Kadar Iman dan Amal Sholeh

Bagaimana Iman dapat menuntun kita untuk meraih kebahagiaan, hal ini dapat dijabarkan dengan beberapa hal sebagai berikut :
  1. Bahwa orang yang beriman akan dianugerahi oleh Allah SWT. ketabahan dan kekuatan hati dalam menghadapi setiap kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi dalam setiap sisi hidupnya, segala hal yang menimpanya baik itu berupa kerugian maupun keuntungan tidak akan pernah menggoyahkan keteguhan imannya kepada Allah SWT., sebagai Dzat yang menentukan garis hidup manusia baik di dunia dan akherat. Dengan mengetahui akan hal ini maka setiap individu muslim jiwanya akan selalu merasa tentram dan tenang. Ia tidak pernah tamak kepada dunia disamping itu pula ia tidak akan terlalu menyesal ataupun menangisi ketika apa yang telah ia hasilkan tiba-tiba hilang darinya.
  2. Bahwa dengan iman dapat menjadikan manusia sebagai sosok insan yang memiliki visi dalam hidup, di mana visi ini selalu akan diperjuangkannya dengan segenap usaha dan kerja keras sebagai rasa kepeduliannya terhadap kemaslahatan semua orang yang ada disekitarnya. Maka secara tidak langsung bertolak dari rasa iman ini pula, sesungguhnya rasa sentimen individualisme manusia akan terkikis, mengingat ternyata betapa besar tanggungjawab seorang mukmin tadi terhadap bukan hanya dirinya melainkan juga terhadap masyarakat dan lingkungannya.
II. Tingkatkan Kualitas Ahlak dan Etika Bergaul
Adapun cara meraih kebahagiaan yang kedua selain iman adalah selalu berusaha untuk memperbaiki kualitas ahlak dan etika bergaul. Sebab satu hal yang harus diingat, bahwa sesungguhnya manusia adalah mahluk yang paling tidak bisa hidup menyendiri atau terisolasi dari kehidupan sosial. Manusia mutlak membutuhkan satu sama lainnya untuk survive. Dan dalam hukum interaksi sosial, manusia yang paling bisa survive dan meraih kebahagiaan sesungguhnya adalah manusia yang mampu menempatkan dirinya secara bijak dan proporsional sesuai dengan tuntunan etika serta ahlak yang baik. Satu ayat Al-Quran untuk menegaskan betapa untuk beretika yang baik dan sopan adalah sangat penting supaya orang lain yang ada disekitar kita tidak menjauh bahkan lari dari kita, yaitu firman Allah SWT. (yang artinya) :
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya." (QS. Ali Imran : 159)

III. Memperhatikan Kesehatan

Cara berikutnya untuk meraih kebahagiaan adalah; senantiasa memperhatikan kesehatan. Kesehatan disini mencakup 4 (empat) hal, yaitu sebagai berikut :
  1. Kesehatan raga / fisik, bagaimana menjaga kesehatan raga atau fisik, yaitu dengan memberikan hak bagi tubuh kita untuk mendapatkan perawatan dan kebugaran. maka merawat tubuh hakekatnya adalah perintah agama kita. Dengan itu, olah raga bisa menjadi ibadah jika kita lakukan dengan niat mensyukuri nikmat penciptaan tubuh yang sempurna dan agar dengan oleh raga itu kita lebih energik dan produktif bekerja. Maka tidak berlebihan jika nilai ibadah sesungguhnya tidak hanya ditemukan di masjid tetapi juga dilapangan, semuanya tergantung niat.
  2. Kesehatan jiwa, adapun yang bagaimana menjaga kesehatan jiwa, yaitu dengan cara melatih diri kita untuk meninggalkan sifat-sifat yang tercela, seperti : hasud, dengki, iri, mengumpat, mencela orang lain, menganggap rendah orang, bersedekah namun sering menyebut-nyebut amal sedekahnya dan lain-lain. Semakin banyak sifat-sifat tersebut bersemi dalam diri sesorang, betapapun bugar dan sehat badannya, sesungguhnya ia tengah terjangkit penyakit jiwa yang sangat akut.
  3. Kesehatan akal, bagaimana menjaga kesehatan akal, caranya yaitu dengan menjauhkan segala hal yang dapat melumpuhkan fungsi otak dan akal kita. Sebab dengan akal suatu perintah dan larangan agama dapat diketahui. Oleh karena besarnya fungsi akal tersebut,maka menjaga akal adalah perintah agama pula. Dari sini dapat kita ketahui, kenapa minuman keras dilarang, sebab selain memang karena ia diharamkan secara tegas, di samping itu, minuman keras atau khamer dapat menghilangkan fungsi akal. Jika menjaga kesehatan akal adalah sebuah perintah agama, maka membuat fungsi akal menjadi rusak dan tidak berfungsi adalah sebuah pelanggaran agama dan dosa besar.
  4. Kesehatan rohani, Bagaimana cara menjaga kesehatan rohani, yaitu kita diperintahkan untuk selalu mengisi batin dan rohani kita dengan tanda-tanda keagungan Allah SWT., dengan selalu istiqomah menjalankan setiap perintah-perintah-Nya dan mengekang hawa nafsu semampu kita. Mendirikan sholat adalah contoh bagaimana kita tengah memberikan kesehatan terhadap rohani kita, sebab sholat adalah sebuah simbol ketaatan kita kepada sang Khaliq. Selain itu juga puasa adalah satu cara bagaimana kita dapat mengekang hawa nafsu kita. Maka jika kita selalu berusaha untuk istiqomah menjalankan setiap ajaran agama kita dan mengarahkan hawa nafsu kita secara baik, maka sesungguhnya kita telah berusaha menjadikan rohani sehat.
IV. Mengelola Waktu Dengan Baik
Adapun cara meraih kebahagiaan yang berikutnya, yaitu, kemampuan mengelola waktu dengan baik. Setiap orang diberi waktu yang sama, mulai dari hitungan tahun, bulan, minggu, hari bahkan detik. Akan tetapi produktifitas yang dihasilkan orang berbeda-beda. Disatu sisi ada orang yang dalam waktu 4 tahun telah meraih posisi jabatan yang sangat gemilang, namun ada juga orang lain yang dalam waktu yang sama masih belum mendapatkan apa-apa. Rahasianya adalah sejauhmana orang tersebut memanfaatkan waktu dan memberdayaakannya secara optimal. Di samping itu pula dalam agama kita, selain keterampilan mengelola waktu, ada yang di sebut dengan waktu yang “berkah” . Contohnya adalah, orang yang sudah tutup usia di waktu muda, tetapi jumlah karyanya melebihi jumlah usianya dan masih terus dikenang oleh banyak orang, kemudian orang yang menempuh perjalanan jauh, namun ia merasa sampai ke tempat tujuan lebih cepat dari yang ia perkirakan, termasuk mahasiswa yang tengah menulis karya ilmiah seperti thesis, ia mampu merampungkan tepat waktu bahkan lebih cepat dari yang semestinya. Inilah yang disebut dengan waktu yang “berkah”.

V. Memperoleh Materi / Harta Yang Sesuai Dengan Kebutuhan

Kemudian cara meraih kebahagiaan yang terakhir adalah, dengan cara memperoleh materi / harta yang sesuai kebutuhan. Suatu hal yang perlu diingat adalah, tolak ukur kebahagiaan yang hakiki bukan terketak pada banyak dan sedikitnya materi yang kita peroleh, melainkan seberapa besar materi yang kita dapatkan tadi dapat menambah ketentraman batin kita. Rasulullah SAW. pernah bersabda : "Harta yang sedikit tetapi dapat menjadikan pemiliknya tentram dan bersyukur; adalah lebih baik, ketimbang harta yang berlimpah akan tetapi hanya membuat pemiliknya gelisah dan terlena." Atas dasar ini pula lah, banyak para penguasa yang sholeh ketika ia diberikan dua tawaran antara diberikan ilmu atau harta. mereka lebih memilih mendapatkan ilmu daripada harta. Di antaranya adalah Khalifah Ali bin Abi Thalib RA, dimana beliau pernah berkata : "Aku lebih memilih ilmu daripada harta, karena ilmu akan menjagaku, tetapi kalau harta, aku yang bakal menjaganya."

Namun hendaknya jangan kita fahami bahwa Islam tidak mementingkan harta. Atau seolah-olah harta tidak memiliki nilai sedikitpun dalam Islam. Sesungguhnya menjadi hartawan atau jutawan juga cita-cita Islam, akan tetapi bagaimana menjadi hartawan dan jutawan namun juga sekaligus menjadi dermawan serta memiliki visi kemanusiaan. kira-kira demikianlah prototipe muslim yang ideal. Sebagaimana hadits Rasulullah Muhammad SAW. : "Harta yang baik adalah yang berada di tangan orang baik.

Demikianlah kiat-kiat untuk dapat meraik kebahagian yang dianjurkan dalam Islam.


Wallahu a'lam Bishawab

[Ditulis oleh : Muladi Mughni, Lc. dan disalin dari : http://www.pesantrenvirtual.com/index.php/buletin-jumat/1151-bagaimana-meraih-kebahagiaan]

0 comments: