Sikap cermat merupakan salah satu syarat bagi terbentuknya karakter yang kuat. Seorang ahli ikhtiar memiliki tingkat kepekaan yang tinggi sehingga sangat berhati-hati dalam menjalankan tugas; cermat, teliti, dan akurat dalam segala hal. Termasuk penggunaan sumber daya dalam bentuk apa pun sangat diperhitungkan dengan cermat, hemat, dan padat manfaat.
Dijauhinya sikap menganggap remeh, kelalaian dan kecerobohan karena semua itu adalah biang dari kesalahan dan kegagalan. Tentu saja sikap yang serius dan waspada harus ada dalam batas kewajaran. Jika dilakukan secara berlebihan, akan membuat suasana menjadi penuh ketegangan, bahkan akan terjadi stres dan hal ini merupakan sarana berbuat kesalahan pula.
Pada dasarnya, setiap Muslim haruslah menjadi seorang manusia yang cermat. Dalam arti harus selalu berusaha menjadi seorang yang terlatih, terampil, dan terbiasa berpikir efektif, kreatif, sistematis, dan positif, sehingga mampu membuat perencanaan, melaksanakan rencana, dan mengambil keputusan yang tepat, cepat, dan akurat, berdasarkan hasil analisis optimal dalam segala situasi dan kondisi.
Keseharian yang dilakukannya adalah optimalisasi kemampuan berpikirnya, kemampuan bertafakurnya dalam rangka menggali hakikat kebenaran, hikmah di balik kejadian, juga potensi dalam diri dan lingkungannya, sehingga akan muncul sikap yang arif, efektif, dan tepat dalam mengatasi berbagai tantangan dan masalah yang ada.
Semua yang dilakukannya adalah buah dari optimalisasi pikirannya dalam menangkap tanda-tanda atau ayat-ayat Allah di alam semesta. Allah SWT. dalam hal ini berfirman, "Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang yang yakin dan juga pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan ?" (QS. Adz-Dzariyaat : 20-21)
Dalam ayat yang lain Allah SWT. juga berfirman, "Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya." (QS. Al Baqarah : 16-17)
Sikap cermat memang menuntut kemampuan untuk berpikir efektif, efisien, serta sangat hemat dari pikiran sia-sia, bahkan sangat menjauhi pikiran kotor atau pikiran apa pun yang merusak. Setiap berpikir selalu diawali dengan niat yang baik dan tulus, dengan tekad menemukan solusi terbaik yang paling luas manfaatnya, dan yang paling minimal menimbulkan kerugian. Oleh karena itu, seorang hamba ahli pikir selalu berpikir positif, senang berpikir keras, berpikir cepat dan efektif, tajam dan kritis serta terlatih untuk menemukan masalah dan potensi masalah.
Dari sanalah akan muncul kemampuan untuk merencanakan, memecahkan, dan melaksanakan penyelesaiaan masalah dengan baik dan benar. Tidak pernah mau berpikir jahat, keji, mesum, kotor, berangan-angan kosong, lamunan hampa makna, atau pikiran negatif lainnya. Hal ini buah dari pemahaman yang benar terhadap sabda Rasulullah SAW., "Di antara tanda kebaikan akhlak manusia Muslim itu adalah meninggalkan yang tidak perlu." (HR. Turmudzi)
Pribadi yang cermat juga mampu berpikir fokus dan sistematis. Ia mampu berkonsentrasi, berpikir tajam, dan mendalam. Pikirannya selalu dikelola secara sistematis dengan menyusun prosedur pelaksanaan tugas secara detail dan akurat. Pikirannya yang terfokus dan tersistematis ini adalah buah dari pemahaman yang benar terhadap potensi, bakat, dan karakter dirinya yang pada akhirnya membuahkan lompatan-lompatan kemampuan berpikirnya jauh di atas standar rata-rata.
Orang yang cermat biasanya memiliki kemampuan untuk menemukan aneka potensi, bakat, dan karakter positif maupun negatif serta masalah yang ada pada dirinya secara objektif sehingga mampu menata rencana dan melakukan perubahan atau perbaikan yang paling sesuai untuk perkembangan kemajuan dirinya, serta mampu mengukur dan menempatkan diri dengan tepat. Selain itu, ia sangat jeli melihat dan menilai peluang-peluang bagi dirinya, baik itu berupa kesempatan-kesempatan untuk berprestasi, untuk berpengalaman, bahkan untuk mencoba dan gagal sehingga ia bisa mengambil pelajaran darinya.
Di samping menganalisis diri, ia juga sanggup menganalisis situasi, kondisi, potensi, dan masalah lingkungan di sekitarnya dalam bentuk dan skala apa pun sehingga dapat membuat perencanaan dan tindakan timbal balik yang positif, memberi manfaat maksimal bagi lingkungan, dan mengambil manfaat yang optimal dari lingkungannya. Lingkungan beserta aneka macam kejadiannya yang terlihat ataupun yang kasatmata, baginya merupakan mahaguru dengan beragam ilmu yang merupakan tempat belajar baginya yang sangat berarti.
Di dalam benaknya terhimpun berbagai langkah alternatif yang bersifat visioner (jauh ke depan). Pribadinya selalu berupaya meluaskan wawasan dan berpikir untuk maju. Di samping itu, ia mampu memperhitungkan prospek, peluang berikut tantangan, hambatan, dan segala konsekuensinya sehingga dapat mengatur strategi yang tepat dalam menggapai tujuannya. Diusahakannya untuk selalu berpikir penuh inisiatif dan kreatif dan juga senang dengan ide-ide baru. Senantiasa diasah pikirannya dengan bertukar pikiran, merenung dan bertafakur, membaca, benchmarking (studi banding), studi kasus, atau aneka cara lainnya, yang dapat semakin membuka dan memperluas wawasan berpikirnya.
Demikianlah sikap cermat yang apabila terus diasah, insya Allah akan membuat kita menjadi pribadi yang lebih cemerlang. Semoga dengan sikap cermat, kita memiliki karakter pribadi Muslim yang positif. Positif tidak saja memahami makna-makna ajaran Islam, tetapi juga positif dalam memperlihatkan bagaimana ajaran Islam itu sebenarnya rahmatan lil `alamin--melalui diri kita tentu saja. Wallahua'lam.***
[Ditulis Oleh K.H. ABDULLAH GYMNASTIAR, pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhid-Bandung, serta disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi hari Kamis/11 Maret 2010 pada kolom "CIKARAKCAK"]
0 comments:
Post a Comment