Nabi Muhammad SAW. memiliki banyak sifat mulia. Allah SWT. telah menilainya sebagaimana firman-Nya, "Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) memiliki akhlak yang agung."
Nabi Muhammad SAW. pun sudah selayaknya dijadikan panutan oleh umat Islam karena Allah SWT. telah memberikan predikat sebagai uswah hasanah, keteladanan yang utama dalam segala hal, baik dalam ibadah, muamalah, munakahat, demikian pula dalam siyasah. Di antara sifat-sifat Nabi yang dinyatakan dalam Al-Quran,
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
"Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang Mukmin." (QS. At-Taubah : 128)Ayat tersebut menyatakan bahwa Nabi SAW. memiliki 3 (tiga) sifat kepemimpinan yang inti / utama :
- Pertama, pembebasan hamba sahaya. Nabi SAW. berusaha keras untuk membebaskan hamba sahaya dengan berbagai cara yang tidak merugikan majikan. Demikian pula dengan syariat zakat, infak, dan sedekah yang dikeluarkan dengan penuh kesadaran dan kejujuran dari para agniya, membuat fakir dan miskin banyak tertolong dan mendapatkan santunan. Oleh karena itu, hilanglah kecemburuan sosial dan iri hati dari kaum yang miskin. Selain itu, Nabi SAW. sendiri mengharamkan menerima zakat untuk dirinya dan keluarganya juga keturunannya. Dengan itu pula, hilanglah tuduhan negatif dari umat terhadap Nabi SAW. bahwa ia berupaya menimbun harta kekayaan atau mementingkan keluarganya.
- Kedua, Nabi SAW. senantiasa berpikir untuk mengangkat harkat dan martabat umat dan meningkatkan SDM mereka dengan jalan menyampaikan pesan-pesan Al-Quran. Karena hanya dengan memedomani Al-Quran dan sunah, bangsa akan mulia dan terhormat berada dalam derajat A`la `illiyyin (makhluk yang paling tinggi martabatnya). Sementara dengan meninggalkan agama pasti akan menjadi asfala safilin (makhluk yang paling rendah), dan akan lebih rendah daripada binatang.
Sahabat Umar bin Al-Khattab RA. adalah orang yang kejam, kasar, serta tidak berperikemanusiaan. Dia pernah membunuh anak perempuannya hidup-hidup. Setelah mendapat hidayah / petunjuk Allah melalui Al-Quran, beliau mampu menjadi amirul mu`minin yang disegani, bersahaja, dan berwibawa. Hatinya begitu lembut dan penuh kasih sayang terhadap rakyatnya. Dia mampu menegakkan supremasi hukum, menegakkan keadilan terhadap siapa pun tanpa pandang bulu. - Ketiga, Nabi SAW. senantiasa bersikap lembut dan penuh kasih sayang walau kepada orang yang memperlakukan tidak sopan kepadanya.
Visi dan misi kepemimpinan Nabi SAW. dijelaskan dalam Al-Quran.
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
"Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Alkitab dan Alhikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (QS. Ali Imran : 164)Tiga program Nabi SAW. yang terkandung dalam ayat tersebut,
- Pertama, membacakan / menyampaikan ayat-ayat Allah. Baik ayat quraniyyah maupun kauniyyah untuk menggugah kesadaran mereka sebagai seorang makhluk yang harus mengabdi kepada Khaliqnya. Sadar bahwa amal perbuatannya akan diminta pertanggungjawabannya nanti di hari kiamat. Sadar bahwa dirinya, keluarga, harta, dan kekayaannya adalah amanah dari Allah. Dengan ini diharapkan akan bertambah kuat keimanannya sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran, "Dan apabila telah dibacakan ayat-ayat-Nya, mereka akan bertambah kuat imannya."
Apabila iman telah kuat, apa pun perintah Allah akan mudah dilaksanakan meski bertentangan dengan kehendak nafsunya. Demikian pula apa yang dilarang Allah akan mudah ditinggalkannya walau dirasakan menguntungkan dan menjanjikan. - Kedua, membersihkan mereka. Membersihkan akidah dari syirik, ibadah dari hal-hal yang bidah, membersihkan akhlak, sistem ekonominya, dan kehidupan sosialnya. Dengan dilandasi yatlu alaihim, ternyata Nabi SAW. berhasil memberantas minuman keras hanya denga tiga ayat saja. Mereka dapat meninggalkan kebiasaan yang telah membudaya di kalangan mereka, dengan nada pertanyaan dari Allah di ujung ayat. "Apakah kalian akan meninggalkan perbuatan itu ?" Dan ternyata mereka serentak menyatakan, "Akan kami tinggalkan, ya Allah." Kemudian mereka yang masih mempunyai persediaan minuman keras, langsung menumpahkan di halaman rumahnya. Hingga saat itu, seolah ada banjir karena mereka serempak menumpahkan persediaan minuman yang ada di rumahnya.
Barangkali tidak ada negara di dunia yang berhasil memberantas minuman keras, kecuali pada zaman Nabi SAW. Itulah kekuatan iman jika telah melekat di dada. Demikian pula Nabi berhasil memberantas sistem riba yang telah melanda di kalangan orang Arab, hanya dengan satu tantangan dari Allah, "Dan jika kalian tidak mengerjakan (meninggalkan) riba maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasulnya akan memerangi kalian."
Dengan ungkapan seperti itu, sadarlah mereka dan tidak ragu untuk meninggalkan sistem riba. Dan dengan itu, membaiklah ekonomi mereka, ekonomi yang penuh persaudaraan, saling memercayai, dan tidak ada manipulasi. - Ketiga, Nabi SAW. mengajarkan Al-Quran dan sunah kepada mereka secara intensif. Ada banyak arti Al-Hikmah, di antaranya ada yang berarti As-Sunnah. Oleh karenanya dengan menyampaikan ajaran, pedoman, dan petunjuk yang ada di dalam Al-Quran dan sunah, Nabi berhasil mengangkat harkat dan martabat bangsa Arab menjadi bangsa yang mulia dan terhormat. Padahal sebelumya, bangsa Arab berada dalam kesesatan yang nyata.
Imam Malik berkesimpulan : "Tidak akan beres urusan umat ini kecuali hanya dengan konsep dan resep yang ternyata telah berhasil memperbaiki umat yang dulu."
Tiga program di atas sebagai visi dan misi Nabi SAW., wajar dijadikan bahan rujukan, kajian oleh para tokoh, para pemimpin yang mendambakan keberhasilan pembangunan manusia seutuhnya. Wajar kalau sistem pendidikan nasional dievaluasi kembali yang hanya memberikan porsi pendidikan agama hanya dua jam dalam seminggu; dari mulai tingkat SD sampai tingkat SMU, dan hanya dua SKS untuk jenjang perguruan tinggi.***
[Ditulis Oleh KH. ACENG ZAKARIA, Ketua Bidang Tarbiyyah PP Persis dan Pimpinan Pondok Pesantren Persis 99 Rancabango Garut. Dan tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Legi) 30 September 2010 pada Kolom "CIKARACAK"]
0 comments:
Post a Comment