IKTIKAF MENUJU KESABARAN

Pada hari-hari terakhir bulan Ramadhan, umat Islam disarankan melakukan iktikaf di masjid. Iktikaf pada hari-hari terakhir Ramadhan itu terutama dimaksudkan agar ikhwan Muslim yang melaksanakannya, di antaranya bisa merasakan dan menikmati malam lailatulqadar. Itulah sebuah keberuntungan besar yang hanya bisa dimiliki oleh mereka yang mengalaminya.

Di luar bulan Ramadhan, iktikaf tetap dianjurkan untuk dilaksanakan oleh setiap Muslim. Iktikaf adalah sebuah kebaikan yang banyak manfaatnya. Iktikaf dalam pengertian umum adalah berdiam diri di dalam masjid. Pada saat itulah seseorang bisa memperbanyak shalat sunah, membaca Al-Quran, berzikir, berselawat, dan juga melakukan perenungan diri.

Perenungan diri adalah bagian terpenting dari iktikaf. Di dalam perenungan itulah sesungguhnya seseorang melakukan penyucian kalbu dan mendekatkan hatinya pada Allah SWT. Pada saat merenung, sebetulnya yang dilakukan adalah kita berhenti berbicara. Untuk sekian lamanya kita berpuasa bicara, membiarkan lidah dan mulut berhenti bekerja. Giliran hati berbicara dengan bening. Di situlah akan ditemukan kejujuran dan kebenaran.

Seorang ulama mengatakan, "Bila Anda puasa bicara, Allah akan memperdengarkan kepada Anda dengan sangat jernih, suara hati nurani Anda."

Siti Maryam berpuasa bicara setelah melahirkan putranya. Nabi Isa yang digendongnya lalu berbicara, menjawab pertanyaan banyak orang tentang dirinya, dan ibunya yang mengandung tanpa kehadiran seorang ayah. Kebenaran telah diperdengarkan oleh Allah ketika Siti Maryam diam seribu bahasa.

Penting bagi kita semua untuk mencoba dan belajar puasa bicara dengan banyak merenung. Dengarkan hati nurani yang selalu berkata jujur tentang kemampuan diri sendiri. Banyak orang berbicara tidak sesuai dengan kemampuan sehingga jadinya berbohong, hanya supaya dia ingin dianggap lebih tahu atau lebih pintar.

Namun yang paling penting dari kebiasaan berpuasa bicara adalah belajar mendengarkan orang lain. Belajar memahami kehendak dan kebutuhan orang lain, serta belajar mengetahui prestasi atau keberhasilan orang lain. Jangan biarkan diri kita hanya pandai menilai dan hanya pandai mencela, karena itulah kita perlu belajar puasa bicara.

Dunia kita sudah teramat bising dengan opini tentang apa pun dan tentang siapa pun. Cobalah kita berusaha untuk tidak menambah dan membuat bising kehidupan ini dengan opini. Siapa tahu, dengan begitu kita akan mampu mendengar dan menangkap suara kebenaran.

Bulan Ramadhan tinggal beberapa hari lagi. Jangan biarkan Ramadan berlalu tanpa kita beriktikaf. Jangan biarkan Ramadhan berlalu tanpa kita belajar puasa bicara. Mudah-mudahan dengan begitu, Ramadhan tahun ini dapat mengantarkan kita mengangkat diri kita mencapai derajat yang lebih tinggi, yaitu menjadi orang yang sabar. Sabar, karena di antaranya kita sudah lebih bisa mendengarkan orang lain.

Semoga Allah menghendaki kita menjadi orang yang paling disukainya, yaitu orang-orang sabar.
***

[Ditulis Oleh DIANI BUDIARTO, Wali Kota Bogor. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Rabu (Pahing) 1 September 2010 pada kolom "RAMADAN KARIM"]

0 comments: