JALINAN PERSAUDARAAN

Dalam seminggu terakhir ini media massa, baik cetak maupun elektronik, menurunkan berita upaya-upaya sukarelawan dari berbagai negara untuk membuka blokade Israel atas Gaza, Palestina. Ikhtiar tersebut dibalas pasukan Israel dengan kekerasan sehingga jatuh korban, baik meninggal dunia maupun dirawat di rumah sakit.

Sebagai kaum Muslimin, kita memandang kejadian tersebut sebagai pelajaran akan pentingnya persaudaraan sesama Muslim (ukhuwah islamiah). Kalau penduduk non-Muslim saja berani mempertaruhkan tenaga dan nyawanya untuk kepedulian kepada kaum Muslimin Palestina, apalagi kita sebagai saudara seakidah.

Ukhuwah Islamiah merupakan salah satu ajaran penting dalam Islam sebagaimana tauhid, yakni menjalin hubungan antara manusia dengan Allah. Islam menempatkan adanya kesetaraan pentingnya menjalin hubungan dengan Allah dan menjaga persaudaraan dengan sesamanya. Sudah seharusnya ukhuwah Islamiyah memberikan ruh dan mewarnai sikap seorang Muslim kepada Muslim lainnya, baik dalam bisnis, politik, pendidikan, sosial kemasyarakatan, maupun upaya pemecahan masalah. Keharusan bersikap adil, bersikap tegas, teguh pendirian, dan kesungguhan melaksanakan amar makruf nahi mungkar, jangan sampai mengorbankan semangat persaudaraan.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ
"Sesungguhnya setiap Mukmin adalah bersaudara." (QS. Al Hujurat : 10)

Ayat tersebut menandaskan setiap Mukmin bersaudara dengan Mukmin lainnya. Konsekuensinya, apabila ada seorang Mukmin yang tidak bersaudara dengan Mukmin lainnya, maka patut diragukan keimanannya. Karena selain menjadi indikator dari keimanan, ukhuwah juga menunjukkan kualitas keimanan seseorang.

Memang ukhuwah Islamiyah sungguh mudah diucapkan, namun sulit diamalkan. Ukhuwah bukan diobral dalam ucapan dan tidak pula dihambur-hamburkan dalam perkataan. Ukhuwah harus dibuktikan dalam perbuatan. Tepat sekali kalimat di dalam Al-quran yang memerintahkanMuslimin untuk mewujudkan kasih sayang di antara sesama Muslim berlandaskan rahman dan rahim Allah. Karena tanpa kasih sayang Allah, akan sia-sia upaya menjalin persaudaraan.
وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ ۚ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
"Dan Allahlah yang menanamkan rasa kasih sayang dalam hati mereka. Andai kau belanjakan seluruh isi bumi ini, niscaya kau takkan bisa menanamkan dalam hati mereka, tetapi Allah dapat menanamkan kasih sayang ke dalam hati mereka. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa, Maha Bijaksana. (QS. Al-Anfal : 63)

Marilah kita menyakini hanya dengan ukhuwah, kita dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan umat untuk meraih kejayaan. Dengan ukhuwah dapat mencapai ridla Allah dan membentuk masyarakat yang dipayungi dengan kasih sayang di antara sesama. Hanya, kita perlu mengevaluasi mutu ukhuwah, dengan merujuk kepada sabda Nabi Muhammad SAW., "Perumpamaan orang-orang Mukmin dalam hal saling mencintai, saling menyayangi, dan saling mengasihi adalah seperti satu tubuh. Jika sakit salah satu anggota tubuh, maka seluruh tubuh akan merasakannya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam hadis lain disebutkan, perumpamaan persaudaraan sesama Muslim ibarat sebuah bangunan yang saling menguatkan di antara unsur-unsurnya. Sungguh sebuah penggambaran yang amat dalam, dengan syarat bisa tumbuh apabila isi hati nurani di antara sesama Muslim diliputi dengan keikhlasan. Ketika ada saudara kita yang tertimpa musibah, maka seolah-olah diri kita yang terkena, sehingga akan ikhlas untuk membantu dan mendoakannya.

Sebaliknya, seorang Mukmin akan terhina apabila Mukmin lainnya dihina orang lain. Dia tidak ridla ketika aib saudaranya dibicarakan apalagi disebarluaskan. Dia tidak akan cepat mempercayai informasi jelek apalagi sampai hati merusak nama baik saudaranya. Dia tak mungkin menggunting dalam lipatan. Menerjang teman seiring dan seiman apalagi sampai menghancurkannya. Dia tidak mungkin berlaku manis dalam senyuman, tetapi bersikap sadis dalam perbuatan.

Ada beberapa langkah yang bisa ditempuh seorang Mukmin untuk mewujudkan ukhuwah Islamiah.
  1. Biasakan bersikap tabayyun (meneliti kebenaran informasi). Allah berfirman,
    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
    "Wahai orang-orang beriman, jika datang seorang fasik membawa berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah pada suatu kaum tanpa mengetahui keadaanya hingga engkau menyesali perbuatan itu." (QS. Al Hujurat : 6)
  2. Budayakan islah (meluruskan yang bengkok dan mendamaikan pihak bertikai).
    فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا
    "Maka damaikanlah keduanya dengan adil dan berlaku adillah kamu, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil." (QS. Al Hujurat : 9)
  3. Jangan menganggap remeh orang. Jangan menghina dan memberi gelar, sebutan, atau panggilan yang buruk.
  4. Jangan berburuk sangka, mencari-cari kesalahan orang lain, dan menggunjingnya.
    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
    "Wahai orang-orang beriman, jauhilah kebiasaan berburuk sangka. Sesungguhnya prasangka adalah dosa dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Suka kah salah seorang di antara kalian, seandaianya memakan daging saudaranya sendiri yang telah mati ? Tentu kalian merasa jijik karenanya. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (QS. Al Hujurat : 12)***
[Ditulis oleh : KH. MIFTAH FARIDL, Ketua Umum MUI Kota Bandung, dosen ITB, Ketua Yayasan Unisba, dan Pembimbing Haji Plus dan Umrah Safari Suci. Tulisan ini disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi hari Kamis (Wage) 10 Juni 2010 pada Kolom "CIKARACAK"]

0 comments: