KISAH SEDEKAH PENDERITA LIVER AKUT UNTUK SEORANG WANITA DAN 3 (TIGA) ANAKNYA
Kisah seorang hartawan berkebangsaan Saudi bernama Ra'fat. Ia berobat ke sana kemari demi mencari kesembuhan, lantaran Liver akut yang diderita. Banyak dokter dan rumah sakit sudah ia kunjungi di Saudi Arabia, namun kesembuhan tak kunjung didapat Ra'fat mulai mengeluh. Badannya kian kurus, layaknya seorang pesakitan. Saran dokter ia harus berobat ke rumah sakit spesialis liver di Guangzhou, Cina.
Tak berpikir panjang, Ra'fat pun berangkat segera. Begitu tiba, dokter yang memeriksa mengatakan bahwa ia harus segera dioperasi. Iapun menanyakan, "berapa besar kemungkinan berhasilnya ?" "Bisa selamat atau meninggal," jawab dokter. Mendapati jawaban dokter, Ra'fat mengiba, "dok, sebelum operasi, izinkan saya pulang untuk berpamitan dengan keluarga, sahabat, kerabat dan orang yang saya kenal." Dokter membalas, "Saya tidak berani menjamin keselamatan diri Anda untuk kembali ke tanah air kecuali dalam 2 (dua) hari. Bila lebih dari itu Anda datang kembali ke sini, mungkin Anda akan mendapati dokter lain yang akan menangani operasi liver Anda."
Bagi Ra'fat 2 (dua) hari itu cukup berarti. Ia pun segera menyewa pesawat jet untuk berangkat menuju tanah airnya. Tiba di Arab Saudi, Ra'fat mendatangi kerabat, tetangga dan semua orang yang pernah ia kenal, untuk meminta maaf dan berpamitan. Dengan tubuh kurus tak berdaya, ia merasa menjadi manusia yang paling merana. Seiring dalam kesedihannya ia membatin, "Ya Allah, rupanya keluarga, harta, dan perusahaan besar yang aku punya tak ada yang mampu membantuku untuk sembuh dari penyakit ini ! Semuanya tak ada guna, semuanya sia-sia !"
Hingga saat ia tengah berada di mobil bersama sopirnya. Tampak di muka sebuah toko daging, seorang wanita tengah berdiri mengais sisa daging yang menempel di onggokan tulang-belulang. Ra'fat pun menepuk pundak sang sopir, lalu memintanya menepi. Dengan lemah ia membuka pintu, dan kemudian berjalan tertatih-tatih menghampiri wanita itu. "Ibu, sedang apa ?" tanya Ra'fat, lirih. Lantaran terlalu sering diacuhkan orang, wanita tadi hanya menjawab tanpa menoleh sedikitpun ke arah Ra'fat. "Aku memuji Allah SWT. yang telah menuntunku ke tempat ini. Sudah berhari-hari aku dan 3 (tiga) orang putriku tidak makan. Namun hari ini, aku dapati sisa daging yang masih menempel di sisi tulang-belulang ini. Aku berencana membuat kejutan, dengan memasakkan sup daging yang lezat buat mereka malam ini." Subhanallah, batin Ra'fat bergetar hebat. Ia tak pernah menyangka ada manusia yang demikian melarat, namun penuh rasa syukur seperti ini. Ra'fat lantas melangkah menuju toko daging, lalu bekata pada salah satu penjaganya, "Pak..., tolong siapkan untuk ibu itu dan keluarganya 1 kg daging dalam seminggu dan aku akan membayarnya selama setahun !" Mendengar suara Ra'fat, wanita tadi tertegun. Seolah tak percaya, ia angkat wajahnya, lalu menoleh dan sejenak menatap Ra'fat. Merasa malu ditatap seperti itu, Ra'fat kembali menoleh ke arah petugas toko, "Pak, tolong jangan hanya 1 kg. Siapkan 2 kg, dan aku akan membayarnya selama setahun penuh !" ujar Ra'fat sambil membayar tunai di muka.
Saat hendak pergi, Ra'fat mendapati kedua tangan wanita tadi tengah menengadah ke langit seraya berdoa: "Allahumma ya Allah, berikanlah keberkahan rezeki, dan limpahan karunia kepada tuan ini. Jadikan ia manusia mulia di dunia dan akhirat. Beri ia kenikmatan seperti yang Engkau berikan kepada para hamba-Mu yang shalihin. Kabulkan setiap hajatnya dan berilah ia kesehatan lahir dan batin." Hati Ra'fat bergetar... perlahan ia mulai merasakan ketentraman dan kehangatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ra'fat pun bergegas pergi, tanpa sadar keajaiban telah datang. Langkahnya tegap dan cepat menuju mobilnya, seperti sediakala. Sepanjang jalan, Ra'fat terus tersenyum mengingat doa wanita tadi. Perjalanan menuju rumah kerabatnya itu terasa indah.
Sampai di tujuan, ia pun berpamitan dan meminta restu. Ia katakan kemungkinan operasi gagal sebab sakit liver akut yang diderita. Anehnya, mendengar berita itu, sang kerabat berkata, "Janganlah bergurau. Kau tampak begitu sehat. Wajahmu ceria. Sedikit pun tak ada tanda-tanda sedang sakit." Awalnya Ra'fat menganggap ucapan tadi sekedar menghibur dirinya. Namun, setelah ia mendatangi saudara dan kerabat yang lain, semuanya pun berpendapat serupa.
2 (dua) hari berlalu, Ra'fat didampingi oleh istri dan anaknya kembali datang ke Cina untuk menjalani operasi. Sebelum masuk ruangan, beberapa pemeriksaanpun dilakukan. Setelah hasil pemeriksaan dipelajari, maka ketua tim dokter pun bertanya keheranan, "Aneh, 2 (dua) hari yang lalu kami dapati liver tuan Ra'fat rusak parah dan harus dilakukan tindakan operasi. Tapi setelah kami teliti, mengapa liver ini menjadi sempurna lagi ?"
Kalimat dokter itu membuat Ra'fat dan keluarga sumringah. Berulangkali kalimat takbir dan tahmid terdengar meluncur dari mulut mereka.
[Disalin dari tulisan USTADZ BOBBY HERWIBOWO, LC. di Tabloid "AL HIKMAH" Edisi 44 Maret 2010/Rabiul Awal 1431 H.]
Kisah seorang hartawan berkebangsaan Saudi bernama Ra'fat. Ia berobat ke sana kemari demi mencari kesembuhan, lantaran Liver akut yang diderita. Banyak dokter dan rumah sakit sudah ia kunjungi di Saudi Arabia, namun kesembuhan tak kunjung didapat Ra'fat mulai mengeluh. Badannya kian kurus, layaknya seorang pesakitan. Saran dokter ia harus berobat ke rumah sakit spesialis liver di Guangzhou, Cina.
Tak berpikir panjang, Ra'fat pun berangkat segera. Begitu tiba, dokter yang memeriksa mengatakan bahwa ia harus segera dioperasi. Iapun menanyakan, "berapa besar kemungkinan berhasilnya ?" "Bisa selamat atau meninggal," jawab dokter. Mendapati jawaban dokter, Ra'fat mengiba, "dok, sebelum operasi, izinkan saya pulang untuk berpamitan dengan keluarga, sahabat, kerabat dan orang yang saya kenal." Dokter membalas, "Saya tidak berani menjamin keselamatan diri Anda untuk kembali ke tanah air kecuali dalam 2 (dua) hari. Bila lebih dari itu Anda datang kembali ke sini, mungkin Anda akan mendapati dokter lain yang akan menangani operasi liver Anda."
Bagi Ra'fat 2 (dua) hari itu cukup berarti. Ia pun segera menyewa pesawat jet untuk berangkat menuju tanah airnya. Tiba di Arab Saudi, Ra'fat mendatangi kerabat, tetangga dan semua orang yang pernah ia kenal, untuk meminta maaf dan berpamitan. Dengan tubuh kurus tak berdaya, ia merasa menjadi manusia yang paling merana. Seiring dalam kesedihannya ia membatin, "Ya Allah, rupanya keluarga, harta, dan perusahaan besar yang aku punya tak ada yang mampu membantuku untuk sembuh dari penyakit ini ! Semuanya tak ada guna, semuanya sia-sia !"
Hingga saat ia tengah berada di mobil bersama sopirnya. Tampak di muka sebuah toko daging, seorang wanita tengah berdiri mengais sisa daging yang menempel di onggokan tulang-belulang. Ra'fat pun menepuk pundak sang sopir, lalu memintanya menepi. Dengan lemah ia membuka pintu, dan kemudian berjalan tertatih-tatih menghampiri wanita itu. "Ibu, sedang apa ?" tanya Ra'fat, lirih. Lantaran terlalu sering diacuhkan orang, wanita tadi hanya menjawab tanpa menoleh sedikitpun ke arah Ra'fat. "Aku memuji Allah SWT. yang telah menuntunku ke tempat ini. Sudah berhari-hari aku dan 3 (tiga) orang putriku tidak makan. Namun hari ini, aku dapati sisa daging yang masih menempel di sisi tulang-belulang ini. Aku berencana membuat kejutan, dengan memasakkan sup daging yang lezat buat mereka malam ini." Subhanallah, batin Ra'fat bergetar hebat. Ia tak pernah menyangka ada manusia yang demikian melarat, namun penuh rasa syukur seperti ini. Ra'fat lantas melangkah menuju toko daging, lalu bekata pada salah satu penjaganya, "Pak..., tolong siapkan untuk ibu itu dan keluarganya 1 kg daging dalam seminggu dan aku akan membayarnya selama setahun !" Mendengar suara Ra'fat, wanita tadi tertegun. Seolah tak percaya, ia angkat wajahnya, lalu menoleh dan sejenak menatap Ra'fat. Merasa malu ditatap seperti itu, Ra'fat kembali menoleh ke arah petugas toko, "Pak, tolong jangan hanya 1 kg. Siapkan 2 kg, dan aku akan membayarnya selama setahun penuh !" ujar Ra'fat sambil membayar tunai di muka.
Saat hendak pergi, Ra'fat mendapati kedua tangan wanita tadi tengah menengadah ke langit seraya berdoa: "Allahumma ya Allah, berikanlah keberkahan rezeki, dan limpahan karunia kepada tuan ini. Jadikan ia manusia mulia di dunia dan akhirat. Beri ia kenikmatan seperti yang Engkau berikan kepada para hamba-Mu yang shalihin. Kabulkan setiap hajatnya dan berilah ia kesehatan lahir dan batin." Hati Ra'fat bergetar... perlahan ia mulai merasakan ketentraman dan kehangatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ra'fat pun bergegas pergi, tanpa sadar keajaiban telah datang. Langkahnya tegap dan cepat menuju mobilnya, seperti sediakala. Sepanjang jalan, Ra'fat terus tersenyum mengingat doa wanita tadi. Perjalanan menuju rumah kerabatnya itu terasa indah.
Sampai di tujuan, ia pun berpamitan dan meminta restu. Ia katakan kemungkinan operasi gagal sebab sakit liver akut yang diderita. Anehnya, mendengar berita itu, sang kerabat berkata, "Janganlah bergurau. Kau tampak begitu sehat. Wajahmu ceria. Sedikit pun tak ada tanda-tanda sedang sakit." Awalnya Ra'fat menganggap ucapan tadi sekedar menghibur dirinya. Namun, setelah ia mendatangi saudara dan kerabat yang lain, semuanya pun berpendapat serupa.
2 (dua) hari berlalu, Ra'fat didampingi oleh istri dan anaknya kembali datang ke Cina untuk menjalani operasi. Sebelum masuk ruangan, beberapa pemeriksaanpun dilakukan. Setelah hasil pemeriksaan dipelajari, maka ketua tim dokter pun bertanya keheranan, "Aneh, 2 (dua) hari yang lalu kami dapati liver tuan Ra'fat rusak parah dan harus dilakukan tindakan operasi. Tapi setelah kami teliti, mengapa liver ini menjadi sempurna lagi ?"
Kalimat dokter itu membuat Ra'fat dan keluarga sumringah. Berulangkali kalimat takbir dan tahmid terdengar meluncur dari mulut mereka.
[Disalin dari tulisan USTADZ BOBBY HERWIBOWO, LC. di Tabloid "AL HIKMAH" Edisi 44 Maret 2010/Rabiul Awal 1431 H.]
0 comments:
Post a Comment