TRANSPARAN

Tiada kehormatan dan kemuliaan kecuali dari Engkau wahai Allah, Dzat Pemilik alam semesta. Yang Mengangkat derajat siapa pun yang Engkau Kehendaki dan Menghinakan siapa pun yang Engkau Kehendaki. Segala puji hanyalah bagi-Mu dan milik-Mu. Salawat semoga senantiasa terlimpah bagi kekasih Allah, panutan kita semua Rasulullah SAW.

Sahabat, seharusnya apa pun yang kita hadapi, efektif bisa menambah ilmu, wawasan, dan khususnya lagi bisa menambah kematangan, kedewasaan, serta kearifan pada diri kita. Dengan demikian, kalau kita mati besok, lusa, atau kapan saja, warisan terbesar kita adalah kehormatan pribadi kita, bukan hanya harta. Rindukanlah dan selalu berharap agar saat kepulangan kita nanti, saat kematian kita adalah saat yang paling indah.

Salah satu langkah awal yang harus kita bangun dalam karier kehidupan ini adalah tekad untuk menjadi seorang Muslim yang sangat jujur dan terpercaya sampai mati. Seperti halnya Rasulullah SAW. yang memulai karier kehidupannya dengan gelar kehormatan al Amin (seorang yang sangat terpercaya). Sebelum Nabi Muhammad SAW. dikukuhkan menjadi seorang rasul, beliau sudah sangat populer di tengah masyarakat kota Mekah sebagai pribadi yang sangat terpercaya, amanah, atau kredibel. Gelar ini tidak pernah diberikan kepada orang lain selain beliau.

Mungkin kita semua meyakini bahwa salah satu hal yang sangat penting dari seseorang adalah kepercayaan dari orang lain. Nabi Muhammad SAW. dalam sisi apa pun menuai sukses dengan membangun kepercayaan. Memang, komitmen dan kesuksesan hanya akan datang kalau kita memiliki kredibilitas dan kepercayaan.

Saudaraku, transparan adalah salah satu bentuk kejujuran. Dengan transparansi yanga baik, akan hilang kecurigaan satu sama lain. Perlu diketahui pula bahwa perusak kinerja adalah prasangka buruk satu sama lain sehingga timbul aneka penyakit hati lainnya yang pasti akan merusak suasana dan prestasi kerja. Oleh karena itu, dalam hal apa pun harus diupayakan sistem yang jujur dan transparan sehingga orang dapat mengetahui dengan jelas hal-hal yang patut diketahuinya. Kejelasan akan membuat orang terpelihara dari pandangan dan sikap yang salah.

Orang yang tidak jujur banyak menyembunyikan hal yang semestinya diinformasikan. Akibatnya, selain yang bersangkutan akan terpenjara oleh ketidakjujurannya, juga akan menimbulkan kecurigaan dari orang sekitarnya. Akan jatuh kredibilitasnya, turun drastis wibawanya, dan tak akan nyaman dalam berhubungan dengan orang lain. Bahkan, ketika bersikap benar sekalipun akan tetap sulit bagi orang lain untuk mempercayainya.

Ketidakjujuran benar-benar merugikan, baik di dunia maupun di akhirat. Orang berbuat tak jujur karena kurangnya iman, jauh dari pemahaman agama yang benar, dan kurang yakin bahwa Allah sudah menjamin rezekinya. Karena jauh sebelum kita dilahirkan, jatah rezeki sudah dibagikan tuntas, tinggal ikhtiar untuk menjemputnya dengan cara yang benar di jalan Allah sehingga berkah dan bernilai bagi dunia akhirat kita. Ketidakjujuran tak akan menambah rezeki, kecuali mengubah statusnya menjadi haram dan nista.

Oleh karena itu, bisnis yang berbasis kemuliaan, selalu berupaya jujur, dan bersikap transparan, akan terasa ringan dan mudah. Orang yang jujur akan sangat disukai oleh relasi karena merasa dihargai sebagai manusia terhormat yang tak diperdaya dengan kebohongan. Tentu saja balasannya berupa kepercayaan dan mungkin tingkat loyalitas serta komitmen untuk sukses bersama. Tiada kerugian terbesar dalam berinteraksi dengan manusia, kecuali hilangnya kredibilitas (kepercayaan) orang kepada kita. Semua ini buah dari ketidakjujuran yang diwujudkan dengan sikap tidak transparan.

Kesuksesan hakiki adalah ketika kita bisa menyukseskan sebanyak mungkin orang lain. Apa artinya kita maju dengan menginjak dan merugikan orang lain. Bila orang lain merasa kita bermanfaat dan menguntungkan baginya, maka akan timbul komitmen dan ini menjadi hal yang penting untuk bersinergi menjadi lebih sukses bersama. Godaannya adalah ingin menonjol sendiri, ingin untung dan tak mau tersaingi, inilah yang membuat berat untuk memajukan orang lain. Padahal, dengki dan serakah akan membuat kita menjadi pribadi yang tak disukai.

Untuk itu, harus dimulai dengan tekad bahwa alat ukur kesuksesan bisnis kita adalah sampai sejauh mana kita menyejahterahkan karyawan sehingga mereka lebih maju, lebih pintar, dan lebih sejahtera. Bahkan tak mengapa kalau mereka lebih maju daripada kita walaupun syariatnya lewat perjuangan kita. Ini karena orang yang beruntung dalam Islam adalah orang yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.

Tidak perlu merasa rugi karena yang membagikan rezekinya juga Allah, dan rezeki serta kemuliaan kita tak akan berkurang sama sekali bahkan sebaliknya bertambah karena semuanya juga dari Allah semata. Ingat, tepuk tangan hanya sukses berbunyi ketika ada dua tangan yang saling bertemu. Begitu pula kita, akan kian sukses ketika kita mau bekerja sama dengan orang lain dalam semangat saling menyukseskan. Itulah yang dilakukan Rasulullah ketika berbisnis dahulu. Siapa pun yang berinteraksi, baik pemberi modal, pembeli, maupun pengantar, semua merasa diuntungkan, semua senang dan semua merasa disukseskan, luar biasa !

Kunci dari semua itu adalah karena bisnis bukan hanya mengejar keuntungan duniawi. Bagi kita, bisnis adalah ibadah dan amal saleh untuk bekal kemuliaan dunia akhirat kita sehingga tak boleh cacat hanya karena ketamakan terhadap dunia yang tak berharga dan tak bernilai bagi Allah ini. Wallahualam.***

[Ditulis oleh KH. ABDULLAH GYMNASTIAR, Pimpinan Pondok Pesantren "DAARUT TAUHIID" Bandung, Tulisan ini disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Pahing) 3 Juni 2010 pada kolom "CIKARAKCAK"]

0 comments: