Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu tiba juga. Jemaah calon haji (calhaj) mulai melunasi biaya perjalanan ibadah haji (BPIH) dengan waktu pelunasan tahap I berakhir Senin (30/8) kemarin. Kemungkinan besar pemerintah membuka pelunasan tahap II untuk calhaj yang belum bisa melunasi BPIH-nya.
Melaksanakan ibadah haji merupakan ibadah yang ditunggu-tunggu bahkan diidam-idamkan setiap Muslim, tetapi sekaligus ditakuti oleh orang yang akan menunaikannnya. Ditunggu-tunggu karena orang yang berniat haji harus rela melewati daftar tunggu yang tidak sebentar, malah bisa hingga lima tahun menunggu.
Namun ketika masa "panggilan" itu tiba tanpa tahu sebabnya, mendadak rasa takut berhaji menyelimuti hati. Hal ini karena sebelum berangkat sudah "diteror" oleh berbagai cerita tentang haji. Misalnya, ganjaran setimpal dan kontan di Tanah Suci maupun kesulitan ketika menunaikan ibadah haji.
Berhaji diibaratkan sebuah arena pembalasan terhadap semua perbuatan selama di tanah air, khususnya yang menyangkut perbuatan buruk. Kesulitan yang dialami seseorang yang berhaji adalah cerminan dari perbuatan buruk yang dilakukan selama hidupnya. Akibatnya, banyak orang yang stres sebelum berangkat dan tidak sedikit yang stres ketika di Tanah Suci.Dampak selanjutnya, ada kesimpulan yang keliru seakan-akan orang yang berhaji itu orang yang sudah suci batinnya dan sudah siap menerima risiko pembalasan apa pun. Sementara orang yang merasa masih "kotor" jiwanya merasa belum pantas dan belum siap berhaji dan menerima "pembalasan".
Padahal, Tanah Suci adalah arena untuk membersihkan diri dari berbagai "kotoran" jiwa. Bertatap langsung dengan Sang Khalik ketika bersimpuh di depan Kabah yang selama ini hanya dilihat melalui gambar. Atau, mendekatkan diri langsung dengan pembawa wahyu Ilahi ketika berziarah di makam Rasulullah di kompleks Masjid Nabawi, Madinah.
Berhaji itu perjalanan yang menyenangkan dan mudah dilakukan setiap orang. Sebagai tamu-tamu Allah, tentu Allah SWT tidak akan meneror, menelantarkan, apalagi membuat penderitaan. Yakinlah bahwa Allah dan para malaikat-Nya sebagai "panitia" penyambutan akan menjamu jemaah haji dengan jamuan terbaik.
Nah, setelah bisa melunasi BPIH, selayaknya calhaj mulai mempersiapkan diri agar bisa melaksanakan ibadah haji dengan baik. Manasik haji yang lancar dan sesuai dengan teladan Rasulullah akan berpengaruh kepada pencapaian gelar mabrur yang dicita-citakan setiap jemaah haji.
Ada beberapa persiapan yang perlu dilakukan calhaj, mulai dari saat ini yang tak hanya persiapan berbentuk materi, seperti bekal uang atau barang.
[Ditulis oleh Oleh H.D. SODIK MUDJAHID, pendiri dan pembimbing Haji Plus dan Umrah Qiblat Tour serta KBIH Qiblat Darul Hikam. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Selasa (Legi) 31 Agustus 2010 pada Kolom "UMRAH & HAJI"]
Melaksanakan ibadah haji merupakan ibadah yang ditunggu-tunggu bahkan diidam-idamkan setiap Muslim, tetapi sekaligus ditakuti oleh orang yang akan menunaikannnya. Ditunggu-tunggu karena orang yang berniat haji harus rela melewati daftar tunggu yang tidak sebentar, malah bisa hingga lima tahun menunggu.
Namun ketika masa "panggilan" itu tiba tanpa tahu sebabnya, mendadak rasa takut berhaji menyelimuti hati. Hal ini karena sebelum berangkat sudah "diteror" oleh berbagai cerita tentang haji. Misalnya, ganjaran setimpal dan kontan di Tanah Suci maupun kesulitan ketika menunaikan ibadah haji.
Berhaji diibaratkan sebuah arena pembalasan terhadap semua perbuatan selama di tanah air, khususnya yang menyangkut perbuatan buruk. Kesulitan yang dialami seseorang yang berhaji adalah cerminan dari perbuatan buruk yang dilakukan selama hidupnya. Akibatnya, banyak orang yang stres sebelum berangkat dan tidak sedikit yang stres ketika di Tanah Suci.Dampak selanjutnya, ada kesimpulan yang keliru seakan-akan orang yang berhaji itu orang yang sudah suci batinnya dan sudah siap menerima risiko pembalasan apa pun. Sementara orang yang merasa masih "kotor" jiwanya merasa belum pantas dan belum siap berhaji dan menerima "pembalasan".
Padahal, Tanah Suci adalah arena untuk membersihkan diri dari berbagai "kotoran" jiwa. Bertatap langsung dengan Sang Khalik ketika bersimpuh di depan Kabah yang selama ini hanya dilihat melalui gambar. Atau, mendekatkan diri langsung dengan pembawa wahyu Ilahi ketika berziarah di makam Rasulullah di kompleks Masjid Nabawi, Madinah.
Berhaji itu perjalanan yang menyenangkan dan mudah dilakukan setiap orang. Sebagai tamu-tamu Allah, tentu Allah SWT tidak akan meneror, menelantarkan, apalagi membuat penderitaan. Yakinlah bahwa Allah dan para malaikat-Nya sebagai "panitia" penyambutan akan menjamu jemaah haji dengan jamuan terbaik.
Nah, setelah bisa melunasi BPIH, selayaknya calhaj mulai mempersiapkan diri agar bisa melaksanakan ibadah haji dengan baik. Manasik haji yang lancar dan sesuai dengan teladan Rasulullah akan berpengaruh kepada pencapaian gelar mabrur yang dicita-citakan setiap jemaah haji.
Ada beberapa persiapan yang perlu dilakukan calhaj, mulai dari saat ini yang tak hanya persiapan berbentuk materi, seperti bekal uang atau barang.
- Pertama, baca dan dalami lagi buku tentang ibadah haji sehingga ketika di Tanah Suci, tidak lagi bingung dengan manasik haji maupun tempat-tempat yang akan dikunjungi.
- Kedua, jangan terlalu fokus kepada hafalan doa-doa manasik haji karena akan membebani diri kita, apalagi rata-rata calhaj berusia lanjut yang sudah kesulitan menghafalkan doa-doa.
- Ketiga, hal-hal yang masih menjadi pertanyaan atau meragukan tentang pelaksanaan ibadah haji sedapat mungkin didapatkan jawabannya sebelum berangkat ke Tanah Suci. Jangan sampai keraguan dipendam. Utarakan persoalan kepada kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH), ulama, atau ustaz yang dipercaya.
- Keempat, persiapkan fisik karena perjalanan haji juga membutuhkan fisik yang baik. Jalan kaki merupakan olah raga yang baik, sebab selama haji harus menjalani tawaf, sai, melontar jumrah, maupun menuju ke Masjidilharam dan Masjid Nabawi yang rata-rata berjalan kaki cukup jauh.
- Kelima, pelajari pula sejarah perjuangan nabi dan para sahabatnya serta tempat-tempat bersejarah sehingga akan mendatangkan hikmah (pelajaran berharga) yang patut kita teladani.
- Keenam, calhaj terutama yang memiliki risiko tinggi terhadap penyakit sebaiknya berkonsultasi dengan dokter, termasuk meminta saran obat-obatan yang perlu dibawa ke Tanah Suci. Meski sudah ada Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI), bisa jadi kita membutuhkan obat-obatan khusus karena menderita penyakit tertentu.
- Ketujuh, kalau mempersiapkan bekal pakaian atau makanan jangan terlalu banyak membawanya karena berat kopor maupun tas tentengan (dibawa ke dalam pesawat) juga dibatasi. Apalagi di Tanah Suci pakaian tidak mudah kotor dan cepat kering apabila dicuci. Bahan makanan juga tersedia dengan lengkap, baik yang siap masak maupun sudah siap santap.
- Terakhir, hal terpenting adalah siapkan mental dan luruskan niat yakni perjalanan haji untuk beribadah kepada Allah bukan untuk berwisata apalagi berbelanja. Siapkan pula bekal sabar yang melimpah dan saling menghargai, karena di Tanah Suci kita akan mengalami antre cukup lama dan mendapati perbedaan dalam cara-cara beribadah.
[Ditulis oleh Oleh H.D. SODIK MUDJAHID, pendiri dan pembimbing Haji Plus dan Umrah Qiblat Tour serta KBIH Qiblat Darul Hikam. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Selasa (Legi) 31 Agustus 2010 pada Kolom "UMRAH & HAJI"]
0 comments:
Post a Comment