DR. Yusuf Qardhawi dalam Fiqih Puasa menjelaskan bahwa Islam tidak mensyariatkan sesuatu selain pasti mengandung hikmah, tetapi ada yang diketahui, ada pula yang tidak. Demikian juga dengan perbuatan-perbuatan Allah tidak lepas dari berbagai hikmah yang terkandung dalam ciptaan-Nya. Dia tidak pernah mensyariatkan suatu hukum yang sia-sia.
Dalam ibadah puasa (Ramadhan) terdapat sejumlah hikmah dan maslahat, sebagaimana telah diisyaratkan oleh nas-nas syariat itu sendiri. Hikmah puasa Ramadhan di antaranya adalah tazkiyah an-nafs (pembersihan jiwa) dengan mematuhi perintah-perintah-Nya, menjauhi segala larangan-Nya, dan melatih diri untuk menyempurnakan ibadah kepada Allah SWT. Hikmah yang lainnya adalah tarbiah bagi iradah (kemauan), jihad bagi jiwa dan pembiasaan kesabaran.
Oleh karena itu, tidak mengherankan ketika Rasulullah SAW. menamakan bulan Ramadhan sebagai syahr ash-shabr (bulan kesabaran) sebagaimana sabdanya, "Puasa bulan kesabaran dan tiga hari dalam setiap bulan dapat melenyapkan kedengkian dalam dada." (HR. Bazzar dari Ali dan Ibnu Abbas, serta Thabrani dan Baghawy dari Namr bin Tulab).
Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Mukasyafatul Qulub menuliskan keterangan tentang Ramadhan, bahwa Salman Al-Farisi berkata, Rasulullah SAW. telah berkhotbah pada kami pada hari terakhir dari bulan Sya'ban. Rasulullah SAW. berkata, "Wahai sekalian manusia, benar-benar telah datang padamu sebuah bulan yang besar... Dia adalah bulan penambahan rezeki bagi seorang mukmin. Barangsiapa yang memberi buka pada seorang yang berpuasa, maka baginya sama dengan pahala memerdekakan budak yang telah terampuni dosa-dosanya." Kami berkata,"Yaa Rasulullah, kami ini tidak menemukan sesuatu yang dapat digunakan memberi buka pada orang yang berpuasa."
Beliau SAW. bersabda,"Allah memberikan pahala pada orang yang memberi buka orang yang berpuasa secicipan susu, seteguk air, atau sebutir kurma. Dan barangsiapa yang membuat kenyang orang berpuasa, dia akan diampuni dosa-dosanya dan Tuhan akan memberinya minum dari telagaku, di mana dia tidak akan merasa haus sesudah itu untuk selama-lamanya. Di samping itu, mereka mendapat pahala semisal pahala orang berpuasa tanpa berkurang sedikit pun. Awal bulan itu penuh dengan rahmat, pertengahan penuh dengan ampunan, dan terakhirnya pembebasan dari neraka. Dan barangsiapa yang memberi keringanan kepada budaknya, maka Allah akan memerdekakannya dari neraka..."
Subhanallah... Indah dan sangat penuh makna isi khotbah Rasulullah SAW. di atas.
Allah SWT. memberikan begitu banyak lipatan pahala kepada hamba-Nya yang betul-betul mendekatkan diri kepada-Nya di bulan suci Ramadhan dalam rangka membersihkan jiwanya. Oleh karena itu, sekarang kita sudah memasuki pertengahan fase yang kedua, yaitu hari-hari Ramadhan yang penuh dengan ampunan Allah SWT. Mari kita perbanyak tilawah Al-Quran, beristighfar memohon ampunan atas segala kesalahan dan kekhilafan yang pernah kita lakukan, menyambungkan dan mempererat tali silaturahim, perbanyak infaq dan sedekah sebagai tanda empati kita kepada fakir miskin, serta ibadah-ibadah lainnya.
Kita betul-betul memohon kepada Allah SWT untuk menyempurnakan ibadah kita di bulan Ramadhan ini. Manfaatkan waktu yang begitu pendek ini dengan betul-betul mengharapkan rahmat, magfirah (ampunan) Allah SWT. dan dijauhkan dari siksa api neraka. Wallahualam***
[Ditulis oleh DR. SA’DUDDIN, MM., Bupati Bekasi. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Senin (Kliwon) 30 Agustus 2010 pada Kolom "RAMADAN KARIM"]
0 comments:
Post a Comment