Sungguh merupakan sebuah kebahagiaan yang sangat luar biasa, kita diberi kesempatan menikmati bulan Ramadhan, bulan yang penuh keberkahan, ampunan, rahmat, dan kasih sayang Allah SWT.
Ramadhan adalah bulan paling agung dan mulia, bulan yang sungguh istimewa. Kehadirannya selalu dirindukan dan dinantikan umat Islam di seluruh dunia. Karena pada bulan ini, Alquran yang merupakan kitab suci umat Islam diturunkan. Bulan Ramadan semakin luar biasa karena pada bulan tersebut terdapat malam lailatulqadar.
Pada bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup. Dengan demikian, beruntunglah orang-orang yang dengan tulus ikhlas memanfaatkan bulan Ramadan untuk memperbanyak ibadah kepada Allah SWT. Sebaliknya, barangsiapa yang terhalang mendapatkan kebaikan di bulan ini, sungguh merugilah dia. (HR. Imam Ahmad dari Abu Hurairah)
Dalam menghiasi bulan Ramadhan, selain mendekatkan diri kepada Allah SWT. dengan meningkatkan ibadah baik ibadah wajib maupun sunah, hendaknya bulan ini dijadikan momentum untuk menggapai rida Allah SWT. melalui amal saleh, berbuat kebajikan kepada sesama seperti halnya memupuk sikap mudah memaafkan.
Memaafkan merupakan salah satu sifat mulia yang dianjurkan dalam Al-Quran, seperti tertulis dalam firman-Nya :
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ
"Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang maruf....." (QS. Al- A`raf : 199)
Firman lain-Nya menyatakan bahwa hamba yang lebih mulia di hadapan Allah SWT. adalah hamba yang apabila berkuasa (menguasai musuhnya), dapat segera memaafkan. Dalam ayat lain Allah SWT. berfirman :
أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ
"....dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada...Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. An-Nuur : 22)
Ada perbedaan pemahaman ’memaafkan’ antara pemahaman orang-orang beriman dan mereka yang tidak menjalani hidup sesuai dengan ajaran Al-Quran. Meskipun banyak orang mungkin berkata mereka telah memaafkan seseorang yang telah menyakiti mereka, perlu waktu lama untuk membebaskan diri dari rasa benci dan marah dalam hati mereka.
Di lain pihak, sikap memaafkan orang-orang beriman adalah tulus karena mereka tahu bahwa manusia diuji di dunia ini. Belajar dari kesalahan mereka, mereka berlapang dada dan bersifat pengasih. Lebih dari itu, orang-orang yang beriman juga mampu memaafkan walaupun sebenarnya mereka benar dan orang lain salah.
Sikap lain yang harus dipupuk adalah tidak hasad. Jika manusia hasad dan tamak menginginkan sesuatu dari orang lain, ia akan menjadi "buta". Rasulullah SAW. bersabda : "Cintamu terhadap sesuatu bisa menjadikanmu buta dan tuli, sehingga hendaknya kita memerangi rasa dengki/hasud/hasad, karena melakukan hasud tidak sekadar dosa biasa, bahkan dianggap berbahaya."
Dalam Al-quran Surat Al-Falaq, Allah SWT. memerintahkan Nabi Muhammad SAW. untuk berlindung dari tindakan penghasud. Ini cukup menunjukkan betapa bahayanya tindakan hasud.
Semoga kita dapat menjalankan ibadah puasa dengan penuh tawakal dan kesabaran serta mampu mengendalikan diri. Dengan demikian, kita meraih visi hidup yang paling kita dambakan, yaitu mencapai derajat kemanusiaan tertinggi, derajat muttaqin. Marhaban Ya Ramadhan***
[Ditulis Oleh: H. AANG HAMID SUGANDA, Bupati Kuningan. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" edisi Kamis (Legi) 26 Agustus 2010 pada kolom "RAMADAN KARIM"]
0 comments:
Post a Comment