PUASA MELAHIRKAN MANUSIA BERMENTAL BAJA

Pada berbagai literatur, banyak diungkapkan bahwa puasa atau as-shiyam atau as-shaum mengandung makna menahan diri dari sesuatu yang membatalkan puasa, yang dimulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat tertentu.

Hakikat puasa ialah harus dapat mengendalikan diri dari segala perbuatan-perbuatan negatif yang dilakukan oleh seluruh pancaindra yang dimiliki, termasuk indra keenam, yaitu mata hati.

Akan menjadi besar nilai pahala puasa seseorang, manakala semua pancaindra dan indra keenamnya senantiasa diarahkan untuk kegiatan- kegiatan yang berorientasi pada perbuatan ibadah yang semata–mata berharap mendapat ridha Allah SWT.

Apakah mulut kita selama berpuasa sering digunakan untuk membaca ayat-ayat suci Al-Quran ? Inilah yang selalu menjadi perhatian. Untuk itu, di Kabupaten Bandung, seluruh aparat pemerintah daerah diberikan waktu dan dianjurkan untuk tadarus Al-Quran sehingga paling tidak menjelang akhir bulan Ramadhan telah khatam.

Makna puasa di atas dipertegas pula dalam firman Allah SWT. (QS. Al-Baqarah : 187),
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ
"Makan minumlah kamu, hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam". Bahkan dalam hadis Rasulullah SAW., seperti diriwayatkan Bukhori dan Muslim, diungkapkan : Ibnu Umar RA. berkata : Aku telah mendengar Nabi SAW. bersabda, "Apabila datang malam dan siang lenyap dan matahari telah terbenam, sesungguhnya telah datang waktu berbuka bagi orang yang puasa."

Perintah Allah SWT. kepada seluruh umatnya untuk menjalankan ibadah puasa tentunya memiliki maksud dan tujuan tertentu. Paling tidak, bagi umat yang taat menjalankan ibadah puasa, akan memperoleh hikmah yang sungguh luar biasa.

Dalam buku "Tuntutan Jalan Lurus dan Benar" karangan Abu Fajar Al Qalami dan Abdul Wahid Banjary, diungkapkan bahwa hikmah puasa di antaranya, ibadah puasa sebagai pernyataan tanda syukur (terima kasih) kepada Allah. Berpuasa membiasakan manusia untuk hidup tertib dan disiplin.

Puasa juga dapat mengurangi atau mengekang syahwat sehingga jiwa mampu melaksanakan fungsinya dengan baik. Puasa juga merupakan perwujudan jihad dan menolong agama Allah SWT. Puasa dapat membentuk jiwa kesetiakawanan terhadap fakir miskin. Dengan berpuasa, mental menjadi kuat dan sehat.

Jika menyimak berbagi hikmah berpuasa, teranglah bagi kita sebagai umat Islam bahwa puasa tidak semata menjalankan ritus keagamaan. Namun lebih dari itu, dengan berpuasa, ada upaya seseorang untuk belajar mengendalikan diri dari dorongan hawa nafsu yang terkadang membawa diri kita terjerumus ke dalam jurang kenistaan.

Dengan demikian, berpuasa merupakan latihan mental yang luar biasa besar dan sekaligus sebagai wujud pemaknaan terhadap nilai-nilai keimanan dalam rangka hablum minnalloh. Sebagai ilustrasi, kita dilatih untuk tidak melakukan perbuatan yang dapat membatalkan ibadah puasa dengan tidak melakukan hubungan suami istri pada saat berpuasa.

Bulan Ramadhan sebagai bulan yang memiliki tujuh keistimewaan, antara lain bulan di mana umat Islam diwajibkannya melakukan ibadah saum dan bulan diturunkannya ayat suci Al-Quran (QS. Al-Baqarah : 185). Ramadan juga merupakan bulan turunnya lailatulqadar (QS. Al-Qadr : 1-3). Bulan dilipatgandakan pahala. Bulan penuh keberkahan, bulan dibukanya pintu surga, ditutupnya pintu neraka, dan setan-setan diikat.

Untuk itu, bergembiralah umat Islam yang beriman dan bertakwa manakala bulan Ramadhan ini hadir, dan masih berkesempatan untuk melaksanakan semua peribadatan yang diisyaratkan. ***

[Ditulis Oleh H. OBAR SOBARNA, SIP., Bupati Bandung. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Rabu (Kliwon) 25 Agustus 2010 pada kolom "RAMADAN KARIM"]

0 comments: