Suatu hari, Imam Al Ghazali berkumpul dengan muridnya, dan mengajukan enam buah pertanyaan.
Pertanyaan yang pertama, "Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini ?" Muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman, dan kerabat. Imam Al Ghazali menjelaskan semua jawaban itu benar, tetapi yang paling dekat dengan kita adalah kematian. Sebab, itu sudah janji Allah SWT. bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati,
"Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini ?" tanya Imam Al Ghazali selanjutnya. Muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari, dan bintang. "Semua jawaban kamu benar, tetapi yang paling benar adalah masa lalu. Bagaimana pun kita dan apa pun kendaraan kita tetap tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh karena itu, kita harus menjaga hari ini dan hari-hari mendatang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Islam," katanya.
Kemudian pertanyaan yang ketiga, "Apa yang paling besar di dunia ini ?" Muridnya menjawab gunung, bumi, dan matahari. "Semua jawaban itu benar. Namun, yang paling besar di dunia ini adalah nafsu seperti dalam QS. Al A'raf : 179,
Maka, kita harus berhati-hati dengan nafsu, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka," katanya.
Pertanyaan keempat, "Apa yang paling berat di dunia ini ?" Ada yang menjawab baja, besi, dan gajah. "Semua jawaban itu benar. Namun, yang paling berat adalah memegang amanah sebagaimana yang tersirat dalam QS. Al Ahzab : 72,
Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT. meminta mereka untuk menjadi khalifah (pemimpin) di dunia ini. Namun, manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT. sehingga banyak dari mereka masuk ke neraka karena ia tidak bisa memegang amanahnya," ujarnya.
Pertanyaan Imam Al Ghazali kelima, "Apa yang paling ringan di dunia ini ?" Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. "Semua jawaban itu benar. Namun, yang paling ringan adalah meninggalkan shalat. Gara-gara meeting kita tinggalkan shalat," katanya.
Pertanyaan yang keenam, "Apakah yang paling tajam di dunia ini ?" Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang. "Benar. Namun, yang paling tajam adalah lidah manusia karena dengan gampangnya lidah menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri," jawabnya.
Akankah Anda merenungkan hal itu ? Ya, di bulan Ramadhan ini merapakan waktu yang tepat untuk melakukan muhasabah atau perenungan diri. Kata muhasabah merupakan bentuk mashdar (kata benda) bermakna introspeksi atau koreksi diri dan saling mengoreksi. Tak sedikit manusia lupa akan jati dirinya. Dia tidak mengetahui, siapa saya (Who am I ?)
Muhasabah untuk mengoreksi diri akan berbagai kelemahan, kekurangan, kealfaan, kesalahan, dan dosa yang pernah dilakukan dengan melihat kelebihan dan kesalehan orang lain agar dapat memacu dirinya untuk berubah ke arah yang lebih baik. Muhasabah adalah sebuah kata yang mudah diucapkan, tetapi sulit direalisasikan dalam kehidupan.
Beberapa hal yang jadi perhatian dalam muhasabah diri, yakni muhasabah perilaku seperti sifat ego yang selalu membanggakan dan menyombongkan diri seperti merasa paling hebat. Allah SWT. memberikan kritikan kepada manusia yang sombong dan egois.
Sering kali orang selalu melihat dan mengoreksi kekurangan orang lain, sedangkan dirinya diabaikan begitu saja. Sebuah pepatah mengatakan, "Kuman di seberang lautan kelihatan, gajah di pelupuk mata tidak tampak."
Sungguh aneh perilaku manusia. Kesukaannya memperhatikan aib orang lain. Kalau dia menyadari, tentu cukup ia menutupi aib dirinya sendiri. Mengapa ia hanya melihat kesalahan kecil kawannya, tetapi dia tidak melihat kesalahannya sendiri ? Mengapa dia merasa sedih melihat kesalahan orang lain, tetapi dia tidak merasa menyesal atas dosanya yang lebih besar ?
Manusia sepanjang hidupnya berpura-pura tidak tahu tentang urusan dirinya. Ia menjauhkan diri dari memperbaiki diri, malah sibuk mencari aib orang lain. Seolah-olah siksaan pada hari hisab nanti akan terjadi hanya karena dosa orang lain, bukan dari perbuatannya sendiri.
Perhatikan firman Allah pada surat Al Maidah : 105 ini,
Muhasabah lainnya berkaitan dengan lidah seperti kata Imam Al Ghazali, "Manusia diberi lidah, dua mata, dua telinga, dua tangan dan dua kaki. Semestinya, lidah digunakan untuk berbicara yang baik. Jika tidak bisa, hendaknya ia berdiam diri."
Nabi SAW. juga bersabda,
Muhasabah lainnya berkaitan dengan usia manusia. Ketika manusia berada pada masa empat bulan di dalam kandungan seorang ibu, Allah SWT. menetapkan usianya yang akan dijalani selama masa di dunia. Ada yang usianya ditetapkan 8 tahun, 10 tahun, 20 tahun, 50 tahun, 60 tahun dan sebagainya. Berapa tahun ia diberikan jatah hidup di dunia menjadi rahasia Allah SWT. Tiada seorang pun manusia yang mengetahuinya.
Sesungguhnya, semakin bertambah usia seseorang, akan semakin berkurang jatah hidupnya. Setiap hari usia kita dikurangj oleh detik, menit, dan jam. Saat ini, kita telah menghabiskan sebagian usia kita dan kita sedang menjalani dan menghabiskan yang sebagiannya lagi. Berapa lama lagi sampai akhir usia kita ?
Wallaahu a'lam bish shawaab.
Padahal, usia kita akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah SWT. pada hari kiamat kelak. Pertanggungjawaban yang diminta bukan hanya hitungan tahun, bulan, hari, dan jam, tetapi setiap tarikan napas yang kita hirup dan embusan napas yang kita keluarkan.***
[Ditulis oleh KH. HABIB SYARIEF MUHAMMAD AL'AYDARUS, Ketua Yayasan As-salaam Bandung dan mantan anggota MPR. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Rabu (Wage) 24 Agustus 2011 / 24 Ramadan 1432 H. pada Kolom "KISAH RAMADAN"]
by
Pertanyaan yang pertama, "Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini ?" Muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman, dan kerabat. Imam Al Ghazali menjelaskan semua jawaban itu benar, tetapi yang paling dekat dengan kita adalah kematian. Sebab, itu sudah janji Allah SWT. bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati,
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. (QS. Ali Imran : 185)
"Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini ?" tanya Imam Al Ghazali selanjutnya. Muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari, dan bintang. "Semua jawaban kamu benar, tetapi yang paling benar adalah masa lalu. Bagaimana pun kita dan apa pun kendaraan kita tetap tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh karena itu, kita harus menjaga hari ini dan hari-hari mendatang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Islam," katanya.
Kemudian pertanyaan yang ketiga, "Apa yang paling besar di dunia ini ?" Muridnya menjawab gunung, bumi, dan matahari. "Semua jawaban itu benar. Namun, yang paling besar di dunia ini adalah nafsu seperti dalam QS. Al A'raf : 179,
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
Maka, kita harus berhati-hati dengan nafsu, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka," katanya.
Pertanyaan keempat, "Apa yang paling berat di dunia ini ?" Ada yang menjawab baja, besi, dan gajah. "Semua jawaban itu benar. Namun, yang paling berat adalah memegang amanah sebagaimana yang tersirat dalam QS. Al Ahzab : 72,
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,
Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT. meminta mereka untuk menjadi khalifah (pemimpin) di dunia ini. Namun, manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT. sehingga banyak dari mereka masuk ke neraka karena ia tidak bisa memegang amanahnya," ujarnya.
Pertanyaan Imam Al Ghazali kelima, "Apa yang paling ringan di dunia ini ?" Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. "Semua jawaban itu benar. Namun, yang paling ringan adalah meninggalkan shalat. Gara-gara meeting kita tinggalkan shalat," katanya.
Pertanyaan yang keenam, "Apakah yang paling tajam di dunia ini ?" Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang. "Benar. Namun, yang paling tajam adalah lidah manusia karena dengan gampangnya lidah menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri," jawabnya.
Akankah Anda merenungkan hal itu ? Ya, di bulan Ramadhan ini merapakan waktu yang tepat untuk melakukan muhasabah atau perenungan diri. Kata muhasabah merupakan bentuk mashdar (kata benda) bermakna introspeksi atau koreksi diri dan saling mengoreksi. Tak sedikit manusia lupa akan jati dirinya. Dia tidak mengetahui, siapa saya (Who am I ?)
Muhasabah untuk mengoreksi diri akan berbagai kelemahan, kekurangan, kealfaan, kesalahan, dan dosa yang pernah dilakukan dengan melihat kelebihan dan kesalehan orang lain agar dapat memacu dirinya untuk berubah ke arah yang lebih baik. Muhasabah adalah sebuah kata yang mudah diucapkan, tetapi sulit direalisasikan dalam kehidupan.
Beberapa hal yang jadi perhatian dalam muhasabah diri, yakni muhasabah perilaku seperti sifat ego yang selalu membanggakan dan menyombongkan diri seperti merasa paling hebat. Allah SWT. memberikan kritikan kepada manusia yang sombong dan egois.
وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَن تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَن تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. (QS. Al Isra : 37)
Sering kali orang selalu melihat dan mengoreksi kekurangan orang lain, sedangkan dirinya diabaikan begitu saja. Sebuah pepatah mengatakan, "Kuman di seberang lautan kelihatan, gajah di pelupuk mata tidak tampak."
Sungguh aneh perilaku manusia. Kesukaannya memperhatikan aib orang lain. Kalau dia menyadari, tentu cukup ia menutupi aib dirinya sendiri. Mengapa ia hanya melihat kesalahan kecil kawannya, tetapi dia tidak melihat kesalahannya sendiri ? Mengapa dia merasa sedih melihat kesalahan orang lain, tetapi dia tidak merasa menyesal atas dosanya yang lebih besar ?
Manusia sepanjang hidupnya berpura-pura tidak tahu tentang urusan dirinya. Ia menjauhkan diri dari memperbaiki diri, malah sibuk mencari aib orang lain. Seolah-olah siksaan pada hari hisab nanti akan terjadi hanya karena dosa orang lain, bukan dari perbuatannya sendiri.
Perhatikan firman Allah pada surat Al Maidah : 105 ini,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنفُسَكُمْ ۖ لَا يَضُرُّكُم مَّن ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ ۚ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; Tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya. Maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
Muhasabah lainnya berkaitan dengan lidah seperti kata Imam Al Ghazali, "Manusia diberi lidah, dua mata, dua telinga, dua tangan dan dua kaki. Semestinya, lidah digunakan untuk berbicara yang baik. Jika tidak bisa, hendaknya ia berdiam diri."
Nabi SAW. juga bersabda,
Man katsura kalaamuhu, katsura khatauhu. (Barangsiapa yang banyak bicara, maka ia banyak kesalahannya.)
Muhasabah lainnya berkaitan dengan usia manusia. Ketika manusia berada pada masa empat bulan di dalam kandungan seorang ibu, Allah SWT. menetapkan usianya yang akan dijalani selama masa di dunia. Ada yang usianya ditetapkan 8 tahun, 10 tahun, 20 tahun, 50 tahun, 60 tahun dan sebagainya. Berapa tahun ia diberikan jatah hidup di dunia menjadi rahasia Allah SWT. Tiada seorang pun manusia yang mengetahuinya.
Sesungguhnya, semakin bertambah usia seseorang, akan semakin berkurang jatah hidupnya. Setiap hari usia kita dikurangj oleh detik, menit, dan jam. Saat ini, kita telah menghabiskan sebagian usia kita dan kita sedang menjalani dan menghabiskan yang sebagiannya lagi. Berapa lama lagi sampai akhir usia kita ?
Wallaahu a'lam bish shawaab.
Padahal, usia kita akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah SWT. pada hari kiamat kelak. Pertanggungjawaban yang diminta bukan hanya hitungan tahun, bulan, hari, dan jam, tetapi setiap tarikan napas yang kita hirup dan embusan napas yang kita keluarkan.***
[Ditulis oleh KH. HABIB SYARIEF MUHAMMAD AL'AYDARUS, Ketua Yayasan As-salaam Bandung dan mantan anggota MPR. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Rabu (Wage) 24 Agustus 2011 / 24 Ramadan 1432 H. pada Kolom "KISAH RAMADAN"]
by
0 comments:
Post a Comment